SuryaNett, Jaringan Internet Tenaga Surya Tanpa Lelet dan Byar Pet

Melayani 10 ribu pengguna 23 desa di Kabupaten Semarang

Semarang, IDN Times - Penggunaan internet sebagai teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi hal yang tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan saat ini. Internet sudah menjadi bagian gaya hidup, selain sebagai sarana dan prasarana penunjang kinerja dalam bekerja.

Luas wilayah Indonesia dengan karakteristik dan aspek geografi yang berbeda menjadi tantangan pemerataan akses internet bisa dirasakan semua masyarakat, baik perkotaan maupun yang tinggal di desa. Pembangunan akses telekomunikasi mutlak dilakukan bagi daerah yang tidak mendapatkan akses internet.

1. Internet nirkabel tenaga surya menjadi solusi tepat guna

SuryaNett, Jaringan Internet Tenaga Surya Tanpa Lelet dan Byar PetKepala Desa Kadirejo, Riyadi melakukan pengecekan kabel panel surya yang digunakan untuk memasok listrik jaringan internet nirkabel SuryaNett di atap kantor balai desa, 3 November 2020. Listrik dari tenaga surya ini digunakan untuk mendukung jaringan internet yang kerap terkendala ketika terjadi pemadaman arus listrik. Pembagunan SuryaNett menjadi bagian kebutuhan internet masyarakat desa secara agar berdikari baik secara ekonomi maupun literasi. IDN Times/Dhana Kencana

Masyarakat Desa Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah meraih buah manfaat internet setelah puluhan tahun kesulitan menikmati layanan koneksi yang stabil dan layak. Pemerintah desa (Pemdes) memberikan fasilitas internet desa yang bisa diakses selama 24 jam tanpa putus koneksi dan batas kuota pemakaian.

Jaringan internet nirkabel tersebut didukung pasokan energi listrik dari tenaga surya. Penggunaan tenaga surya dilakukan dengan banyak pertimbangan. Di antaranya sebagai inisiasi penerapan energi bersih dan mandiri, serta alasan lokasi Desa Kadirejo yang sering mengalami pemadaman arus listrik sehingga berimbas pada gangguan sinyal koneksi jaringan internet.

Untuk diketahui, wilayah desa itu berada 459 meter di atas permukaan laut (mdpl). Luas wilayahnya mencapai 333 hektare (ha). Secara administrasi terdapat 24 Rukun Tetangga (RT), 8 Rukun Warga (RW), dan 8 dusun di desa yang jaraknya 75 kilometer dari Kota Semarang, Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah.

"Warga di sini kesulitan akses internet. Sinyal jaringan telekomunikasi susah karena lokasi yang naik turun, juga kontur yang diapit perbukitan. Internet terkendala jaringan, meskipun banyak juga tower-tower BTS (red: Base Transceiver Station) di sekitar (desa) Kadirejo. Belum lagi kalau pemadaman listrik, sinyal langsung drop dan internet tidak bisa digunakan," kata warga Dusun Ngablak, Desa Kadirejo, Jumangi ketika ditemui IDN Times, Selasa, 3 November 2020.

Baca Juga: PLTS Atap di Stasiun Batang, Energi Bersih untuk Indonesia Mendatang

2. Masyarakat desa diberikan akses internet gratis

SuryaNett, Jaringan Internet Tenaga Surya Tanpa Lelet dan Byar PetWarga Desa Kadirejo, Jumangi menunjukkan voucer pusaka internet tenaga surya SuryaNett. IDN Times/Dhana Kencana

Pemdes Kadirejo berinovasi membangun jaringan internet tangguh dengan dukungan tenaga surya supaya tetap beroperasi meskipun terjadi pemadaman arus listrik di desa tersebut. Jaringan internet nirkabel tersebut kemudian diberi nama SuryaNett, perpaduan listrik dari tenaga surya untuk mengoperasikan internet.

Panel tenaga surya berada di Kantor Balai Desa Kadirejo. Terdapat enam panel berukuran 60x75 sentimeter, masing-masing mampu menghasilkan daya sekitar 50 Watt.

Support elektrik tenaga surya digunakan untuk mem-backup peladen yang terletak di dalam ruangan kepala desa supaya internet senantiasa beroperasi.

Instalasi SuryaNett Desa Kadirejo dilakukan sejak Maret 2020. Dimulai dari pemasangan perangkat sampai pembangunan jaringan fiber optik dan microwave, kurang lebih selama dua bulan.

Internet secara resmi bisa diakses serentak masyarakat pada malam Idulfitri atau Sabtu, 23 Mei 2020. Pemdes memberikan akses gratis internet selama dua bulan, hingga Agustus 2020 bagi seluruh masyarakat Desa Kadirejo.

Selanjutnya pengguna internet dapat menggunakan jaringan SuryaNett dengan sistem voucer, yang dinamai Pulsa Kadirejo (Pusaka). Voucer Pusaka dijual mulai dari harga Rp3 ribu untuk 3 jam, Rp5 ribu buat 24 jam, Rp20 ribu selama satu minggu, dan Rp50 ribu satu bulan. Voucer itu hanya berlaku untuk satu perangkat, baik smartphone maupun laptop.

Dari total 1.309 kepala keluarga (KK) atau sekitar 600 KK sampai saat ini masih menjadi pengguna setia jaringan SuryaNett walaupun berbayar.

"Lebih mudah digunakan dibandingkan paket kuota yang lain, bahkan jauh lebih murah. Misal kita beli Rp50 ribu yang paket kuota, untuk streaming Youtube satu hari sudah habis. Pakai SuryaNett dengan harga yang sama dapat unlimited, satu bulan full, satu perangkat, akses tidak terbatas," ungkap Jumangi.

3. SuryaNett lahir dari kolaborasi BUMDes Kadirejo dengan pihak ketiga

SuryaNett, Jaringan Internet Tenaga Surya Tanpa Lelet dan Byar PetKepala Desa Kadirejo, Riyadi melakukan pengecekan jaringan internet tenaga surya SuryaNett menggunakan smartphone di atap kantor balai desa, 3 November 2020. Listrik dari tenaga surya ini digunakan untuk mendukung jaringan internet yang kerap terkendala ketika terjadi pemadaman arus listrik. Pembagunan SuryaNett menjadi bagian kebutuhan internet masyarakat desa secara agar berdikari baik secara ekonomi maupun literasi. IDN Times/Dhana Kencana

Pusaka dikembangkan Badan Usaha Pemerintah Desa (BUMDes) Jaya Mandiri milik Pemdes Kadirejo bekerja sama dengan mitra pihak ketiga sebagai penyedia infrastruktur serta layanan jaringan internet. Bumdes mendapatkan sharing keuntungan 10 persen dari seluruh penjualan voucer, yang rata-rata omzet setiap bulan mencapai Rp8 juta hingga Rp9 juta.

Kepala Desa Kadirejo, Riyadi menegaskan tidak mengeluarkan sepeser anggaran pun baik dari kas maupun APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) untuk pembuatan SuryaNett. Ia berhasil menjalin kemitraan dengan pihak ketiga selaku penyedia layanan internet dan infrastruktur tenaga surya yang nilai investasi keseluruhan mencapai Rp12,5 miliar.

Pria 39 tahun itu menyebut sistem Pusaka untuk jaringan SuryaNett menjadi yang pertama di Indonesia dimana pengelolaan pembelian voucer dikelola langsung oleh BUMDes setempat.

"Satu KK bisa langganan 2-3 voucer. Belinya di BUMDes. Dari hasil penjualan voucer kita setorkan ke pihak ketiga. BUMDes dapat pemasukan Rp800 ribu sampai Rp 900 ribu per bulan. Alhamdulillah dapat 10 persen karena tidak mengeluarkan biaya sama sekali untuk membangun internet SuryaNett ini," jelasnya kepada IDN Times.

Jaringan SuryaNett Desa Kadirejo berkembang hingga bisa dinikmati tetangga desa lainnya. Peluasannya saat ini mampu melayani 10 ribu pengguna dari 23 desa di 4 kecamatan. Seperti Kecamatan Pabelan, Bringin, Getasan, dan Nyatnyono.

Mereka menerima manfaat jaringan SuryaNett yang dikembangkan Pemdes Kadirejo serempak mulai September 2020. 

"Saat ini daftar tunggunya sudah ada 60 desa lagi. Sentralnya di sini (red: Desa Kadirejo) kemudian disebar ke mana-mana. Sebarannya melalui fiber optik dan microwave. Kalau yang jauh tidak bisa dijangkau lokasinya memakai microwave. Sekiranya bisa terjangkau, ya pakai fiber optik," terang Riyadi.

Desa-desa tersebut bisa dengan mudah mengakses internet dengan kecepatan yang sama dan stabil 10 Mbps tiap pengguna maupun perangkat, tanpa batasan kuota atau unlimited dan hambatan sinyal.

"Lokasi saya jauh, ini bisa connect dari Kadirejo. Stabil internetnya dan tidak ada kendala sinyal lagi," ucap warga Desa Getasan Kecamatan Getasan, Agus.

4. Kebermanfaatan SuryaNett dirasakan secara nyata

SuryaNett, Jaringan Internet Tenaga Surya Tanpa Lelet dan Byar PetWarga Desa Kadirejo, Jumangi (kiri) membeli voucer pusaka internet tenaga surya SuryaNett. IDN Times/Dhana Kencana

Kebermanfaatan akses internet SuryaNett dirasakan nyata bagi masyarakat desa seiring kebijakan untuk bekerja dari rumah (WFH/ work from home) hingga sekolah daring saat pandemik COVID-19. SuryaNett turut menekan angka penyebaran virus corona karena masyarakat desa menjadi betah, tidak lagi keluar rumah mencari sinyal atau jaringan internet.

"Kadang kalau memang susah sinyal ya harus keluar rumah. Kalau masa pandemik begini agak riskan. Sekarang sudah tidak khawatir lagi. Internet ya di rumah saja, semua sudah On. Apalagi anak ada pembelajaran jarak jauh (PJJ) virtual online begitu, sangat terbantu kami," jelas Jumangi, Ayah dari Kenidyo dan Dias Pratama Eliza Putra.

Peningkatan penggunaan SuryaNett tidak terbatas untuk bekerja maupun sekolah. Sejumlah pelaku usaha kecil, menengah, dan mikro (UMKM) lokal yang leluasa berjualan online melalui marketplace yang tersedia, sebagaimana Jumangi kerjakan.

Ia aktif berjualan tanaman pakan ternak secara online setiap hari, menggunakan beberapa marketplace. Pakan ternak yang dijual meliputi Rumput Odot, Rumput Pakchong, dan Indigofera.

Kehadiran SuryaNett membantu bisnis pria 32 tahun itu, terutama pada masa pandemik COVID-19. Pesanan silih berganti masuk, proses transaksi dan order dapat lebih cepat diproses. Dalam satu hari, Jumangi menerima minimal dua sampai tiga kali transaksi penjualan melalui online.

"Dulu untuk telpon saja ngadat, sekarang lancar. Dulu upload foto-foto lemot, sekarang ngacir. Saya langganan SuryanNett dari awal ada, Rp50 ribu untuk bulanan sampai sekarang," ujar Jumangi yang sudah dua tahun terakhir menggeluti bisnis tanaman pakan ternak.

Adanya internet, imbuhnya, sumber daya alam, hasil alam, beserta kerajinan khas masyarakat Desa Kadirejo yang selama ini sulit terekspos mampu dijual secara daring. Hal tersebut menumbuhkan potensi pemberdayaan dan produktivitas masyarakat setempat sehingga produk-produk mereka diketahui publik lebih luas.

Bagi Riyadi, SuryaNett dimanfaatkan Pemdes untuk menyebarkan informasi, seperti berita dan pengumuman, peringatan dini, regulasi baru, serta komunikasi antardesa.

"SuryaNett membuka semua peluang usaha sehingga meningkatkan kesejahteraan secara ekonomi dan menambah literasi masyarakat. Pemdes juga bisa meng-update data desa secara real-time sehingga bisa diakses publik dengan mudah. Dengan begitu akan ada investor yang tertarik untuk berinvestasi ke desa ini," tandas pria kelahiran 24 Agustus 1981 tersebut.

Baca Juga: [FOTO] Internet Tenaga Surya Desa Kadirejo, Anti Lelet dan Byar Pet

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya