1.807 Relawan di Semarang Disiapkan untuk Uji Klinis Vaksin Nusantara

"Ada efek sampingnya, tapi tidak perlu pengobatan."

Semarang, IDN Times - Sebanyak 27 orang saat ini telah menjadi relawan untuk proses uji klinis tahap pertama vaksin Nusantara di RSUP dr Kariadi Semarang.

"Kita ada 27 subyek (relawan) vaksin Nusantara untuk fase I, sekarang kondisi kesehatannya sedang kita amati dengan ketat. Nantinya akan kita lihat dalam kurun waktu empat minggu untuk mengecek efek samping minimalnya dan kita harapkan ada perubahan untuk peningkatan antibodi," kata dr Yetty Movieta Nency SpAK, seorang peneliti vaksin Nusantara dari RSUP dr Kariadi saat dihubungi IDN Times, Jumat (19/2/2021).

1. Pemakaian vaksin Nusantara menggunakan sel Dendridik

1.807 Relawan di Semarang Disiapkan untuk Uji Klinis Vaksin NusantaraIlustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Yetty mengklaim vaksin Nusantara yang ada saat ini merupakan satu-satunya vaksin yang menggunakan metode Dendridik Auntolog untuk meningkatkan kadar imunitas tubuh manusia. Metode tersebut, imbuhnya, baru pertama kali diterapkan di Indonesia bahkan juga di dunia.

Pengembangan vaksin Nusantara ia sebut atas insiasi dan dukungan dari mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto. 

"Saat ini dari sekitar 200 penelitian vaksin COVID-19 di berbagai negara, salah satunya di Semarang kita kembangkan Vaksin Nusanatara. Jadi penelitian ini memang butuh waktu sangat panjang. Karena keadaannya sedang pandemik, maka waktu penelitiannya kita percepat. Pemakaian vaksin tersebut menggunakan sel Dendridik," ujarnya.

Baca Juga: Peneliti Vaksin Nusantara Libatkan 27 Relawan di Uji Klinis Tahap I

2. Kerja vaksin Nusantara adalah mengolah sel darah manusia

1.807 Relawan di Semarang Disiapkan untuk Uji Klinis Vaksin Nusantarapixabay

Vaksin Nusantara, imbuh Yetty, dibuat dari sel darah milik para relawan yang sudah melewati screening yang ketat. Setelah sel darah mereka diolah di laboratorium dan menjadi vaksin, tahapan selanjutnya disuntikan kembali ke relawan tersebut. 

Ia pun mengklaim dengan metode Dendridik, kecil kemungkinan akan ada penolakan pada tubuh seseorang.

"Jadi kita lagi mengembangkan vaksin yang dibuat dari sel darah subyek itu sendiri. Cara pembuatannya sel darah subyek kita ambil, kita olah selama seminggu. Kemudian dalam bentuk vaksin kita injeksi ke tubuh subyeknya lagi. Ya semoga ada peningkatan antibodi untuk mencegah penularan virus corona. Karena ini manfaatnya untuk bentuk kekebalan tubuh," bebernya.

3. Harga vaksin Nusantara sekitar Rp200 ribu

1.807 Relawan di Semarang Disiapkan untuk Uji Klinis Vaksin NusantaraIlustrasi pengunjung di RSUP dr. Kariadi Semarang. ANTARA FOTO/Aji Styawan

Yetty mengaku Vaksin Nusantara dapat menekan biaya distribusi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Dengan berbagai macam penelitian yang dilakukannya, maka harga Vaksin Nusanatara jika dijual estimasinya sekitar 10 Dollar Amerika atau sekitar Rp200 ribu.

"Nantinya bisa efisiensi anggaran distribusi penyimpanan, jika vaksin lain butuh jalur penyimpanan dengan suhu tertentu. Kalau yang Vaksin Nusanatara distribusinya cuma butuh seminggu karena kita bisa kurangi jalur pendinginan. Dengan ini biayanya bisa dipangkas," jelasnya. 

4. Vaksin Nusanatara diklaim tak mengandung bahan-bahan dari binatang

1.807 Relawan di Semarang Disiapkan untuk Uji Klinis Vaksin NusantaraIlustrasi Obat-Obatan. IDN Times/Mardya Shakti

Lebih lanjut, ia menyatakan penyuntikan vaksin Nusantara juga tak membutuhkan kadar antibodi seseorang. Yetty menjamin pembuatan vaksin tersebut sama sekali tidak menggunakan atau mengandung komponen binatang.

"Vaksinnya ini tidak perlu antibodi. Kelebihan lainnya, dia juga gak mengandung komponen binatang. Karena kita tahu sendiri di Indonesia ada pro kontra antara yang halal haram. Jadi sekarang kita sedang menunggu hasil uji klinis dari BPOM dan akan ada label sertifikat halal," paparnya.

Ia mengungkapkan setelah uji klinis tahap pertama kelar, pihaknya akan melanjutkan untuk uji tahap II dan III. Untuk uji tahap II, tim peneliti di RS Kariadi Semarang melibatkan 180 relawan.

Saat vaksin diujicobakan untuk mereka, menurutnya, akan menambah pengaturan dosisnya sambil melakukan sejumlah modifikasi untuk pemanfaatannya.

"Ini sudah selesai tahap satu dan kita sedang menunggu persetujuan BPOM untuk lanjut ke tahap dua," tegasnya.

5. Efek samping setelah vaksinasi Nusantara tidak perlu diobati

1.807 Relawan di Semarang Disiapkan untuk Uji Klinis Vaksin NusantaraNyeri di tangan (IDN Times/Nurulia R. Fitri)

Meski demikian, Yetty menyatakan besar kemungkian setelah penyuntikan vaksin Nusantara akan memicu efek samping, berupa gejala sistemik dan efek lokal. Namun, ia bilang gejalanya tak perlu diobati.

"Ada efek sampingnya yang rasanya secara sistemik dan efek lokal. Tapi tidak perlu pengobatan," terangnya.

Sementara itu, untuk uji klinis fase III nantinya melibatkan 1.600 relawan. Dalam tahapan tersebut, pihaknya lebih mencermati dari sisi keamanan penyuntikan vaksin serta efek samping yang muncul dalam jumlah populasi penduduk yang besar. 

6. Relawan mudah direkrut lewat media sosial

1.807 Relawan di Semarang Disiapkan untuk Uji Klinis Vaksin NusantaraPetugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Ihwal banyaknya relawan yang ikut dalam uji klinis vaksin Nusantara, Yetty mengaku gampang mengajak mereka karena direkrut melalui jejaring media sosial (medsos) di Jawa Tengah.

"Kita rekrut orang-orang dari beragam kalangan. Untuk fase dua kita suntikan ke relawan yang benar-benar dalam kondisi sehat supaya tidak bias penyakit. Kita tidak boleh ambil relawan yang hipertensi diabetes. Soalnya ini kan sedang tahapan uji vaksin," tandas Yetty. 

Baca Juga: WHO Geram, Negara Produsen Distribusikan Vaksin di Luar Skema COVAX

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya