5 Obat Sirup Ditarik BPOM, Omzet Apotek di Jateng Turun Drastis
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Omzet sejumlah apotek di Jawa Tengah berkurang drastis menyusul adanya penarikan lima merek obat sirup oleh petugas Badan Pengawas dan Obat Makanan (BPOM).
Informasi yang diterima dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Jawa Tengah, lima obat sirup yang ditarik peredarannya antara lain:
- Termorex Sirup produksi Konimex
- Flurin SMP Sirup produksi PT Yarindo Farmatama
- Unibebi Cough Sirup produksi Universal Pharmaceutical
- Unibebi Demam Sirup produksi Universal Pharmaceutical Industries
- Unibebi Demam Drops produksi Universal Pharmaceutical Industries.
1. Pembeli obat sirup berkurang 90 persen
Sekretaris IAI Jateng, Apt Suwardi mengaku, adanya penarikan lima obat sirup tersebut telah mempengaruhi omzet penjualan di masing-masing apotek.
Ia memperkirakan, jumlah pembeli obat sirup kini berkurang 90 persen pasca ada penarikan dari BPOM.
"Kalau dilihat dari prosentase nya, obat sirup kan tidak masuk 100 persen dalam penjualan, jadi tak terlalu banyak, tapi jumlah pembeli sirup turun sampai 90 persen," ungkapnya, Kamis (27/10/2022).
Baca Juga: RS Kariadi Semarang Rawat 2 Anak yang Alami Radang Ginjal
2. Anak yang demam lebih condong suka obat sirup
Menurutnya, penurunan pembeli yang sangat drastis lantaran selama ini obat sirup yang sering diburu untuk menurunkan demam anak. Pada akhirnya adanya kabar obat sirup bisa mengakibatkan penyakit organ ginjal membuat masyarakat takut membelinya.
"Karena anak-anak itu sebenarnya ada yang gak mau bila disarankan tablet atau puyer. Mereka cenderung lebih suka jenis sirup karena mudah dalam penggunaannya serta rasa manis yg banyak disukai anak-anak. Lima produk yang ditarik banyak dicari pembeli," jelasnya.
3. Banyak apotek dan pabrik obat kebingungan
Ia mengatakan kasus gagal ginjal akut diharapkan bisa dicari penyebabnya secepatnya. Sehingga para apoteker tak perlu merasa bingung dan dibatasi dalam penjualan obat-obatan.
"Karena ini menimbulkan kebingungan. Banyak yang harus diluruskan. Tidak hanya apotek saja, tapi pabrik di sektor hulu juga. Karena dari pabrik, distribusi, kemudian ke outlet klinik instansi farmasi semua berkaitan. Harapanya semoga pemerintah segera menjamin keamanan yang beredar," katanya.
Baca Juga: Dinkes Jateng Pastikan 5 Anak Mengalami Gagal Ginjal Akut, 2 Meninggal