Ada 17 Titik Rawan Longsor di Jateng, Waspada Bencana di Oktober 2021 

Peringatan bencana dengan toak musala

Semarang, IDN Times - Bencana tanah longsor selalu menghantui masyarakat Jawa Tengah tatkala musim penghujan datang setiap tahun. Tak terkecuali di bulan Oktober 2021 yang diperkirakan sebagian besar wilayah Jawa Tengah diguyur hujan lebat.

1. Longsor bisa disebabkan munculnya bebatuan yang besar

Ada 17 Titik Rawan Longsor di Jateng, Waspada Bencana di Oktober 2021 Foto udara petugas menggunakan ekskavator untuk mencari korban hilang dalam tanah longsor di Desa Waematan, Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (10/4/2021) (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko menyebutkan titik rawan longsor saat ini bertebaran hampir di sisi barat dan selatan Jawa Tengah. 

Menurut Sujarwanto, sejumlah daerah yang berisiko dilanda tanah longsor bisa dilihat dari karakteristik geomorfologinya. Atau yang biasa disebut dengan perubahan muka bumi.

"Seperti daerah dengan bentuk perbukitan yang tajam, pastinya potensi longsornya lebih besar mengingat di sana tentu ada banyak unsur bebatuan yang besar. Kondisi itu terlihat di Desa Karangsambung, Kebumen," kata Sujarwanto kepada IDN Times, Senin (13/9/2021).

Baca Juga: 13 Daerah Jateng DIY ini Dilanda Hujan Lebat, Awas Bahaya Longsor!

2. Bebatuan mengembang bisa picu longsor di Banjarnegara

Ada 17 Titik Rawan Longsor di Jateng, Waspada Bencana di Oktober 2021 Bencana tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara. Dok. Serayunews.com

Kemudian Sujarwanto menjelaskan ada lagi tanah longsor yang disebabkan oleh struktur bebatuan yang mudah mengembang. Bebatuan yang mengembang akan tampak apabila hujan mengguyur dengan durasi yang lama sehingga menyebabkan munculnya rekahan-rekahan tanah.

Ia bilang bebatuan mengembang itulah yang kerap muncul di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Lalu ancaman longsor juga terpetakan di sisi utara Cilacap sampai selatan Brebes.

Diakuinya kemiringan perbukitan yang sangat curam sangat membahayakan nyawa warga setempat. Sebab, berdasarkan kajian teknis yang dilakukan Dinas ESDM Jateng, kemiringan lereng yang curam menimbulkan perbukitan yang menggantung.

"Karena ada kemiringan pada lerengnya ditambah dengan adanya arus sungai membuat bukit yang diatasnya itu jadi menggantung. Perlu kewaspadaan yang tinggi bagi penduduk yang tinggal di situ apalagi banyak rumah yang dibangun di perengan bukit-bukit. Selain itu, di jalur utara Pantura, longsoran tanah bisa disebabkan ada struktur lempung yang setiap saat bisa berubah lembek dan menimpa rumah dibawahnya," terangnya.

3. Dinas ESDM peringatkan warga akan bahaya longsor di bulan Oktober 2021

Ada 17 Titik Rawan Longsor di Jateng, Waspada Bencana di Oktober 2021 Ilustrasi. Dok. Antara Sumut

Dengan kondisi alam seperti itu, katanya kini muncul puluhan kecamatan yang memiliki kerawanan tinggi terhadap bencana tanah longsor. 

"Melihat statistik yang terjadi selama 2021, pada Januari ada 24 kali longsor, Februari ada 20 kali longsor, April dan Mei ada 6 kali longsor. Dan yang patut diwaspadai adalah saat Oktober nanti.  Karena BMKG sudah memonitor adanya hujan sedang hingga lebat. Mestinya durasi waktunya juga bervariasi," ungkap Sujarwanto.

4. Ada 17 titik rawan longsor di Jawa Tengah

Ada 17 Titik Rawan Longsor di Jateng, Waspada Bencana di Oktober 2021 Ilustrasi tanah longsor. IDN Times/Daruwaskita

Ia berkata kecamatan yang paling rawan terkena longsor yaitu di sepanjang Majenang sampai Cimanggu bagian utara Cilacap. Selanjutnya Kecamatan Salem sampai barat Bumiayu Kabupaten Brebes.

Ada pula di deretan Gunung Slamet hingga memanjang ke sebelah utara dan barat laut menuju Bumijawa. Risiko tanah longsor yang tinggi kemungkinan terjadi di utara Banjarnegara dan selatan Pekalongan, utara Karangsambung Kebumen, Wadaslintang, Wonosobo.

Di samping itu ancaman longsor terjadi di selatan Kendal, utara Temanggung serta sejumlah desa yang terletak di lereng Gunung Muria, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing dan Gunung Lawu.

"Kita memang belum pernah memetakan berapa banyak warga yang berisiko terkena tanah longsor. Karena dimensi bencananya tidak segede tsunami. Tapi setiap penduduk di zona rawan longsor sudah sering kita ingatkan. Mereka sudah kita ajari mengetahui tanda-tanda tanah longsor," sergahnya.

5. Warga diklaim sudah diajari umumkan bahaya longsor lewat toak musala

Ada 17 Titik Rawan Longsor di Jateng, Waspada Bencana di Oktober 2021 pexels.com/Andrea Piacquadio

Heru Sugiharto, Kabid Geologi dan Air Tanah, Dinas ESDM Jateng mengatakan edukasi mengenai bahaya bencana longsor kerap disampaikan kepada warga di tingkat RT. 

Ia yakin setiap warga lereng bukit maupun di dekat pegunungan sudah paham betul dengan sosialisasi yang didengungkan oleh pihaknya.

"Warga tingkat RT saya rasa siap mengantisipasinya. Kita juga ajari warga memakai toak musala untuk mengumumkan deteksi dini bencana tanah longsor. Cara-cara menghindari longsor sering kita ajarkan kepada mereka, bagaimana caranya menjaga keluarga di rumah, gimana bikin selternya dan lain sebagainya," ujar Heru.

Baca Juga: Efek Gerak Semu Matahari, Banjir Rob Terjang Pantura Jateng saat Subuh

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya