Ahmadiyah Ditolak Kemenag, FKUB Sindir Tokoh Agama yang Meresahkan di Jateng

Jemaat Ahmadiyah ditegaskan masih bagian Islam

Semarang, IDN Times - Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) menyoroti perilaku para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang turut berkontribusi menolak acara jemaat Ahmadiyah yang sedianya diadakan di Donohudan Boyolali. Menurut Ketua FKUB Jateng, Taslim Sahlan, para tokoh agama maupun elemen masyarakat semestinya tidak bersikap yang meresahkan. 

Bagi seorang tokoh agama seharusnya bisa bersikap sebagai sosok panutan dalam menyikapi kegiatan jemaat Ahmadiyah. 

"Jika ada tokoh agama dan tokoh masyarakat yang seharusnya jadi panutan, tetapi dalam menyikapi Ahmadiyah tidak berdasarkan fakta, maka itu pasti hoaks dan fitnah. Tokoh begini yang justru meresahkan dan menyesatkan," kata Taslim, Senin (30/10/2023). 

Baca Juga: Duh! Kemenag Jateng Larang Ahmadiyah Gelar Acara Kepemudaan, Begini Alasannya

1. Idealnya tokoh agama tidak menebar kebencian

Ahmadiyah Ditolak Kemenag, FKUB Sindir Tokoh Agama yang Meresahkan di JatengMasjid Al-Aqso Ahmadiyah Kab. Tasikmalaya (Dok. JAI Tasikmalaya)

Ia menyayangkan dalam persoalan acara Ahmadiyah, yang terjadi justru para tokoh agama di Jawa Tengah menjadi alat penyekat. Padahal, mereka perlu bersikap dewasa dan lapang dada dalam memutuskan suatu aturan di bidang agama. 

"Rawat hidup rukun dengan tabayyun Idealnya semua tokoh agama-tokoh masyarakat harus mampu menjadi perekat. Bukan penyekat. Harus dewasa dan lapang dada. Perbedaan dalam pengamalan agama yang bersifat furu’iyyah itu keniscayaan," tegasnya. 

"Sepatutnya harus disikapi dengan kedewasaan dan kearifan. Bukan dengan menebar kebencian. Apalagi memaksa dalam keseragaman. Ini mustahil dan mengingkari sunnatullah," tambahnya. 

2. FKUB tawarkan empat cara rawat kerukunan umat beragama

Ahmadiyah Ditolak Kemenag, FKUB Sindir Tokoh Agama yang Meresahkan di JatengInfografis indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) di Indonesia tahun 2021/Kemenag RI

Taslim yang mewakili FKUB pun menawarkan skenario bagaimana seharusnya membangun kerukunan umat beragama dalam realitas perbedaan. Yaitu katanya mesti mengedepankan restorasi umat beragama. 

Ada empat indikator yang harus dipraktekkan. Pertama mengenai beragama tuntas. Kedua solidaritas. Tiga sinergitas dan keempat integritas. "Jika ini terinternalisasi dalam setiap umat beragama, maka tidak lagi ada kecurigaan dan kebencian. Yang ada tentu persaudaraan atas nama kemanusaan," ujar Taslim. 

3. Jemaat Ahmadiyah bagian dari Islam

Ahmadiyah Ditolak Kemenag, FKUB Sindir Tokoh Agama yang Meresahkan di JatengPuluhan ribu anggota Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) mengikuti pertemuan tahunan atau Jalsah Salanah di Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 6-8 Januari 2023. (YouTube Warta Ahmadiyah)

Taslim menekankan jika jemaat Ahmadiyah secara faktual bagian dari umat Islam. Seperti halnya para Nahdliyin di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, LDII, Majelis Tafsir Alquran dan Matlaul Anwar, Ahmadiyah juga termasuk ormas Islam. 

Mulai dari syahadatnya, ibadah salatnya, puasanya dan zakatnya juga sama persis dengan umat Islam lainnya. 

"Secara faktual, Ahmadiyah itu Islam, sebagaimana organisasi Islam lainya. Ada Islam NU, Islam Muhammadiyah, Islam LDII, Islam MTA, Islam Matlaul Anwar dan lainnya. Hal-hal menyangkut ajaran pokoknya sama. Syahadatnya, salatnya, puasanya, zakatnya dan hajinya pun sama. Jadi rukun Islamnya sama sebagaimana yang lain. Kalaupun ada perbedaan, hanya dalam ranah furu’iyyah- khilafiyyah," tuturnya. 

4. Syahadat Ahmadiyah tetap sama

Ahmadiyah Ditolak Kemenag, FKUB Sindir Tokoh Agama yang Meresahkan di JatengIlustrasi (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Diakuinya ia mengenal dekat jemaat Ahmadiyah. Ia yakin syahadat para anggota Ahmadiyah sama dengan Muslim lainya. Yang berbunyi Asyhadu An-Laa Ilaha Illa-Allah, Wa Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”. 

"Nabi Muhammad SAW panutan yang diagungkan, sebagaimana umat Islam pada umumnya. Selain dibaca dalam salat, syahadat ini selalu dikumandangkan dalam 
setiap memulai khutbah, pengajian-pengajian, ceramah-ceramah," ungkapnya. 

Jemaat Ahmadiyah juga menggelar salat yang serupa dengan NU, Muhammadiyah serta umat Muslim lainnya. 

Hanya saja, Taslim berkata kalau NU salat subuh pakai doa qunut. Ahmadiyah tidak, seperti halnya Muhammadiyah dan lainya. Ahmadiyah ketika membaca fatihah dalam salat, basmalahnya “sirri” (pelan). Shalat Jumatnya pun juga sama. Bedanya hanya tidak pakai “anshitu” dalam prosesi khutbah. 

5. FKUB Jateng sempat ikut acara Ahmadiyah di London

Ahmadiyah Ditolak Kemenag, FKUB Sindir Tokoh Agama yang Meresahkan di JatengBapak dan anak dari jemaat Ahmadiyah Semarang tampak menghayati lagu Nandur Rukun yang dinyanyikan di Pondok Harapan Suster Persaudaraan Ilahi. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Ibadah puasa yang dilakukan juga sama dengan umat Islam pada umumnya. Tatalaksananya persis sama. Zakat ditunaikan sama dengan umat Islam lainya. Bahkan infaq dan sedekahnya dikelola dengan sistem yang berbasis IT.

Ibadah haji ditunaikan sama dengan muslim pada umumnya. Yakni beribadah haji di kota suci Makkah dan juga berziarah ke makam Rasulullah di Madinah al-Munawwarah. 

"Kitab suci yang diimani dan diamalkan yaitu Alquran al-Karim. Banyak kader-kader muda yang secara khusus mengikuti menghafal Alquran. Jadi tidak benar kalau ada tuduhan bahwa kitab suci Ahmadiyah bukan Alquran. Ini berdasarkan fakta. Bukan kabar dari pihak lain yang berdasarkan katanya-katanya. Tapi berdasarkan tabayyun partisipatif. Yakni, dengan cara bersilaturrahim, dialog, turut serta berbagai kegiatan," katanya. 

Lebih lanjut, pihaknya juga pernah berkesempatan bersilaturahmi dengan komunitas muslim Ahmadiyah sedunia dalam acara Jalsah Salanah Internasional di London belum lama ini.

Sebuah pertemuan akbar umat Islam yang dihadiri oleh 100 negara. Ia bersama beberapa tokoh dari Indonesia menyaksikan bahwa tidak ada satu pun aktivitas yang dilakukan oleh muslim Ahmadiyah dari 100 negara ini yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran Islam. Baik ativitas ibadah ritual maupun aktivitas sosialnya.

6. Yang menyesatkan Ahmadiyah karena belum kenal lebih dekat

Ahmadiyah Ditolak Kemenag, FKUB Sindir Tokoh Agama yang Meresahkan di JatengMasjid Baitul Futuh milik Ahmadiyah. (IDN Times/Uni Lubis)

Dalam sesi-sesi paparan dan dialog internasional ini juga mengundang tokoh-tokoh Islam NU dan Muhammadiyah dari Indonesia. Bahkan tokoh semua agama dari berbagai negara juga turut berkontribusi dalam memperkuat kerukunan umat beragama. 

Tidak saja di wilayah Jawa Tengah, di wilayah-wilayah lain di Indonesia pun ia menyaksikan bahwa Ahmadiyah itu Islam yang taat. 

Motto Ahamadiyah “Love For All Hatred For None”. "Kalau ada pihak-pihak, baik pribadi, organisasi dan juga tokoh tertentu yang menuding Ahmadiyah sesat dan bukan Islam, maka dapat saya pastikan mereka belum menyaksikan dari dekat," pungkasnya. 

Baca Juga: MUI Jateng Keberatan dengan Acara Ahmadiyah, Ungkit Kitab Tadzkirah

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya