Belajar Online, Sekolah di Semarang Kelabakan, Kuota Internet Jebol
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Pengelola SMP Negeri 33 Kota Semarang mengakui sistem belajar online (daring) yang diberlakukan serba mendadak oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim membuat para guru tak bisa leluasa mengawasi aktivitas murid-muridnya. Pihak sekolah juga menyatakan ada banyak ganjalan ketika belajar online mulai diberlakukan sejak sebulan terakhir.
"Pembelajaran yang dilakukan secara daring saya rasa tetap tidak bisa maksimal. Karena materi kurikulum yang disampaikan tidak bisa berjalan maksimal, pembentukan karakternya juga tidak bisa dikerjakan jarak jauh. Padahal yang penting dari sekolah itu kan pembentukan sikap para siswanya," kata Kepala Sekolah SMPN 33 Semarang, Didik Teguh Prihanto kepada IDN Times, Jumat (24/4).
1. Berdampak pada program pembelajaran sekolah yang berubah total
Pihaknya menekankan, seharusnya Kemendikbud segera mengevaluasi sistem belajar online yang berlangsung saat ini. Sebab, para guru tidak mendapat sosialisasi terkait aturan tersebut secara menyeluruh.
Lebih lanjut, Didik menyatakan belajar online diterapkan secara mendadak telah menyebabkan banyak program pembelajaran berubah total. Ia tak punya persiapan matang saat akan memberlakukan sistem belajar online.
Baca Juga: Tak Bisa Belajar Online, Nanang Kunjungi Rumah Murid-muridnya
2. Guru SMP 33 latihan online dari aplikasi Quiper
Pihaknya juga harus hati-hati saat mengeksekusi pola belajar online melalui aplikasi ruangguru maupun menyaksikan program di TVRI.
Editor’s picks
"Banyak program belajar yang berubah. Kita sekarang dianjurkan menggunakan aplikasi ruang guru dan siswa diminta menonton TVRI. Bagi saya, ini yang harus diperbaiki," akunya.
Di SMPN 33 saat ini terdapat 40 guru ASN dan tiga guru honorer. Didik pun harus mengakali hal itu, dengan melatih para guru mengajar online melalui aplikasi Quiper.
"Kebetulan ada guru jadi anggota Quiper. Maka guru-guru lain bisa minta diajari memasukkan modul dan lembaran soal pelajaran. Tapi secara umum kita belum siap. Tapi kita upayakan agar sistemnya bisa tetap jalan," papar Didik.
3. Belajar online bikin kuota internet orangtua siswa tekor
Para guru ada yang membagi tugas siswanya melalui WhatsApp.
"Cuma memang banyak orangtua yang komplain ke kita. Kuotanya jadi tambah tekor. Soalnya belajar online kan harus memakai kuota yang sangat banyak," ungkap Didik.
Ia berharap ada upaya dari Kemendikbud untuk mengatasi masalah tersebut.
"Info terakhir belajar online diperpanjang sampai batas waktu tidak ditentukan. Kita gak tahu ada aturan baru atau tidak," tandasnya.
Baca Juga: 7 Tips Asyik untuk Memotivasi Kamu Selama Belajar Online di Rumah