Berebut Kupat Jembut, Meriahnya Tradisi Syawalan di Semarang 

Namanya tak nyaman didengar, tapi enak dimakan lho

Semarang, IDN Times - Perayaan 1 Syawal juga digelar dengan semarak oleh masyarakat Kota Semarang, Jawa Tengah. Berada di pinggiran kota, tepatnya di Kampung Jaten Cilik, Pedurungan Tengah, ratusan anak-anak berduyun-duyun keluar rumah begitu jarum jam menunjukkan pukul 05.00 WIB Subuh, Rabu (12/6).

Mereka mendatangi rumah-rumah yang telah dipasangi untaian ketupat. Berbeda dengan bentuk pada umumnya, warga Kampung Jaten Cilik membuat ketupat dengan tampilan yang unik. Namanya pun unik, yaitu Kupat Jembut. Kupat ini merupakan salah satu kuliner khas Syawalan di Semarang itu. Nama lain yang lebih nyaman didengar yaitu Kupat Tauge.

1. Kupat jembut yang diselipi uang jadi favorit anak-anak

Berebut Kupat Jembut, Meriahnya Tradisi Syawalan di Semarang IDN Times/Fariz Fardianto

Baca Juga: Syawalan di Pekalongan, Menikmati Indahnya Balon Udara Warna-warni

Disebut kupat jembut karena di dalam kupat tersebut terdapat tauge yang menjuntai ke bawah. Bentuknya padat berisi. Di dalamnya juga diselipi beberapa lembar kertas uang untuk menarik minat anak-anak.

"Cara bikinnya ya sama kayak kupat umumnya. Cuma memang di sini yang khas ada tambahan isian tauge dan ada uangnya. Ini yang jadi rebutan anak-anak," kata Munawir, seorang warga setempat.

Warga lokal sejak lama menamai ketupat isi tauge tersebut dengan sebutan kupat jembut. Terdengar menjijikan, tetapi banyak warga yang antusias membuat kupat jembut setiap syawalan tiba.

2. Pembuatan kupat jembut berawal dari dua warga Demak

Berebut Kupat Jembut, Meriahnya Tradisi Syawalan di Semarang IDN Times/Fariz Fardianto

Pembuatan kupat jembut sudah mengakar di Jaten Cilik sejak puluhan tahun silam. Munawir bercerita bila semuanya berawal dari dua sesepuh kampungnya yang hijrah dari Demak ke Pedurungan. 

"Ada dua pasangan suami istri yang pindah ke Semarang. Mereka membuka lahan di sini. Sebagai pelopor berdirinya kampung Jaten, mereka lalu membuat sebuah budaya untuk memperingati Syawalan. Nah, agar kupat lebih bergizi, maka diisi dengan tauge dan kubis," ujar pria berusia 45 tahun tersebut. 

Tradisi kupat jembut sudah berlangsung sejak tahun 1950 silam. Pembuatan kupat jembut untuk menunjukan kesederhanaan warga lokal dalam menyambut Syawalan. 

Baca Juga: 5 Amalan Ibadah yang Bisa Kamu Lakukan di Bulan Syawal untuk Meraih Pahala

3. Kupat jembut berisi lombok, kubis, tauge dan parutan kelapa

Berebut Kupat Jembut, Meriahnya Tradisi Syawalan di Semarang IDN Times/M.Idris

Munawir mengaku mayoritas ibu-ibu berbondong-bondong membuat kupat jembut semalaman suntuk. "tu simbol kesederhanaan. Jadi adanya cuma tauge, kelapa, dan lombok, jadi isinya ya tauge sama sambal kelapa atau gudangan. Jadi endak harus dengan opor," katanya.

Menurutnya keberadaan kupat jembut merupakan wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas berkah yang diberikan selama bulan Ramadan.

"Kalau pas bagi-bagi kupatnya paling ramai itu karena banyak keluarga yang mudik. Jadinya yang datang jauh-jauh dari kota-kota besar ikutan nyawer buat anak-anak juga, Mas," ungkapnya.

Munawir berharap kupat jembut bisa dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Sehingga ia ingin kupat jembut menjadi salah satu panganan khas Syawalan yang jadi daya tarik tersendiri di Kota Semarang.

Baca Juga: 5 Tips Agar Ketupat Tahan Lama & Tidak Gampang Basi

Topik:

Berita Terkini Lainnya