BPOM Musnahkan 2.702 Butir Sisa Obat, Mayoritas Antibiotik dan Vitamin
![BPOM Musnahkan 2.702 Butir Sisa Obat, Mayoritas Antibiotik dan Vitamin](https://cdn.idntimes.com/content-images/community/2021/04/vitamin-b-4308676-1280-38fed7107cee058098ca06304c1beb90-e8c83cb9c65962458392a0482331101f_600x400.jpg)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Semarang menemukan 2.702 butir obat berbagai macam merek. Obat sebanyak itu merupakan sisa konsumsi masyarakat yang telah kedaluwarsa.
Baca Juga: BPOM Semarang: Fentanyl Sering Dipakai untuk Operasi, RS Harus Ekstra Hati-hati
1. Paling banyak sisa antibiotik dan obat hipertensi
Kepala BPOM Semarang, Lintang Purba Jaya mengatakan ribuan sisa obat itu dikumpulkan oleh para pengelola apotek di Jawa Tengah untuk selanjutnya dihancurkan di kantornya pada hari ini, Selasa (28/11/2023).
"Ada 2.702 item yang kita musnahkan hari ini. Kita menemukan paling banyak sisa antibiotik dan anti hipertensi dan sisa obat ini malah banyak ditemukan. Padahal sebenarnya obat ini harus dikonsumsi sampai habis," kata Lintang.
2. Sisa obat yang dibuang sembarangan bahayakan lingkungan
Lintang mengaku sisa obat yang sudah tidak dikonsumsi akan menjadi berbahaya bagi lingkungan jika dibuang sembarangan. Pasalnya, tak cuma obat virus Corona saja, sisa obat yang ditemukan petugasnya juga banyak yang berupa produk vitamin.
Jika sisa obat dibuang sembarangan, kata Lintang maka beresiko menimbulkan limbah yang membuat masyarakat rentan terkontaminasi.
"Ini tidak hanya obat COVID-19 tapi ada juga sisa vitamin. Yang jadi bahaya jika sampah obat dibuang sembarangan ke tanah maka akan muncul pencemaran lingkungan. Nantinya berpotensi menimbulkan resistensi antibiotik. Bisa masuk ke dalam air yang dikonsumsi masyarakat," tuturnya.
Editor’s picks
Bahaya lain yang ditimbulkan, menurutnya yaitu bisa disalahgunakan oleh para pengepul sampah. "Kalau ada pengepul yang nakal lalu jual sisa obat, itu dampaknya bahaya sekali," tegasnya.
3. Apoteker diminta beri pemahaman ke masyarakat
Lebih lanjut, dirinya telah mengajak Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) untuk meningkatkan kerjasama dengan 63 apotek dan klinik agar menyediakan dropbox untuk menampung sisa obat dari masyarakat.
Para apoteker juga diminta untuk memberi pemahaman kepada konsumennya untuk merubah perilaku saat memberi obat.
"Mereka harus menyampaikan ke konsumen kalau beli obat yang harus sesuai. Tidak perlu beli antibiotik yang tidak sesuai kebutuhan," paparnya.
4. IAI sambut baik ajakan BPOM
I Kadek Bagiana, Wakil Ketua IAI Jateng menyatakan pihaknya telah memiliki program untuk melindungi masyarakat dari peredaran obat yang kedaluwarsa.
"Ini sudah rutin kita lakukan. Kalau masyarakat tahu apotek bisa digunakan membuang obat maka nanti jumlahnya akan semakin banyak," terangnya.
Baca Juga: BPOM Tingkatkan 8 Loka Jadi Balai POM untuk Kawal Keamanan dan Mutu