6 Bukti Jawa Tengah Alami Krisis Iklim Cepat Selama 30 Tahun, Waspada!

Suhu di Jateng naik cepat sampai 0,5 derajat, lho

Semarang, IDN Times - Stasiun BMKG Klimatologi Kelas I Semarang menyatakan, akurasi pengukuran curah hujan yang selama ini dikerjakan hanya bisa mencapai 90 persen karena sebagai besar wilayah Jawa Tengah telah mengalami perubahan iklim yang sangat signifikan. 

Baca Juga: Banjir Terjang 8 Wilayah Pesisir Pantura Jateng, Prediksi BMKG Malah Dicuekin

Curah hujan dihitung selama 30 tahun

6 Bukti Jawa Tengah Alami Krisis Iklim Cepat Selama 30 Tahun, Waspada!Ilustrasi hujan (IDN Times/Sukma Shakti)

Kepala Stasiun BMKG Klimatologi Kelas I Semarang, Sukasno mengatakan, petugasnya telah mengukur suhu udara di sejumlah titik. Hasil pengukuran suhu udara itu dibandingkan dengan kejadian 10 tahun bahkan 30 tahun yang lalu. 

"Salah satunya ada perubahan curah hujan yang bisa dilihat dari tahun 1981 sampai 2010. Kemudian diukur lagi dari tahun 2011 sampai tahun 2022. Kita telah melakukan kajian untuk membandingkan siklus cuaca yang selama 30 tahun terakhir. Bahkan perubahan iklim yang sangat nyata bisa dilihat sejak 10 tahun terakhir," kata Sukasno saat berbincang dengan IDN Times melalui sambungan telepon, Jumat (2/9/2022). 

Temperatur suhu udara di Jateng naik cepat

6 Bukti Jawa Tengah Alami Krisis Iklim Cepat Selama 30 Tahun, Waspada!Petugas BMKG memeriksa alat pengukur intensitas penyinaran matahari atau Campbell Stokes (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Ketika data suhu udara tahun 1981 diperbandingkan dengan kejadian tahun 2022, Sukasno menjelaskan, sudah terjadi pergeseran suhu udara di Jawa Tengah. Menurutnya suhu udara wilayah Jawa Tengah mengalami kenaikan 0,3-0,5 derajat Celcius per 30 tahun.

Sedangkan untuk kenaikan suhu udara yang dihitung selama 10 tahun terakhir mencapai 0,3 derajat Celcius. 

Curah hujan tambah tinggi karena banyak penguapan dari air laut

6 Bukti Jawa Tengah Alami Krisis Iklim Cepat Selama 30 Tahun, Waspada!Ilustrasi Hujan. IDN Times/Sukma Shakti

Naiknya suhu udara telah memengaruhi  peningkatan suhu permukaan laut terutama di kawasan Laut Jawa. Sukasno memaparkan, suhu udara yang selalu meningkat telah menyebabkan munculnya banyak penguapan udara di tanah sehingga membuat muka air laut menjadi menghangat. 

"Efek perubahan iklim yang nyata juga bisa kita rasakan saban hari. Cuaca yang begitu panasnya kemudian kita juga menganalisis dan menemukan bahwa suhu muka laut ikut meningkat. Dengan temperatur udara yang panas membuat banyak penguapan udara dari tanah. Curah hujan juga tambah tinggi karena ada banyak penguapan dari air laut," terangnya. 

Warga pegunungan terdampak perubahan iklim

6 Bukti Jawa Tengah Alami Krisis Iklim Cepat Selama 30 Tahun, Waspada!ANTARA FOTO/Idhad Zakaria

Lebih lanjut, ia menjelaskan, kenaikan suhu udara selama 30 tahun juga mengakibatkan masyarakat wilayah pegunungan dan dataran tinggi terkena dampaknya. Meski tidak signifikan, akan tetapi warga di pegunungan merasakan suhu udara saat ini cenderung menghangat. 

"Kalau ditanya apakah di wilayah pegunungan tidak sedingin zaman dahulu, tentunya kita butuh kajian lebih detail lagi. Tapi agak-agaknya memang ada dampaknya. Cuman belum signifikan dirasakan sama warga. Tapi di dataran rendah dampaknya sangat terasa," urainya. 

Hujan lebat turun tiba-tiba di luar perkiraan

6 Bukti Jawa Tengah Alami Krisis Iklim Cepat Selama 30 Tahun, Waspada!Ilustrasi. Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memeriksa alat ukur penguapan (Open Pan Evaporimeter) di Laboratorium BMKG (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Bukti krisis iklim lainnya juga disampaikan Sukasno yang mana curah hujan di wilayah Jawa Tengah selama bertahun-tahun kondisinya sulit diprediksi. Malahan intensitas curah hujannya sangat tinggi dengan sebaran yang tidak bisa ditentukan. 

"Faktor lain yang mengarah pada perubahan iklim yang pesat adalah kemunculan El Nino dan La Nina yang siklusnya pendek. Jika biasanya kita bisa mendeteksi El Nino di Pasifik dan La Nina dalam siklus yang panjang, tapi sekarang siklusnya menjadi pendek. Akibat siklus yang pendek ini efeknya apa, ya curah hujan yang lebat turunnya selalu tiba-tiba. Misalnya di suatu daerah diprediksi curah hujannya tertinggi 150 milimeter per bulan. Namun kenyataan di lapangan yang muncul 150 milimeter per hari," terangnya. 

Akurasi penghitungan prakiraan cuaca sekitar 90 persen

6 Bukti Jawa Tengah Alami Krisis Iklim Cepat Selama 30 Tahun, Waspada!Ruang pengamatan cuaca BMKG (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Meski begitu, pihak BMKG Klimatologi Semarang sejauh ini masih bisa menghitung data prakiraan curah hujan dengan tingkat akurasi yang mencapai 90 persen. Sebaran curah hujan maupun penghitungan datangnya musim kemarau tetap bisa diprediksi meski kondisi cuaca tiap wilayah berubah secara mendadak. 

"Akurasi untuk menghitung prakiraan curah hujan masih 90 persen. Kita ambil sampelnya di kantor kami. Lalu petugas kita sebar juga di Jawa Tengah bagian Utara, Jawa Tengah bagian Barat, Jawa Tengah bagian Timur dan pantai selatan Jawa Tengah. 

Warga Mijen Semarang merasa cuaca bertambah panas

6 Bukti Jawa Tengah Alami Krisis Iklim Cepat Selama 30 Tahun, Waspada!Ilustrasi cuaca panas (pixabay.com)

Terpisah, dampak perubahan iklim dirasakan sejumlah warga Kota Semarang yang rumahnya berada di dataran tinggi atau kerap disebut kawasan Semarang atas. Salah satunya berdasarkan pengakuan Ponijan, seorang warga Kedungjangan, Purwosari Kecamatan Mijen. 

Ponijan mengaku, jika zaman 20 tahun lalu kampungnya terasa dingin ketika malam hari. Akan tetapi belakangan ini suhu udara saat malam terasa gerah dan panas.

"Dulunya kan hujan jati di sinimasih banyak, jadinya udaranya masih sejuk, dingin kalau malam. Waktu kecil saya mau mandi malam-malam aja gak berani. Kalau sekarang rasanya sumuk banget. Hujan jatinya sudah ditebang jadi perumahan semua. Ya jadinya kalau siang, panas ngeter (terik) banget," kata Ponijan. 

Baca Juga: Miris! Sering Melaut, Ratusan Nelayan Tambaklorok Justru Dapat Popok dan Softex

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya