Miris! Sering Melaut, Ratusan Nelayan Tambaklorok Justru Dapat Popok dan Softex

Nelayan Tambaklorok dapat sedikit ikan segar

Semarang, IDN Times - Pencemaran limbah di Perairan Semarang rupanya dari hari ke hari makin mengkhawatirkan. Dampaknya pun dirasakan para nelayan yang tinggal di Kampung Tambaklorok, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara. 

Baca Juga: Banjir Terjang 8 Wilayah Pesisir Pantura Jateng, Prediksi BMKG Malah Dicuekin

1. Sebanyak 20 persen tangkapan nelayan Tambaklorok berwujud sampah

Miris! Sering Melaut, Ratusan Nelayan Tambaklorok Justru Dapat Popok dan SoftexIlustrasi pencemaran laut (unsplash.com/@naja_bertolt_jensen)

Berdasarkan pengakuan dari pengurus Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Kota Semarang diketahui ada ratusan nelayan yang sering pulang dengan tangan hampa karena wilayah perairan Semarang telah tercemar limbah rumah tangga. 

Banyak partikel sampah yang masuk ke jaringan nelayan sehingga membuat hasil tangkapan yang didapatkan saban hari merosot drastis. 

"Apalagi dengan kondisi sekarang yang masuk angin timuran, rata-rata tangkapan nelayan di Tambaklorok berkurang 30 persen. Dan ironisnya dari 30 persen itu, terdapat 20 persen yang hasilnya berupa sampah dari buangan limbah rumah tangga," ungkap Pelaksana Tugas Ketua KNTI Kota Semarang, Slamet Ari Nugroho kepada IDN Times, Selasa (23/8/2022). 

2. Nelayan bisa dapat berkilo-kilo popok dan softex dari laut

Miris! Sering Melaut, Ratusan Nelayan Tambaklorok Justru Dapat Popok dan SoftexIlustrasi popok bayi (pexels.com/RODNAE Productions)

Menurut Slamet, limbah rumah tangga yang sering dibuang begitu saja di laut telah menyebabkan Perairan Semarang dikotori sampah-sampah plastik. 

Biasanya, katanya, ketika nelayan berangkat melaut sejak malam, saat pulang Subuh atau Pagi kerap mendapatkan tumpukan sampah. Ia berkata, partikel sampahnya kebanyakan popok bayi, pembalut wanita, bungkus makanan hingga kantong plastik dengan ukuran bervariasi. 

"Ada popok, softex, sampah plastik. Bisa berkilo-kilo. Padahal jumlah nelayan Tambaklorok itu mencapai 773 orang, jadi sudah bisa diperkirakan berapa banyak sampah yang didapat. Jumlah ikan segarnya malah sedikit sekali," aku pria yang juga sebagai Ketua KNTI Jawa Tengah tersebut. 

3. KNTI beri edukasi warga Tambaklorok

Miris! Sering Melaut, Ratusan Nelayan Tambaklorok Justru Dapat Popok dan SoftexIDN Times/Fariz Fardianto

Slamet memperkirakan, sebagian sampah popok dan partikel merupakan hasil buangan dari limbah perumahan dan kampung yang dekat dengan pesisir pantai. 

Sejak beberapa bulan terakhir KNTI telah berinisiatif mengedukasi warga Tambaklorok dengan mengadakan pasar krempyeng (cepat bubar). 

Di lokasi pasar krempyeng, katanya tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli ikan. Sebagai gantinya, KNTI telah sepakat dengan warga untuk menukarkan sampah rumah tangga dengan ikan segar. 

"Oleh sebab itulah, kita sering mengadakan pasar krempyeng sebagai sarana edukasi warga. Sehingga warga beli ikan dengan menukarkan sampah plastik yang dikumpulkan dari rumahnya. Soalnya kalau gak begini warga gak akan sadar. Kita juga perkirakan partikel sampahnya di laut banyak yang asalnya dari kampung-kampung dan perumahan," ujar Slamet. 

4. Perairan Semarang diklaim jadi pusat peredaran ikan

Miris! Sering Melaut, Ratusan Nelayan Tambaklorok Justru Dapat Popok dan SoftexIlustrasi hasil tangkap nelayan. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Perairan Semarang sendiri merupakan area tangkapan yang ideal bagi para nelayan pesisir Tambaklorok. 

Slamet mengutarakan, jika wilayah perairan tersebut jadi primadona bagi nelayan sekitar Semarang, Kendal dan Demak sebagai pusat penangkapan ikan. 

"Karena Laut Semarang itu kayak mangkok. Sebenarnya banyak ikan di dalamnya. Jadi tidak hanya nelayan Semarang saja tetapi ada banyak dari Kendal dan Demak," terangnya. 

5. Nelayan Tambaklorok butuh SPBN untuk cukupi kebutuhan solar

Miris! Sering Melaut, Ratusan Nelayan Tambaklorok Justru Dapat Popok dan SoftexSPBU Nelayan Karyamina Kota Tegal, Selasa (26/11) siang, didapati antrean puluhan jeriken kosong milik nelayan. (IDN Times/Haikal Adithya)

Selain itu, pihaknya juga berharap agar pemerintah membangun Stasiun Bahan Bakar Nelayan (SPBN) untuk mencukupi kebutuhan solar bagi para nelayan Tambaklorok. Penyediaan SPBN jadi kebutuhan urgent mengingat saat ini harga solar bertambah mahal dan tidak bisa dijangkau para nelayan. 

"Selama ini SPBN yang dibangun terlalu jauh lokasinya di Kaligawe. Pemerintah memang sudah sering merapatkan pendirian SPBN di Tambaklorok. Tapi belum juga direalisasikan. Kita sudah usulkan agar dibuatkan SPBN di depan Pos Lanal atau Tambakrejo. Kata dari Dinas Perikanan harus melewati studi kelayakan. Disisi lain kebutuhan solar bagi tiap nelayan sebanyak 30-60 liter per hari," tandasnya. 

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya