Cara ISIS Rekrut Anggota Lewat FB, Twitter, Densus Lakukan Pelacakan

Semarang, IDN Times - Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror telah melacak pergerakan jaringan ISIS dalam merekrut sejumlah anggota baru.
Kelompok teror memanfaatkan sistem algoritma yang ada di media sosial (medsos) untuk menyebarkan propagandanya sekaligus menentukan sasaran empuk merekrut anggota.
Baca Juga: 7.423 Warga Asing Tinggal di Jateng, Separuh Kerja, Ada yang Ikut Syuting Film
1. Densus: ISIS pakai Twitter dan FB untuk rekrut target rentan
Kepala Densus 88 Antiteror Polri, Irjen Pol Marthinus Hukom mengatakan medsos yang dipakai ISIS untuk menjaring anggota-anggota yang baru ialah memanfaatkan Facebook dan Twitter.
"Ini adalah cerdasnya ISIS memanfaatkan medsos, terutama Facebook dan Twitter dipakai untuk merekrut target-target yang rentan," kata Marthinus, Senin (20/3/2023).
2. Medsos dijadikan alat perang
Lebih jauh, ia menyebut bahwa jejaring medsos saat ini dijadikan ISIS untuk mempropagandakan aksi teror. Ia bilang medsos sudah dimainkan sebagai alat perang oleh ISIS. Untuk itulah, ia mengingatkan kepada pemerintah dan semua elemen masyarakat guna mengatasi propaganda teror melalui medsos.
“Medsos adalah ‘alat perang’ di era kemajuan informasi teknologi, jangan sampai kita bisa hindari perang tradisional, tetapi perang medsos tidak bisa kita hindari,” ujarnya saat menjadi pembicara di Gedung Soegijapranata Catholic University (SCU) Jalan RM Hadi Soebeno, Mijen Semarang.
Di Gedung SCU, turut hadir Direktur Penindakan Densus, Brigjen Pol Suseno Nurhandoko, Direktur Identifikasi Sosialiasi (Idensos) Brigjen Pol Arif Makhfudiharto dan Direktur Pencegahan Brigjen Pol Tubagus Ami Prindani. Serta Kanit Idensos Satuan Tugas Wilayah (Satgaswil) Jateng Densus 88, AKBP Bambang Prasetyanto.
3. Perlu ciptakan ruang gema untuk cegah propaganda teror
Editor’s picks
Ia mendorong mahasiswa sebagai agen yang pas untuk membanjiri media sosial dengan konten positif sebagai kontra narasi radikalisme terorisme. Perlu menciptakan eco chamber alias ruang gema untuk menetralisir propaganda radikal teror di medsos.
Ia menilai, para pendiri bangsa ini bahkan memberikan landasan filosofi, yang menjadikan negara Indonesia tetap utuh.
4. Radikalisme ada di semua agama
Secara khusus, ia menegaskan aksi terorisme tidak monopoli satu aliran tertentu. Ia bilang paham teroris bisa muncul dalam banyak aliran atau agama dan bisa menimpa kepada individu yang tidak beragama sekalipun.
"Sebetulnya radikalisme itu ada dalam agama apapun, tidak hanya terkait dengan satu agama tertentu," sambungnya.
5. Unika Soegijapranata tegaskan sudah khatam soal toleransi
Rektor SCU, Dr Ferdinandus Hindiarto menyatakan, kampusnya senantiasa mengajarkan nilai-nilai keindonesiaan. Adapun terkait toleransi, pihaknya sudah selesai dengan hal tersebut.
“Implementasi dari nilai-nilai toleransi sudah sepenuhnya dijalankan seluruh civitas akademika. Kami menggembleng generasi muda yang menguasai ilmu pengetahuan dengan kedewasaan moral dan kepribadian. Sehingga akan berani mengambil peran pemimpin di manapun mereka berkarya," ungkapnya.
Sekda Jateng, Sumarno menambahkan, perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Sedang radikalisme merupakan bahaya laten yang tidak kelihatan, yang harus diwaspadai kapanpun.
Baca Juga: Sejarah Unika Soegijapranata Teladani Ajaran Uskup Agung Semarang