Duh! Mesin PLTSa TPA Jatibarang Semarang Mati Setahun, Ini Pemicunya

Semarang, IDN Times - Pengelola TPA Jatibarang Semarang menyatakan mesin pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) Jatibarang tidak bisa dioperasikan selama setahun terakhir lantaran terkendala sumber pasokan sampah organik.
1. Kebutuhan sampah organik untuk PLTSa sebanyak 9 ton
Menurut Kasubag TU UPTD TPA Jatibarang, Joko Hartono, sampah organik selama ini memang diandalkan menjadi bahan baku utama untuk diubah menjadi energi panas yang disalurkan pada mesin insirenator PLTSa.
"Kan kebutuhan sampah organik untuk diubah menjadi energi panas mencapai 9 ton. Sedangkan kita masih kekurangan suplainya. Secara sistemnya, sampah organik yang masuk di TPA Jatibarang selama ini dikelola, diendapkan dan ditutup oleh penutup membran. Kemudian diolah lagi untuk disalurkan menjadi energi penggerak untuk mesin PLTSa-nya," ungkap Joko, Selasa (1/11/2022).
Baca Juga: 58 TPA di Jateng Overload, TPA Jatibarang Sudah Gak Sanggup Menampung Sampah
2. PLTSa Jatibarang hasil kerjasama dengan Denmark
Ia mengatakan, PLTSa Jatibarang sebenarnya merupakan megaproyek hasil kerja sama dengan Denmark. Dalam pengadaan sarana fisiknya, pihak ketiga memberikan support yang dikolaborasikan dengan program yang ada di Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dan Kementerian ESDM.
Di TPA Jatibarang sendiri, katanya terdapat empat zona penampungan sampah dengan total luasan 46 hektare. Ketika memasuki musim hujan, Joko berkata, volume sampah meningkat menjadi 1.000 ton.
Editor’s picks
"Di sini ada empat zona. Luasan total TPA mencapai 46 hektare. Tapi saya pastikan gak ada area penampungan sampah yang longsor," tegasnya.
3. Terdapat 400 pemulung yang diberdayakan di TPA Jatibarang
Berdasarkan sisi operasionalnya, pengolahan sampah di Jatibarang juga didukung fasilitas 150 truk sampah. Joko menguraikan masing-masing truk sampah dioperasikan menyebar di 16 kecamatan dan 177 kelurahan serta kampung di Semarang.
"Kalau jumlah pemulung yang kita berdayakan di area TPA terdapat 400 lebih. Kebanyakan pemulung dari Karanggede Boyolali, Bandung, Kudus, sebagian kecil Semarang dan Purwodadi. Rata-rata per hari mereka dapat memilah sampah 10 ton," terangnya.
4. PLTSa Jatibarang berhenti beroperasi sampai batas yang tak ditentukan
Terpisah, Supervisor Pengelola PLTSa TPA Jatibarang dari PT BPS, Aas Hernawan membenarkan bahwa operasional PLTSa berhenti karena terkendala faktor teknis.
"Jadi secara teknisnya dihentikan sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Mesinnya nanti kita cek lagi. Kita tidak bisa menyampaikan mekanisme penggunaan secara detail karena yang lebih paham dari jajaran manajemen pusatnya," tutupnya.
Baca Juga: Ngeri, TPA Jatibarang Semarang Overload! Harusnya Tutup 2021, Tapi...