Kaesang Diprediksi Gagal Loloskan PSI ke Senayan: Anak Muda Cuma Jargon
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Terpilihnya Kaesang Pangarep menjadi Ketum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) diprediksi tidak serta-merta bisa mengerek popularitas partai bernomor urut 15 tersebut. Pasalnya, putra bungsu Presiden Jokowi itu belum memiliki rekam jejak yang mumpuni di dunia politik bahkan PSI juga tergolong partai yang memiliki segmen pemilih yang terbatas.
1. PSI gak punya basis massa yang mengakar kuat
Menurut Pengamat Politik dari Departemen Politik dan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Undip Semarang, Nur Hidayat Sardini, keputusan pengurus PSI yang menunjukkan Kaesang sebagai Ketum tidak akan membawa pengaruh yang signifikan.
Nur menyatakan, PSI selama ini hanya dikenal sebagai partai kelas ibu kota Jakarta. Sehingga tidak memiliki basis massa yang menyebar di seluruh penjuru Tanah Air termasuk kawasan pedesaan.
"PSI kan cuma partai seputaran ibu kota. Mereka sudah jelas tidak punya basis pendukung yang mengakar kayak PKB. Lalu untuk penetrasi mereka yang selama ini diidentikan ke kalangan anak muda, itu kenyataannya hanya sebatas jargon," ujar dosen ilmu politik Undip tersebut, ketika dihubungi IDN Times, Selasa (26/9/2023).
Baca Juga: Kaesang Jadi Ketum PSI, KPU Imbau Urus Berkas di Kemenkumham dan Sipol
2. Kaesang diragukan bisa bawa PSI ke Senayan
Nur mengatakan PSI kerap menggaungkan bahwa mereka lekat dengan dunia anak muda yang melek teknologi informasi. Akan tetapi dengan pengalaman geopolitik dan minim strategi politik ditambah tidak punya basis dukungan massa yang jelas, katanya PSI dipastikan tidak laku di Indonesia.
Kecenderungan PSI tidak laku bisa terlihat dari hasil Pemilu 2019 silam yang mana Grace Natalie yang mempopulerkan PSI nyatanya tidak mampu membawa partai itu lolos ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
"Ya emang waktu itu dia populer, tapi fakta hasil pemilunya dia tidak mampu lolos parlementary threshold. Sebabnya PSI bukan partai yang tegas. Dan rekam jejak semua tergantung siapa tokohnya. Kalau Kaesang kan yang kita tahu cuma bergelut di bidang usaha. Sosok Kaesang sangat diragukan untuk loloskan PSI di parlementary threshold 2024. Pasti banyak yang menyangsikan," ungkap Nur.
3. PSI tidak sanggup menyelami kebutuhan anak muda
Editor’s picks
Tak cuma itu saja, katanya kelemahan lain dari PSI yakni tidak memiliki basis massa yang jelas. PSI justru menjadi partai sekuler yang kerap membatasi diri dengan nilai pergerakan berbasis agama dan unsur masyarakat tertentu.
PSI juga hanya memiliki segmen massa yang terbatas hanya pada kalangan Gen Z dan Millennial. Di sisi lain, Nur mengaku perilaku Gen Z dan Millennial umumnya kerap mengikuti lagam keinginan masing-masing orang tuanya.
Selain itu, PSI juga tidak mampu menyelami kebutuhan anak muda secara luas. "Padahal dunia anak muda Indonesia karakternya agak berbeda dengan kelas menengah di Amerika dan negara lainnya. Sedangkan, PSI ini kan partai sekuler. Sering dikaitkan dengan mengandalkan anak muda. Tetapi yang patut dicermati, PSI untuk basis dukungan market aktifnya tidak terlihat. Dan kebanyakan Gen Z apakah tidak ikut lagam orang tuanya. Tentu saya lihat PSI tidak akan mampu menyelami kebutuhan golongan anak muda yang sebenarnya," cetusnya.
4. Jargon PSI tidak laku
Lebih jauh lagi, Nur berkata PSI yang menyasar segmen pemilih anak muda, tidak akan bisa berbuat banyak pada kontestasi Pileg 2024. Apalagi, banyak pengamat yang menyebut Gen Z Indonesia tidak punya mental kuat dalam menjawab tantangan masa depan bangsa Indonesia.
"PSI yang kemana-mana jualan anak muda pasti tidak laku di pemilu tahun depan. Karena anak muda yang digambarkan generasi stroberi, buah stroberi sangat indah, sangat molek, tapi lecet sedikit bisa bubrah semua. Artinya, anak muda zaman sekarang tidak punya mental kuat menghadapi tantangan zaman," ujar mantan Ketua Bawaslu RI ini.
5. Pakar: Tahapan pemilu gak melulu soal mainan medsos
Untuk itulah, keberadaan Kaesang sebagai Ketum PSI tidak akan membawa berkah yang banyak. Walaupun Kaesang populer sebagai anak presiden, akan tetapi pertarungan dalam tahapan Pemilu selalu membutuhkan tindakan dan gerakan yang kongkrit.
Nur menegaskan tahapan Pemilu tidak melulu soal bermain medsos. Melainkan mesti berani bertarung head to head di lapangan saat Pemilihan Legislatif (Pileg) , Pemilihan Gubernur (Pilgub), Pemilihan Walikota (Pilwakot) dan Bupati (Pilbup) serta Pemilihan Presiden (Pilpres).
"Contohnya Amien Rais dengan PAN yang ngetop saat Reformasi juga terbukti tidak mampu menandingi PDIP. Padahal kan Amien Rais dikelilingi orang Islam berpengaruh. Jadi, faktanya walaupun sangat populer, terutama PSI dengan Kaesang nantinya hanya akan mengulang perilaku anak muda yang kebingungan masuk kota. Soalnya tahapan Pemilu tidak hanya soal kampanye medsos tapi tindakan kongkrit di lapangan. PSI selama ini tidak ada di proses tersebut," pungkasnya.
Baca Juga: Kaesang Jadi Ketum, Pengamat: PSI Partai Anak Muda yang Bapakisme