Kecap Mirama, Bumbu Racikan Nyonya Tan yang Digandrungi Orang Semarang

Legenda kecap khas Semarang sejak ratusan tahun silam

Semarang, IDN Times - Setiap masakan di Indonesia mempunyai citarasa yang beragam. Tak cuma rasa manis saja. Tetapi juga ada pedas, asin hingga gurih. Dari segala jenis bumbunya, selera makan orang Indonesia sangat dipengaruhi oleh kecap. 

Di Semarang, Jawa Tengah terdapat sebuah pabrik kecap legendaris yang jadi favorit warga lokal sejak ratusan tahun. Namanya kecap Mirama sebuah merek yang mampu bertahan sejak tahun 1930 silam. 

Berada di pinggir Jalan Gang Gambiran, kawasan Pecinan, Kecamatan Semarang Tengah, tumpukan botol kecap Mirama terlihat memenuhi sebuah rumah berkelir hijau muda.

Pada bagian lain, sejumlah pegawai sibuk memasak bumbu-bumbu yang diracik menjadi kecap manis. Mereka memasak ragam bumbu sedari pagi hingga selepas siang. 

Pemandangan tersebut sangat jamak terlihat saban hari di rumah keluarga besar Markus Djuli Purwanto sebagai generasi ketiga penerus bisnis kecap Mirama. 

1. Nyonya Tan Tiong Kwie semula sulit cari bumbu untuk masakannya

Kecap Mirama, Bumbu Racikan Nyonya Tan yang Digandrungi Orang SemarangTumpukan botol kecap Mirama di pabriknya Jalan Gambiran Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Kecap Mirama tak bisa dilepaskan dari peran sang nenek yang bernama Nyonya Tan Tiong Kwie. Nyonya Tan lah orang yang pertama kali menemukan bumbu pilihan untuk dijadikan bahan baku pembuatan kecap. Resep kecap ia temukan saat suaminya yang bernama Kwee Siek Giem seharian bekerja. 

Ketika zaman pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, banyak warga Semarang yang kesulitan mencari bumbu yang pas untuk diolah jadi sebuah masakan. 

Nyonya Tan yang saat itu mengalami betapa repotnya mendapatkan bumbu masakan, sedikit demi sedikit bertekad meracik bumbu sendiri agar masakannya tambah sedap. Bumbu yang diolah dari gula jawa, ragam rempah, kedelai hitam, serai dan laos. 

"Dari bahan baku bumbu itulah, nenek saya yang bernama Nyonya Tan Tiong Kwie berhasil membuat cairan yang rasanya kental manis yang dikenal dengan nama kecap. Dia mulai membuat kecap antara tahun 1930-1940. Soalnya pas era Hindia Belanda kan orang-orang peranakan susah cari bumbu. Tapi waktu itu sama sekali belum ada mereknya," kata Markus Djuli Purwanto saat berbincang dengan IDN Times, Minggu (24/1/2021). 

Baca Juga: 9 Menu Tradisional Khas Indonesia yang Menggunakan Kecap Manis, Lezat!

2. Nyonya Tan akhirnya bikin kecap yang digemari sanak keluarganya

Kecap Mirama, Bumbu Racikan Nyonya Tan yang Digandrungi Orang SemarangGenerasi keempat kecap Mirama memantau proves produksinya. IDN Times/Fariz Fardianto

Era Kolonial Hindia Belanda benar-benar menuntut keluarga peranakan Tionghoa tersebut untuk mencari bahan baku masakan yang enak.

Segala sesuatunya pun akhirnya dibuat sendiri. Lambat-laun, sanak keluarganya mencoba kecap yang dibuat oleh Nyonya Tan. Rasanya ternyata cocok dilidah mereka.

"Ya karena mungkin aja nenek saya dapat ilmu memasak dari leluhurnya atau gimana. Yang jelas keluarga yang nyicipin kecap buatannya, ngerasa cocok di lidah. Rasanya manis, enak," tutur Markus lagi. 

3. Rahasia dibalik batik merah pada merek kecap Mirama terungkap

Kecap Mirama, Bumbu Racikan Nyonya Tan yang Digandrungi Orang SemarangMarkus Djuli Purwanto generasi ketiga kecap Mirama menunjukan logo batik merah. IDN Times/Fariz Fardianto

Yang tidak banyak orang tahu, logo kecap Mirama sejak awal sengaja diberi ornamen batik berwarna merah. Markus bilang bahwa corak batik merah dipasang oleh ayahnya agar gampang dikenali. Sekaligus sebagai ciri khas Kota Semarang dan secara luas sebagai ikon bangsa Indonesia. 

"Kalau kemasannya gak pernah berubah. Tetap seperti awalnya dipasarkan. Kita mempertahankan kecap Mirama tetap pakai botol. Lalu ada ornamen batik merah. Pertimbangannya soalnya batik kan khas Indonesia biar jadi ikon nasional. Sejak tahun 1940-1950 itulah, Mirama dikenal dimana-mana dengan cap batik merah," urai Markus.

"Kalau dihitung, sudah 100 tahun lebih sejak nenek pertama kali membuat kecap. Istri saya dan saya sebagai generasi ketiga sampai sekarang masih meneruskan penjualannya," tambahnya.

4. Kecap Mirama terkenal manis dan sedikit asin. Cocok buat menyantap soto, nasi babat dan bakmi Jawa

Kecap Mirama, Bumbu Racikan Nyonya Tan yang Digandrungi Orang SemarangBuruh pabrik kecap Mirama Semarang memanggul bahan baku saat masuk ke pabrik. IDN Times/Fariz Fardianto

Diakuinya pula bahwa mempertahankan kecap legendaris yang sarat akan sejarah yang panjang bukanlah perkara mudah. Lain daerah lain pula kecapnya. Ungkapan itu benar-benar ia pegang sebagai patokan untuk menjaga kualitas rasa kecap Mirama. Bila ada banyak kecap lokal yang bertebaran di Solo, Pekalongan, Tegal, Kudus, Pati hingga Magelang, maka Kota Semarang sejak tempo dulu menggandrungi kecap Mirama. 

Ketimbang kecap lainnya, kata Markus Mirama yang terkenal manis dan sedikit asin justru cocoknya dipakai untuk penyedap rasa pada nasi soto, nasi goreng babat dan bakmi Jawa. 

"Kecap Mirama ini gak terlalu manis. Dia gak cocok buat cocolan tapi paling pas buat bumbu masakan. Makanya di Yogyakarta, Mirama gak begitu laris. Kan orang sana suka manis, nah kecap Mirama ada rasa asinnya. Jadi cocoknya buat lidah masyarakat pesisir Jateng. Inilah yang bikin kecap itu jadi produk sangat unik. Diluar Jawa beda lagi kecapnya. Di Sumatera pakenya kecap manis tapi encer karena terpengaruh dari budaya Semenanjung Malaya. Maka kecap Mirama sebagai khasnya Semarang, kita pertahankan satu rasa aja. Biar masyarakat tetap mencintai Mirama," bebernya. 

5. Keluarga Markus tetap pertahankan cara masak kecap Mirama. Tanpa pengawet, tanpa pemanis

Kecap Mirama, Bumbu Racikan Nyonya Tan yang Digandrungi Orang SemarangSeorang warga saat bertamu ke pabrik kecap Mirama Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Agar kecap Mirama tetap eksis, cara pengolahannya tidak pernah berubah. Kecap Mirama tidak pernah memakai bahan pengawet, tanpa zat pengental demi menjaga kualitas citarasanya. Cara menjualnya bahkan masih mengandalkan konvensional. 

Pelanggannya menjangkau pada orang-orang lansia yang kadung cinta pada kecap Mirama. Rasa manis dan asinnya hingga kini begitu lekat pada lidah orang Semarang. Saking nagihnya, sampai-sampai masih ada pelanggan yang bawa kartu girik (kartu antrean) saat membeli kecap Mirama di Gang Gambiran Semarang.

"Kartu girik dulunya sering dipakai sama pelanggan kalau mau beli Mirama. Karena kita produksinya terbatas. Kalau sekarang sudah gak pake girik lagi. Tapi masih ada orang yang kadang beli menunjukan giriknya. Sebagai kenang-kenangan katanya," ungkapnya. 

6. Kecap Mirama juga digemari orang-orang Semarang yang bermukim di Jakarta

Kecap Mirama, Bumbu Racikan Nyonya Tan yang Digandrungi Orang SemarangMarkus bersama generasi keempat kecap Mirama saat ditemui di rumahnya. IDN Times/Fariz Fardianto

Kecap Mirama juga sejak lama merambah ke Jakarta. Tepatnya ke lokasi pemukiman yang banyak dihuni orang Semarang. Mulai kawasan Tomang, Kebayoran, Puri Indah, orang makan soto pasti pakainya kecap Mirama. "Penjual bakmi Jawa juga pakai Mirama. Terus Mirama juga dijual ke Purwokerto dan Magelang, tapi gak banyak, sebab orang lokal sukanya kecap dari Jawa Barat. Jadi memang beda-beda, selera orang Magelang beda sama selera wong Solo atau Semarang dan lainnya," ujarnya. 

Sehingga, ditengah persaingan kecap yang begitu ketat, Markus dan keluarga besarnya tak pernah khawatir. Ia percaya Mirama akan tetap digemari masyarakat dengan citarasa, gaya penjualan hingga kenangan manisnya yang tak lekang dimakan zaman.

"Saya, istri dan sepupu yang ngelola bisnis kecap Mirama gak begitu khawatir, kan setiap merek kecap pasti punya penggemar sendiri. Konsumen Semarang sangat suka sama Mirama ya kita turuti aja. Kita jualnya juga sekitar Rp24,500. Kalau di supermarket jadi Rp30 ribu per botol," bebernya. 

7. Generasi keempat kecap Mirama dituntut mampu berinovasi

Kecap Mirama, Bumbu Racikan Nyonya Tan yang Digandrungi Orang Semarangfreepik.com/azerbaijan_stockers

Kini ia menaruh harapan setinggi langit bagi generasi empat sebagai pewaris resep Mirama agar ke depan mempertahankan merek kecap tertua di Jateng tersebut. Ia ingin generasi berikutnya mampu berinovasi me modifikasi Mirama ke dalam kemasan yang lebih praktis. 

"Kepenginnya yang akan meneruskan bisnis nanti harus ada modifikasi produknya. Sekarang kita coba perbanyak produksi Mirama. Kita juga perluas tempat produksi di Ungaran. Soalnya penggemarnya Mirama sudah luas banget. Kita jualannya sudah masuk ke Pasar Bulu, Peterongan, Ganged Baru, Pasar Johar. Kemudian melebar ke Ngaliyan, Pedurungan, Plamongan, Tlogosari. Pokoknya dimana ada warung soto, nasi goreng dan bakmi Jawa, disitu kita masukin Mirama," katanya mantap. 

8. Memakai kecap Mirama bikin klangenan

Kecap Mirama, Bumbu Racikan Nyonya Tan yang Digandrungi Orang SemarangKecap Mirama cocok buat makan soto Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Sedangkan, berdasarkan penuturan sejumlah pedagang soto di Semarang, kecap Mirama memang jadi penambah rasa yang tepat saat menyantap soto. 

"Ini saya kan udah lama banget pake Mirama. Langganan saya juga sukanya sam Mirama. Kata orang-orang yang jajan soto di sini, soto kalau pake Mirama, rasanya tambah sedap. Yang bikin klangenan mungkin ya itu," ujar Harti, pedagang soto sapi di Jalan Peterongan, Semarang Selatan. 

Sri Bekti, warga lainnya di Semarang Utara mengatakan Mirama jadi kecap yang sudah melekat pada benaknya. Menurutnya kecap Mirama tiada duanya. Karena produknya sangat terkenal ke semua lapisan masyarakat.

"Kalau dulu gak pernah dijual ke daerah lain. Cuma Semarang tok. Paling enak itu kalau dibuat campuran nasi goreng. Buat saya cocok, ya gak terlalu manis," tutupnya. 

Baca Juga: 5 Jenis Kecap Dapur Serta Fungsi Utamanya Pada Masakan, Sudah Tahu?

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya