Kisah Dewa Musik, Sosok Raja Penjaga Gedung Tua Pecinan di Semarang

Dewa Musik menjaga seni dan budaya Tionghoa

Semarang, IDN Times - Mendekati perayaan Imlek 2572, sejumlah warga etnis Tionghoa tampak berdatangan masuk ke Gedung Rasa Dharma, Jalan Wotgandul, Pecinan, Semarang Tengah. Dalam suasana pandemik COVID-19, kedatangan mereka yang hendak bersembahyang, diatur secara bergiliran agar tidak berjubel di dalam altar.

1. Kongco Dewa Musik bersifat menjaga seni dan budaya di Pecinan Semarang

Kisah Dewa Musik, Sosok Raja Penjaga Gedung Tua Pecinan di SemarangSalah satu ritual sembahyang menjelang Imlek di Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Semerbak aroma hio menyeruak di seluruh ruangan lantai dua markas Perkumpulan Boen Hian Tong, karena banyak orang khusyuk berdoa di dalam altar. 

IDN Times mendapat kesempatan menjelajahi tempat tersebut bersama seorang rohaniawan. Salah satunya ditunjukkan sebuah patung kongco unik, Dewa Musik yang berada tepat di tengah altar.

"Yang di tengah itu Dewa Musik. Dia satu-satunya kongco yang sifatnya menjaga seni dan kebudayaan di Pecinan," kata rohaniawan yang memimpin doa di Gedung Rasa Dharma, Andi Gunawan, Rabu (10/2/2021). 

Baca Juga: Kisah Sinci Gus Dur di Semarang Diberi Sesaji Mendoan dan Kopi Pahit

2. Dulunya Dewa Musik merupakan sosok raja yang berpengaruh dalam kebudayaan Tiongkok

Kisah Dewa Musik, Sosok Raja Penjaga Gedung Tua Pecinan di SemarangWarg Tionghoa juga rutin sembahyang di depan Sinci Gus Dur. IDN Times/Fariz Fardianto

Ia mengungkapkan Dewa Musik yang dikenal dengan nama Lou Koen Ya dulunya merupakan sosok seorang raja yang memiliki jasa besar dalam mengembangkan kesenian dan kebudayaan Tiongkok. 

Untuk itu, para pengurus Perkumpulan Boen Hian Tong sebagai organisasi sosial dan budaya di Pecinan Semarang memberikan penghormatan tertinggi kepada Dewa Musik. 

3. Terdapat lima dewa yang rutin disembah umat Tri Dharma di Gedung Rasa Dharma

Kisah Dewa Musik, Sosok Raja Penjaga Gedung Tua Pecinan di SemarangWarga Tionghoa Semarang saat sembahyang di depan altarw Dewa Dapur. IDN Times/Fariz Fardianto

Kongco Dewa Musik di dalam altar ditaruh berdampingan dengan Dewa Perang Kwan Kong, Dewi Welas Asih Kwan Im dan para malaikat bintang Utara. Semuanya rutin dilakukan ritual sembahyang setiap menjelang perayaan Imlek.

"Di Gedung Rasa Dharma kita punya lima sembing atau kongco yang sangat dihormati. Yaitu Dewa Dapur, Dewa Musik, Dewa Perang, Malaikat Bintang Utara, Dewi Kwan Im. Selain itu kita juga melakukan ritual bagi Sinci yang terpasang di sini. Termasuk ada Sincinya Gus Dur yang dianggap menjadi pembela kaum minoritas sekaligus bapak Tionghoa Indonesia. Sincinya Gus Dur dipasang berdampingan dengan para tokoh Tionghoa lainnya," ujar Andi. 

4. Warga Tionghoa Semarang tetap menghormati Dewa Musik

Kisah Dewa Musik, Sosok Raja Penjaga Gedung Tua Pecinan di SemarangPenampakan kongco Dewa Musik di Gedung Rasa Dharma Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Terpisah, bagi Ling Ling, yang punya nama Indonesia Indriyani Hadisumarto, keberadaan kongco Dewa Musik selama menjadi pengayom bagi masyarakat Tionghoa yang berupaya melestarikan budaya-budaya warisan leluhurnya.

Dewa Musik, katanya, memiliki peranakan yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang Perkumpulan Boen Hian Tong. Ia menyebut bahwa kongco Dewa Musik punya keunikan karena cuma ada satu-satunya di Semarang. 

5. Warga Tionghoa masih lestarikan alat musik khas Tiongkok

Kisah Dewa Musik, Sosok Raja Penjaga Gedung Tua Pecinan di SemarangSeorang remaja turut memanjatkane doa menjelang Imlek. IDN Times/Fariz Fardianto

Patung Dewa Musik sendiri mulai menempati Gedung Rasa Dharma selang beberapa tahun setelah bangunan tersebut berdiri.

"Gedung Rasa Dharma ini kan berdiri tahun 1876, terus patung dewanya selang beberapa lama dibangun di situ. Di daerah lainnya gak ada Kongco Lou Koen Ya. Karena kitalah yang benar-benar menghormati dia. Atas perannya di masa lalu, sehingga sampai sekarang kita tetap bisa memainkan ragam alat musik khas Tiongkok sebagai ciri khas bagi warga di Pecinan," beber perempuan yang juga Manajer Gedung Rasa Dharma itu.

6. Ada lima jenis alat musik Tiongkok yang masih dilestarikan sampai sekarang

Kisah Dewa Musik, Sosok Raja Penjaga Gedung Tua Pecinan di SemarangProsesi ritual sembayang menghantarkan leluhur digelar di Gedung Rasa Dharma Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Orang-orang peranakan Tionghoa di Semarang awalnya mulai memainkan alat musik pada tahun 1800. Waktu itu, musik yang dimainkan merupakan perpaduan antara alat khas Tiongkok dengan melodi gamelan. 

Sejak saat itulah, warga peranakan Tionghoa terutama para lansia masih tekun memainkan ragam alat musik khas Tionghoa. Untuk saat ini, terdapat 20 orang yang terampil menguasai alat musiknya, mulai dari Yangqin sejenis alat musik petik, Guzheng atau kecapi, Xiao atau suling hingga Erhu alias rebab Tiongkok. 

"Di sini ada lima jenis alat musik. Alatnya sudah sangat tua tapi masih bisa dimainkan dengan baik. Kita tetap merawat alat-alat musik yang ada di Rasa Dharma karena itulah peninggalan dari para leluhur yang berasal dari dataran China kuno," ujar Ling Ling. 

Baca Juga: Sakral! Jenderal Kwan Kong tak Boleh Dimainkan untuk Wayang Potehi

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya