Kisah Ikhsan, Napi Lapas Kedungpane yang Tekun Nyanting Batik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Lingkungan penjara yang identik dengan kriminalitas tinggi sedikit demi sedikit mulai dibenahi oleh pemerintah. Di Semarang, ada sebuah bengkel binaan yang menjadi tempat menyalurkan keterampilan yang dimiliki narapidana.
Ya, bengkel binaan tersebut terletak di dalam Lapas Kelas IA Kedungpane Semarang. Namanya LPK Pane. Lokasinya cukup luas. Ada banyak program pembinaan.
Bagi yang gandrung membatik, pihak lapas menyediakan satu ruangan khusus.
Baca Juga: Catat! Begini Aturan Baru untuk Membesuk Napi Lapas Kedungpane
Ikhsan telaten garap orderan batik tulis
Di ruangan tersebut sehari-hari Ikhsan dengan telaten merampungkan orderan batik. Menurut Ikhsan, menggarap orderan batik membutuhkan waktu yang lama.
Ia tak bisa asal gores. Sebab, ia harus memutar otak untuk menggali ide segar untuk dituangkan ke dalam sketsa desain.
"Mulai dari sket desain, dicanting, diberi pewarnaan menggunakan indigosol. Lalu musti ada teknik supaya warna tidak luntur menggunakan nitrit dan aki sir. Selanjutnya di block warna menggunakan malam agar tidak dapat tercampur warna dasar," aku narapidana kasus narkotika tersebut, Jumat (20/10/2023).
Warna dasar pakai naktol dan garam
Untuk memberi warna dasar, Ikhsan kerap menggunakan naktol dan garam. Setelah selesai. Lalu dilakukan proses penghilangan lilin malam atau biasa disebut pelorodan. Untuk mengerjakan pelorodan, Ikhsan kerap merebus kain mori memakai soda ass.
"Setelah selesai batik dikeringkan kemudian disetrika," kata pria yang akrab disapa Koh San ini.
Editor’s picks
Selembar batik tulis karya napi dipatok seharga Rp400 ribu-Rp1 juta
Informasi dari Lapas Kedungpane, harga batik tulis seperti yang dibuat Ikhsan dibanderol mulai Rp400 ribu sampai lebih dari Rp1 juta.
Selain motif naga, Ikhsan dan teman-temannya di bengkel binaan juga kerap membuat batik corak Aborigin dan wayang.
Butuh waktu sebulan
Pelaksana Harian Kabid Giatja Lapas Kedungpane, Andreas Wisnu Saputro mengaku setiap batik yang dibuat para narapidana butuh waktu sampai sebulan. Panjang batiknya 1,1 meter dengan lebar kain 2,5 meter.
"Lamanya waktu pembuatan sendiri tergantung rumitnya model batik. Estimasinya untuk motif simpel jika dihitung dari nol sampai proses pengemasan kurang lebih tiga minggu. Jika motif batik sedikit agak kompleks seperti Batik Nusantara yang terdiri dari banyak motif sampai sebulan," ujar Andreas.
"Saya sangat bangga hasil kreasi dari anak didik kita, inovasi mereka banyak diminati oleh banyak kalangan, termasuk para tamu pejabat yang datang dari luar tak jarang membeli langsung karya mereka bahkan beberapa hari lalu karya mereka sempat mendapat kesempatan untuk ditampilkan di pameran internasional," sambungnya.
Pameran yang dimaksud Andreas ialah ajang AALCO Ke-61 yang dihelat di Bali. Batik karya Lapas Kedungpane bercorak warak dan Srikandi dibeli salah satu peserta AALCO.
Lapas Kedungpane tingkatkan kualitas pembinaan kemandirian
Sementara Kepala Lapas Kedungpane, Usman Madjid menjelaskan, seluruh pembinaan selalu diupayakan meningkatkan kualitas kemandirian, sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan yang mana mengamanatkan perbaikan secara mendasar dalam pelaksanaan fungsi Pemasyarakatan.
"Hal itu meliputi pelayanan, pembinaan, pembimbingan kemasyarakatan, perawatan, pengamanan, pengamatan dengan menjunjung penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan HAM," ujar Usman.
Baca Juga: Tekun Latihan di Lapas Kedungpane, Napiter Bom Bali Ciptakan Kaligrafi Prabu Kresna