Kisah Kahono, Belasan Tahun Bertaruh Nyawa Demi Legitnya Durian Yuyem
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Hari mulai beranjak siang ketika Mohammad Kholil tiba di sebuah kebun durian dekat rumahnya, Kampung Kuncen, Kelurahan Bubagan, Mijen, Kota Semarang. Di belakangnya menyusul Kahono, seorang tetangganya. Selain sebagai tetangga, Kahono rupanya menjadi orang kepercayaan Kholil untuk urusan panjat memanjat.
Walau berperawakan kurus, ternyata Kahono punya kemampuan memanjat pohon durian yang luar biasa. Ia tak keder sedikitpun saat memanjat pohon durian yang tingginya mencapai 15--35 meter.
IDN Times pun melihat sendiri betapa mahirnya Kahono memanjat pohon durian. Gerakan kakinya sangat cepat. Kedua tangannya cekatan ketika menggapai sela-sela pohon sebagai tempat pijakan.
Tak ayal, dengan kemampuannya yang langka tersebut Kahono sejak lama dipercaya Kholil untuk memetik buah durian yang sudah matang.
Saat memanjat, ia sama sekali tak memakai alat pengaman. Bahkan, ia tak memakai alas kaki. Modalnya hanya seutas tali rafia dan sebuah galah atau biasa disebut genter. Hanya dalam waktu setengah jam, Kahono sudah sampai di ujung pohon durian.
"Kalau metik durian tinggal genternya dikaitkan tangkai buahnya, biasanya langsung putus sendiri," ujarnya, ketika berbincang dengan IDN Times, Kamis (12/1/2023).
Kahono merupakan segelintir pemetik durian yang masih eksis
Di Kampung Kuncen, Kahono merupakan tukang pemetik durian yang masih eksis sampai sekarang. Dengan usianya yang menapaki angka 42 tahun, cengkeraman tangannya tetap kuat saat memanjat pohon durian milik Kholil.
Kahono mengaku sudah melakoni pekerjaan sebagai pemetik durian selama 15 tahun.
"Kebetulan rumah saya dekat sama Pak Kholil. Seringnya dimintai tolong jadi tukang penek pohon durian," kata bapak empat anak tersebut.
Baca Juga: Usia 100 Tahun, Durian Emas Kholil di Semarang Sekali Panen 300 Buah
Tantangan terberat saat hujan malam hari
Dengan menggunakan peralatan manual, Kahono berkata tantangan terberatnya memetik durian yaitu saat hujan lebat mengguyur pada malam hari.
"Kalau malamnya hujan, paginya itu pasti saya gak bisa manjat. Soalnya batang pohonnya jadi licin," akunya.
Editor’s picks
Upah pemetik durian sekitar Rp200 ribu
Bagi Kholil, pekerjaan yang dilakoni Kahono tergolong unik. Bisa dikatakan Kahono kerap menjadi ujung tombaknya ketika buah durian Yuyem dan durian Kholil memasuki masa panen.
Durian Yuyem dan durian Kholil menjadi dua varietas buah durian lokal yang berhasil dibudidayakan oleh Kholil sejak bertahun-tahun lamanya.
"Durian Yuyem bobotnya 3,3 kilogram. Kalau yang durian Kholil 4,7 kilogram," kata Kholil.
"Sebagai tukang penek durian, dia mendapat upah Rp200 ribu. Itu untuk pekerjaan memetik durian dalam sehari," timpal seorang anak Kholil yang turut membantu memungut durian yang dipetik di kebun.
Kholil generasi kedua pembudidaya durian Yuyem dan durian Kholil
Kholil bilang dirinya menjadi generasi kedua salah satu pewaris varietas durian lokal di Mijen. Neneknya yang bernama Sutiyem adalah seorang pionir pembudidaya buah durian lokal. Maka durian Yuyem pun diambil dari nama sang nenek sebagai bentuk apresiasi atas dedikasinya selama ini.
"Nama durian Yuyem diambil dari kata Mbakyu Sutiyem disingkat Yuyem. Dia nenek saya yang pertama kali menanam pohon durian di sini. Usia pohon durian Yuyem saat ini sekitar 100 tahun," ujar Kholil.
Durian Yuyem memiliki citarasa manis legit
Jika diamati, daging durian Yuyem berbentuk padat berisi. Tapi rasa manisnya benar-benar luar biasa legitnya. Durian Yuyem memiliki tingkat kemanisan yang nyaris sempurna.
Di dalam kebunnya, ia memiliki 20 pohon durian Kholil dan sebuah pohon durian Yuyem.
Kholil mengatakan penggemar durian Yuyem kebanyakan berasal dari dalam kota Semarang, Jakarta sampai merambah ke Kalimantan. Harga durian Yuyem dibanderol Rp100 ribu per kilogram. Sedangkan durian Kholil dipatok seharga Rp85 ribu per kilogram.
Baca Juga: Hujan Lebat, Panen Durian Monti Gunungpati Anjlok 70 Persen