Kisah Supeno, Sang Gerilyawan yang Jadi Menteri Termuda di Indonesia

Wafat di usia 32 tahun

Semarang, IDN Times - Rumah bercat cokelat di tepi Jalan Wonodri Nomor 29, Semarang, tampak sepi, pada Kamis (15/8). Suasana rumah cukup lengang. Seorang perempuan berkerudung menyapa ramah saat IDN Times menyambangi rumah tersebut.

"Mari masuk, Mas. Ibu ada di dalam," kata perempuan tersebut.

Di dalam rumah, terlihat jelas foto-foto yang menempel di dinding. Sebuah foto pigura besar menyita perhatian IDN Times yang masuk ke dalam rumah. Terdapat gambar penampilan pria berbaju cokelat tua yang bersanding dengan seorang perempuan.

"Itu fotonya ibu dan bapak. Pak Peno sejak lama dianugerahi menjadi pahlawan nasional. Beliau pernah jadi Menteri Urusan Pembangunan dan Pemuda saat masa perjuangan kemerdekaan," kata Yudyaningsih Supeni Rokutiningsih.

Pak Peno yang ia maksud tak lain adalah Menteri Urusan Pembangunan dan Pemuda, Supeno. Pemerintah melalui Kemensos telah menetapkan Supeno sesuai SK Presiden No. 039/TK/Th. 1970 tgl. 13 Juli 1970 sebagai Pahlawan Nasional. la dianugerahi pula Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Kelas III untuk penghargaan atas sifat-sifat kepahlawanannya.

Yudi, panggilan akrab Yudyaningsih, merupakan putri pasangan Supeno dengan Kamsitin Wasiyatul Khakiki alias Tien Supeno. 

Ia mengatakan ibunya sudah dua tahun meninggal dunia. Praktis, ia yang semula tinggal di Jakarta, harus pulang kampung untuk mengurusi rumah orang tuanya. "Ibu sudah wafat sejak 2017 silam. Makanya kemudian saya pindah kemari," akunya.

1. Menjadi menteri paling muda di kabinet Hatta

Kisah Supeno, Sang Gerilyawan yang Jadi Menteri Termuda di IndonesiaIDN Times/dok Keluarga Supeno

Pihak keluarga menyebutkan bahwa Supeno merupakan Menteri Pembangunan dan Urusan Pemuda dari bagian Kabinet Hatta. Sebagai menteri, usianya masih sangat muda.

"Eyang kakung aja waktu meninggalnya masih berumur 32 tahun. Dari informasi yang saya dapatkan memang eyang kakung merupakan menteri paling muda yang pernah ada di Indonesia," kata cucu Supeno, Synthia Roosana Untari.

2. Supeno semula mengawali pendidikan di HIS pada masa penjajahan Belanda

Kisah Supeno, Sang Gerilyawan yang Jadi Menteri Termuda di Indonesiadissertationreviews.org

Supeno lahir pada 12 Juni 1916 di Pekalongan. Dari data yang dilansir dari laman pahlawancenter.com, sewaktu muda Supeno pernah mendapat pendidikan formal di HIS atau setara sekolah dasar tujuh tahun.

Berbekal pendidikan berbahasa Belanda, Supeno lalu meneruskan sekolahnya ke MULO di Pekalongan, sebelum akhirnya hengkang ke Tegal. 

Dengan berdirinya perkumpulan pemuda berasas kebangsaan Indonesia Muda cabang Tegal pada medio 1932 silam, Supeno ikut terlibat aktif sebagai ketuanya.

Dari situlah, Supeno terus bergeliat menjadi seorang aktivis yang getol memperjuangkan kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Ia mulai sering bergaul dengan ragam pemimpin parpol. Tak jarang, Supeno yang berpidato dalam berbagai forum sering ditegur oleh pemerintahan kolonial Belanda. Ia bahkan dikeluarkan dari MULO akibat kerap mengkritik Belanda. 

Tak hilang akal, Supeno pun memutuskan masuk ke AMS atau setingkat SMA di Semarang. Selepas tamat, ia lalu meneruskan pendidikannya yang lebih tinggi di THS Bandung atau sekarang dikenal dengan Institut Teknologi Bandung.

3. Pernah jadi anggota PPPI, kemudian mulai berkenalan dengan tokoh-tokoh partai sosialis

Kisah Supeno, Sang Gerilyawan yang Jadi Menteri Termuda di Indonesiawikimedia.org

Setelah lulus, Supeno menjadi anggota Persatuan Pelajar Pelajar Indonesia. Ketika Jepang masuk ke Indonesia, Supeno berkenalan dengan Mr Sumarwan, Sujoko Hadipranoto dan Subadio Sastrosatomo, yang berasal dari tokoh Partai Sosialis Indonesia (PSI).

Supeno menganggap pada hakikatnya Jepang tak ubahnya seperti Belanda yang sama-sama ingin menjajah Indonesia. Untuk memperkuat daya juangnya, ia pun merapat ke kelompok Sutan Syahrir yang menghimpun kekuatan di bawah tanah untuk menghadapi Jepang.

Baca Juga: Jelang HUT RI ke-74, Ini Harapan Pejuang Kemerdekaan untuk Anak Muda 

4. Digembleng langsung oleh Soekarno dan Hatta, Supeno akhirnya diminta mengurusi BP KNIP khusus biro kepemudaan

Kisah Supeno, Sang Gerilyawan yang Jadi Menteri Termuda di IndonesiaIDN Times/Vanny El Rahman

Supeno juga bekerja sama dengan Chaerul Saleh dan Sukarni yang mengikuti program Sendenbu (Barisan Propaganda Jepang di bawah Hitoshi Shimitsu) untuk mendirikan Pusat Pendidikan Kader Menteng 31. Berawal dari situ, para pemuda dari berbagai daerah digembleng oleh Soekarno dan Muhammad Hatta untuk melawan Jepang.

Jejaknya sebagai pemuda yang gigih berjuang di masa kemerdekaan Indonesia semakin terlihat tatkala ia menjabat sebagai bidang kepemudaan dan penerangan KNIP.

Supeno yang jadi salah seorang anggota Badan Pekerja KNIP diceritakan cukup sering membantu menyusun sekretariat BP Kantor Urusan Pemuda (KUP) yang pertama.

Selain bergelut di Kantor Urusan Pemuda, Supeno sangat aktif di Partai Sosialis yang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang didirikan Sutan Syahrir.

Karena Partai Sosialis condong ke arah paham komunis, mereka memutuskan hengkang dengan membangun Partai Sosialis Indonesia. Namun, saat agresi Belanda berlangsung, Supeno kian aktif memimpin Biro Pemuda. Dialah motor penggerak BP KNIP.

Baca Juga: Ini Tokoh Pahlawan Nasional yang Berjuang sebagai Jurnalis & Penulis

5. Memutuskan bergerilya bersama beberapa menteri lainnya

Kisah Supeno, Sang Gerilyawan yang Jadi Menteri Termuda di IndonesiaIDN Times/dok Keluarga Supeno

Masuk awal 1948 silam, ia diutus pemerintah Indonesia menggelar konsolidasi ke Sumatra. Tepat tanggal 29 Januari di tahun yang sama, Kabinet Presidentil yang tersusun di bawah pimpinan Wapres Muhammad Hatta akhirnya mendapuk Supeno sebagai Menteri Urusan Pembangunan dan Pemuda.

Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan militernya yang ke-2. Ibukota RI di Kota Pelajar Yogyakarta berhasil mereka duduki. Alhasil, Syafrudin Prawiranegara yang sedang berada di Sumatra diperingatkan oleh Jakarta untuk memimpin Pemerintah Darurat RI. Beberapa anggota Kabinet Hatta diasingkan ke luar Jawa. Panglima Sudirman meninggalkan kota dengan ditandu.

Tercatat ada tiga orang, meliputi Menteri Kehakiman Mr Susanto Tirtoprojo, Menteri Kemakmuran IJ Kasimo dan Menteri Dalam Negeri Dr Sukiman Wirjosandjojo saat itu berada di Solo. Mereka mengadakan pertemuan dengan Gubernur Militer Jenderal Gatot Subroto. Supeno yang baru saja datang bergerilya lalu bergabung dengan mereka menuju ke arah Ponorogo. 

6. Disergap di Nganjuk, Supeno ditembak oleh tentara Belanda di Desa Ganter

Kisah Supeno, Sang Gerilyawan yang Jadi Menteri Termuda di IndonesiaIDN Times/dok Keluarga Supeno

Tentara kolonial Belanda yang mengejar mereka kemudian sampai ke Desa Ganter, Nganjuk tempat di mana para menteri yang sedang bergerilya menginap tiga malam.

"Karena mungkin jabatan eyang kakung mengemban misi rahasia para pemimpin negara pada waktu itu, maka Belanda sering memburu keberadaannya. Ketimbang membocorkan rahasia negara, beliau memilih bergerilya ke daerah-daerah," tambah Syintia.

Pagi buta pada 24 Februari 1949, Menteri Supeno yang pergi mandi ke pancuran mendadak disergap tentara Belanda.

Dengan berpakaian serba hitam, ia digiring Belanda di dekat pondokannya. Menteri Supeno dieksekusi mati di lokasi tersebut termasuk dengan enam ajudannya. 

Untuk mengenang jasa kepahlawanannya, Pemkot Semarang menjadikan Supeno sebagai nama jalan di pusat kota. Selain itu terdapat sebuah patungnya yang dibuat tinggi menjulang di GOR Jatidiri, kawasan Jatingaleh.

Baca Juga: Profil Singkat KH As'ad Syamsul Arifin Pahlawan Nasional yang Dianugerahkan Jokowi Tahun Ini

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya