Kisah Tentoonstelling, Pameran Terbesar di Belahan Bumi Selatan Musnah Akibat PD I

Tentoonstelling diprakarsai Oey Tiong Ham

Semarang, IDN Times - Suasana ruas Jalan Menteri Supeno di Kelurahan Randusari Semarang, Siang itu lengang. Hanya ada segelintir kendaraan bermotor yang wara-wiri melewati jalanan tersebut hingga mengitari bundaran Taman Indonesia Kaya menuju kawasan Mugas. 

Arus balik Lebaran yang telah usai juga menyebabkan arus lalu lintas di Jalan Menteri Supeno kembali normal. Namun, siapa sangka di jalan itulah pernah digelar sebuah hajatan termegah di belahan bumi Selatan.

Ya, Tentoonstelling adalah nama acara yang dihelat di Semarang pada medio 1914 silam itu dan menjadi paling meriah bahkan terbesar di seluruh Asia bahkan Dunia. Disebut terbesar karena pesertanya berasal dari perwakilan negara-negara dari daratan Asia Selatan dan Asia Pasifik macam India, China, Jepang, daerah-daerah koloni Hindia-Belanda dan ditambah mengundang perwakilan Inggris dan Amerika Serikat.

Tentoonstelling digagas oleh Oey Tiong Ham

Kisah Tentoonstelling, Pameran Terbesar di Belahan Bumi Selatan Musnah Akibat PD ISebuah mobil melintasi depan Patung KB di Jalan Menteri Supeno, Kelurahan Randusari, Kota Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Seorang sejarawan di Semarang, Tjahjono Raharjo mengisahkan, Tentoonstelling sebagai pekan raya alias expo yang mampu membetot perhatian masyarakat seluruh dunia. Tentoonstelling yang dilafalkan oleh warga pribumi dengan sebutan Pasar Sentiling tersebut diselenggarakan atas gagasan seorang konglomerat tersohor bernama Oey Tiong Ham. 

"Pasar Sentiling atau dalam bahasa Belanda dinamai Tentoonstelling penggagasnya itu Oey Tiong Ham. Oey yang dikenal banyak orang jadi pengusaha China terkaya di Asia juga punya lahan yang membentang dari Bukit Mugas sampai ke jalan yang sekarang disebut kawasan Menteri Supeno. Di lokasi bukit Muhas menuju arah barat ke lahan yang sekarang ditempati Stikubank sampai ke Menteri Supeno itulah, Oey menggelar pameran super mewah. Kalau biasanya expo di Eropa utara, untuk Tentoonstelling yang diadakan tahun 1914 terbesar di belahan bumi selatan," kata ahli cagar budaya tersebut ketika berbincang dengan IDN Times, Selasa (17/5/2022). 

Karena disiapkan menghadapi acara Tentoonstelling, maka pemerintah Belanda merombak pengelolaan perusahaan kereta api di Pulau Jawa.

Tjahjono sebagai pemerhati kereta api mengaku paham betul bahwa dengan adanya Tentoonstelling kemudian bermunculan stasiun kereta api yang megah. Tercatat ada Stasiun Poncol, Stasiun Jurnatan dan Stasiun Tawang yang dibangun Belanda guna menggantikan stasiun-stasiun lama yang lokasinya kecil. 

Baca Juga: 10 Potret Ereveld Kalibanteng Semarang, Makam Ikonik Para Perempuan

Tentoonstelling digelar untuk peringati 100 tahun kemerdekaan Belanda atas Perancis

Kisah Tentoonstelling, Pameran Terbesar di Belahan Bumi Selatan Musnah Akibat PD Igoogle

Tjahjono bercerita, kalau dalam acara Tentoonstelling pesertanya dari berbagai negara. Tentoonstelling digelar dengan meriah untuk memperingati perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari jajahan Perancis. 

Maka di lokasi acaranya juga dipasangi paviliun berukuran besar untuk difungsikan sebagai ruang pameran beragam produk dan tempat perjamuan makan bagi para pesertanya. 

"Ada jutaan peserta dari negara jajahan Inggris, India, China, Jepang sampai perwakilan Amerika Serikat yang hadir. Saking meriahnya, ada banyak sekali paviliun yang didirikan di lokasi acara. Karena ini jadi acara pekan raya terbesar, maka orang-orang pribumi juga dilibatkan untuk mengonsep acaranya. Dan yang mendesain paviliunnya dari tokoh pribumi bernama Mas Abu Khasan Admodirono," ungkapnya. 

E.H Baronesse van Hoevell berhasil mendobrak tradisi kolot

Kisah Tentoonstelling, Pameran Terbesar di Belahan Bumi Selatan Musnah Akibat PD IWikimedia Commons (G.L. Kepper: Wapenfeiten van het Nederlandsch-Indisch leger)

Dari sekian banyak paviliun, ada seorang perempuan Belanda yang mempelopori pembuatan paviliun khusus bagi kaum hawa. Nama perempuan tersebut adalah E.H Baronesse van Hoevell. 

Baronesse yang mendedikasikan beberapa paviliun untuk peserta kalangan wanita ketika itu sontak mencuri perhatian publik. Menurut Tjahjono, sebagai seorang bangsawan Belanda, Baronesse berani mendobrak kultur kolot yang selama ini membelenggu mayoritas wanita di Tanah Hindia-Belanda. 

"Dia satu-satunya wanita berdarah bangsawan Belanda yang berani mendedikasikan beberapa paviliun bagi kaum perempuan. Yang pasti dia lahir sebelum tahun 1914. Dia dapat gelar Baronesse karena dapat gelar bangsawan dari Raja Belanda. Gelar mirip orang pribumi Jawa yang sering disebut priyayi," paparnya.

Ki Hajar Dewantara protes terkait acara Tentoonstelling

Kisah Tentoonstelling, Pameran Terbesar di Belahan Bumi Selatan Musnah Akibat PD IKi Hajar Dewantara (IDN Times/Aditya Pratama)

Tapi sayang, dari awalnya akan digelar selama dua tahun, justru secara bersamaan muncul Perang Dunia (PD) I. Acaranya pun hanya sempat digelar empat bulan.

"Nah, pas Tentoonstelling berlangsung, secara bersamaan pecah Perang Dunia pertama. Otomatis acaranya berhenti total. Pekan raya itu hanya eksis tiga sampai empat bulan. Dan tidak pernah digelar lagi sampai Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya tahun 1945," urainya. 

Menariknya, sebelum lenyap akibat dihantam perang, Tentoonstelling sebagai perhelatan terakbar di belahan bumi selatan sempat memicu pro kontra. 

Suwardi Suryaningrat yang kelak dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara menulis artikel berjudul Alk Ik en Nederlander atau artinya Seandainya Saya Jadi Orang Belanda. 

Dalam artikelnya, Suwardi mengkritik tindakan pemerintah Belanda yang memilih Semarang sebagai tempat acara Tentoonstelling.

"Yang dikritik bukan pekan rayanya tapi peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda. Sehingga Suwardi menulis dengan nada protes yang bunyinya kira-kira begini 'Kita jadi warga yang dijajah kok memperingati orang yang menjajah kita'. Nah, imbas tulisan tersebut, Suwardi dijatuhi hukuman dengan diasingkan ke Belanda bersama dr Cipto Mangunkusumo dan Douwes Deker," ujar Tjahjono. 

Jasad Baronesse dimakamkan di Ereveld Kalibanteng

Kisah Tentoonstelling, Pameran Terbesar di Belahan Bumi Selatan Musnah Akibat PD ISalah satu sudut malam khusus perempuan di kompleks Makam Ereveld Kalibanteng. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Setelah sekian tahun lamanya, untuk memberikan penghormatan atas jasa warga pribumi dan orang-orang Belanda yang menjadi korban PD I, Kerajaan Belanda kemudian membuatkan sebuah kompleks pemakaman di Semarang bernama Ereveld Kalibanteng dan Ereveld Candi. Jenazah E. H Baronesse van Hoevell akhirnya dimakamkan di Ereveld Kalibanteng. 

Kepala Ereveld Kalibanteng Semarang, Eko Boedi Listyanto pun membenarkan bahwa makam E. H Baronesse van Hoevell berada di Ereveld Kalibanteng. Sembari menunjukan lokasi kuburan khusus wanita, Eko menjelaskan bahwa makam Baronesse bersanding dengan liang lahat milik warga sipil keturunan Belanda lainnya. 

"Dia tokoh wanita sangat disegani pada masanya. Dia yang memprakarsai ajang expo tingkat dunia yang diadakan di Semarang. Di sinilah dia beristirahat dengan tenang," katae Eko kepada IDN Times belum lama ini. 

Ribuan warga Yahudi, Muslim dan Kristen dimakamkan di Ereveld Kalibanteng

Kisah Tentoonstelling, Pameran Terbesar di Belahan Bumi Selatan Musnah Akibat PD IPara prajurit Belanda yang beragama Yahudi ditandai dengan tanda makam berbentuk bintang di kompleks pemakaman kehormatan Belanda Ereveld Kalibanteng Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Kompleks makam Ereveld Kalibanteng selama ini terawat dengan baik. Selama pandemik COVID-19, tak ada perubahan mencolok. Ada 18 pekerja yang rajin membersihkan sampah, memangkas rumput-rumput agar tampak indah serta  rutin mengganti tanda makam yang mengelupas. 

"Meski kita pernah tutup sebulan awal pandemik, tapi setelah itu kita tetap masuk kerja seperti biasanya. Kalau di Kalibanteng ada 18 pekerja. Biasanya pagi sebelum kerja kita apel dan kontrol keliling makam," jelasnya. 

Di Ereveld Kalibanteng, sekitar 75 persen merupakan makam warga sipil, wanita, laki-laki dan anak-anak korban PD I. Sisanya warga Indonesia dan orang Belanda yang bergabung dengan tentara Belanda atau KNIL. 

Berdasarkan datanya, terdapat 3.000 makam warga dan prajurit beragama Kristen, 372 makam prajurit Muslim, sisanya prajurit beragama Yahudi dan Katolik. 

Simbol tanda makamnya disesuaikan dengan agama masing-masing. Makam Kristen ditandai salib dengan garis tegas. Makam Yahudi dengan tanda bintang daud, makam Katolik dengan tanda lekukan setengah lingkaran serta makam Muslim dengan kuncup tegak lurus. 

Ada tujuh makam kehormatan Belanda di Indonesia

Uniknya, di Ereveld Kalibanteng menyimpan dua patung perunggu. Satu patung anak untuk mengenang anak muda yang meninggal saat penindasan tentara Jepang di wilayah Hindia-Belanda tahun 1945. Patung itu berwujud anak laki-laki hanya memakai celana, bertubuh kurus yang berdiri ditopang kayu sambil membawa pacul. 

Lalu, ada patung tembaga berbentuk wanita dengan memegang tangan anak laki-laki. Ini menggambarkan perasaan senasib antara wanita Belanda dan wanita pribumi ketika masa pendudukan tentara Jepang. 

Ereveld Kalibanteng menjadi salah satu dari tujuh ereveld yang dikelola langsung oleh Kerajaan Belanda. Lembaganya bernama Yayasan Makam Kehormatan Belanda. Kantor pusatnya di Den Haag Belanda serta memiliki perwakilan di Jakarta. 

"Ini area yang dikelola Kerajaan Belanda. Kita bercita-cita menjadikan Ereveld Kalibanteng sebagai tempat peristirahatan terbaik bagi korban perang dunia sekaligus pusat pembelajaran sejarah dan bangunan tua di Semarang," tutupnya. 

Baca Juga: Menyibak Tragedi Perkawinan Sedarah Keluarga Raja Kulit Tasripin

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya