Lagi Perawatan COVID-19, Dokter di Semarang Pasrah Insentifnya Disunat

Pemerintah diminta fokus benahi tes PCR di Puskesmas

Semarang, IDN Times - Hari-hari I Komang Dipta saat ini banyak dihabiskan di Rumah Dinas Wali Kota Semarang. Ia tengah sedang sibuk menjalani proses pemulihan kesehatan setelah hampir sebulan terakhir dirinya jatuh sakit akibat ketularan virus corona

Komang bilang kondisinya kini relatif membaik. Badannya tidak lagi terbaring di tempat tidur. "Sekarang sudah digeser di Rumdin karena keadaan sudah membaik," ujar Komang kepada IDN Times via WhatsApp, Kamis (4/2/2021). 

1. Komang terifeksi COVID-19 pada akhir Januari 2021

Lagi Perawatan COVID-19, Dokter di Semarang Pasrah Insentifnya DisunatIlustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Komang merupakan dokter di salah satu rumah sakit swasta di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah. Ia sedang menjalani terapi pemulihan kesehatan dan psikis di Rumdin Wali Kota Semarang selama 10 hari lebih. 

Sebelumnya, ia terbaring sakit setelah didiagnosis terinfeksi COVID-19 pada 23 Januari 2021. Sakit yang ia rasakan membuatnya kepayahan. 

Dari yang awalnya hilang penciuman dan indra perasa, lambat laun dirinya mengalami demam yang tinggi. Setelah itu, Komang merasakan kepalanya terasa nyeri sehingga harus dirawat insentif di rumah sakit tempatnya bekerja.

"Yang saya rasakan demam tinggi, nyeri kepala, hilang penciuman dan perasa. Kalau nyeri kepalanya seperti orang terikat kencang. Sakit yang saya alami sejak tanggal 23 kemarin," akunya.

Baca Juga: IDI Semarang Ungkap Dokter yang Tertular COVID-19 Tidak Diberi Vaksin

2. Nyawa Komang bisa diselamatkan

Lagi Perawatan COVID-19, Dokter di Semarang Pasrah Insentifnya Disunatilustrasi ruang isolasi COVID-19. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Ia mengaku masih sangat beruntung. Nyawanya terselamatkan karena langsung mendapat pertolongan medis yang cepat.

"Ya diberi obat dan oksigen. Gak sampe ventilator kok," tambahnya. 

Pada Kamis (4/2/2021), ia kaget saat tahu kabar bahwa Kementerian Kesehatan bakal memotong intensif para tenaga kesehatan yang berjuang dalam penanganan ganasnya penyebaran COVID-19. 

3. Komang pasrah saat tahu intensifnya bakal dipotong

Lagi Perawatan COVID-19, Dokter di Semarang Pasrah Insentifnya DisunatIlustrasi Uang (IDN Times/Arief Rahmat)

Komang menyatakan dirinya tidak tahu menahu soal kebijakan pemotongan insentif tersebut. Tapi ia cuma bisa pasrah dengan keadaan yang serba dilematis.

"Saya malah belum tahu (insentif nakes sudah dipotong). Saya pasrah saja cuma bisa melayani semampumya. Untuk insentif ya saya pribadi mungkin ada alasan logis tertentu dibalik itu. Mereka (pemerintah) pasti punya argumen," kata Komang sembari mewanti-wanti agar nama tempatnya bekerja tidak dikutip. 

Ketimbang memikirkan insentifnya yang sudah dipotong, Komang justru meminta pemerintah pusat untuk memperhatikan lagi jumlah sebaran bantuan APD dan bantuan vitamin bagi para nakes. 

Sebaran APD di rumah sakitnya saat ini aman karena ia dan teman-temannya memilih membuat pelindung diri secara mandiri.

"Kami berusaha sebisanya inovasi buat sendiri. Kalau di daerah lainnya APD belum merata," jelasnya. 

4. Nakes penyintas COVID-19 butuh perhatian lebih dari pemerintah

Lagi Perawatan COVID-19, Dokter di Semarang Pasrah Insentifnya DisunatProses penyolatan pasien suspek meninggal di RSUD PPU diikuti jaka anak pasien (IDN Times Istimewa)

Ia juga memohon agar pemerintah memperhatikan nasib para nakes yang jadi penyintas COVID-19 agar diberi apresiasi yang lebih. Sebab, penyintas seperti dirinya sudah kehilangan banyak daya dan upaya untuk melayani pasien COVID-19.

"Setidaknya nakes penyintas ada apresiasi tertentu karena kami sudah banyak rugi waktu karena dirawat selama sakit," ujarnya.

Menurutnya pemberian tes swab kini jadi persoalan yang berlarut-larut. Tes swab hanya ada di perkotaan. Sedangkan di daerah nakes sering sulit mendapatkannya.

"Teman saya di NTT, kalau mau swab PCR cuma ada di Kupang. Mungkin bisa dipermudah lagi untuk harga swab. Saya gak tahu apa biaya impor alkes masih tinggi atau bagaimana, yang penting kalau bisa tarif swab-nya dipermudah," terangnya. 

Ia mencontohkan jika tarif swab antigen saat ini dibanderol diatas Rp150 ribu. Sedangkan tes swab PCR diatas Rp700 ribu. Sebagai dokter yang rutin melayani para pasien COVID-19, ia berharap agar layanan tes swab diberikan di semua Puskesmas. Di Semarang sendiri, imbuhnya, hanya beberapa Puskesmas yang sudah menerima layanan tes swab.

"Kalau saya lihat di Semarang sudah ada beberapa Puskesmas yang beri layanan swab. Biasanya sampelnya lalu dikirim ke laboratorium kota. Ya kalau bisa itu diberlakukan se-Jateng. Biar tracing-nya berjalan baik," bebernya. 

5. Puskesmas di Semarang kewalahan menangani pasien COVID-19

Lagi Perawatan COVID-19, Dokter di Semarang Pasrah Insentifnya DisunatIlustrasi seorang pasien COVID-19. ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica

Terpisah, Samasudin, seorang dokter umum sekaligus Kepala Puskesmas Bugangan, Semarang mengaku dengan segala kemampuannya, dirinya dituntut maksimal untuk melayani pasien COVID-19 selama masa pandemik. Ia rutin menjalankan SOP bersama para nakes lainnya.

"Kami dari Puskemas Bugangan termasuk para bidan dokter perawat benar-benar melaksanakan SOP. Kerja dibagi sesuai sif mulai jam 7 sampai jam 12 siang. Terus ada yang sampai jam 5 sore. Dokternya dibagi sif pagi dan sore. Kita dituntut menerapkan pelayanan senyum salam dan sapa. Ini biar pasien bisa dilayani optimal," terangnya. 

Selama 10 bulan terakhir ini, ia sudah berusaha menerapkan protokol kesehatan sesuai protap yang diminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Semarang.

"Tapi yang jelas kita kerepotan menangani pasien COVID-19. Kita akhirnya punya tim gerak cepat biat bagi tugas melakukan tracking. Dan kita rutin lakukan penyuluhan kepada masyarakat," pungkasnya. 

6. Kementerian Keuangan kaji ulang pemotongan insentif untuk nakes tahun 2021

Lagi Perawatan COVID-19, Dokter di Semarang Pasrah Insentifnya DisunatPetugas medis di RSUD Kabupaten Tangerang. ANTARA FOTO/Fauzan

Terbaru, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani buka suara soal pemotongan insentif tersebut. Dia menegaskan bahwa insentif untuk nakes masih akan tetap dilanjutkan pada 2021. Selain itu, tidak ada pemotongan insentif yang dilakukan buat para tenaga kesehatan.

"Jadi kami tegaskan bahwa di 2021 ini, yang baru berjalan 2 bulan bahwa insentif untuk tenaga kesehatan diberikan tetap sama dengan tahun 2020," kata Askolan dalam konferensi pers virtual, Kamis (4/2/2021).

Untuk saat ini, lanjut Askolani, Kementerian Keuangan bersama Kementerian Kesehatan masih melakukan konsolidasi dan kajian terkait dengan penganggaran insentif tenaga kesehatan. Oleh karena itu, belum ada pemotongan insentif untuk para pahlawan kesehatan tersebut.

"Kebijakan (pemangkasan) itu belum ditetapkan. Kami tegaskan di awal, bahwa di awal tahun kita jaga (besaran insentif) tetap sama seperti 2020," ucap dia.

Baca Juga: Kasus Naik, Ruang ICU Full, 7 Dokter di Semarang Meninggal Kena Corona

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya