Masih Ada Warga Muhammadiyah yang Tak Ikuti Imbauan MUI, Ini Alasannya

Semarang, IDN Times - Imbauan dari MUI terkait pelaksanaan salat Id di rumah menuai pro kontra dari kalangan masyarakat Jawa Tengah. Hal itu setidaknya muncul dari pengakuan Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah saat menanggapi pelaksanaan salat Id di rumah masing-masing.
"Kita tidak bisa menutupi kalau masih ada warga di kalangan graasroot yang masih berniat salat Id di masjid. Alasannya karena rumahnya dekat dengan masjid. Jadinya mereka mikir eman-eman kalau gak dipakai buat salat Id," kata Ketua PW Muhammadiyah Jawa Tengah, Tafsir kepada IDN Times melalui sambungan telepon, Jumat (8/5).
1. Muhammadiyah tak bisa memaksa warganya agar taat pada fatwa MUI
Ia mengatakan tidak bisa memaksa semua warganya untuk mengikuti imbauan dari MUI. Sebab, tidak semua fatwa harus dipatuhi 100 persen oleh masyarakat.
Selain itu, ia tak memungkiri bahwa masih ada sejumlah warga Muhammadiyah yang masih tetap menggelar salat Id karena beralasan rumahnya dekat dengan masjid.
Baca Juga: MUI Jateng Imbau Muslim Salat Id di Rumah, Ini Panduannya
2. Muhammadiyah juga keluarkan fatwa Tarjih terkait salat Id
Ia mengungkapkan sebenarnya dalam fatwa Tarjih yang diterbitkan PP Muhammadiyah, pihaknya telah meminta agar warganya mentaati imbauan dari MUI untuk salat Id berjamaah di rumah.
Editor’s picks
Ia mengaku pada kenyataannya saat pihaknya menggelar rakor se-Jateng, sejumlah pengurus Muhammadiyah ada yang menyampaikan permintaan agar tetap bisa menggelar salat Id di masjid.
3. Pengurus non struktural di desa-desa tetap salat Id di masjid
Warga Muhammadiyah yang bersikukuh menggelar salat Id di masjid ialah orang-orang yang masuk jaringan non struktural di kepengurusan. Warga non struktural itu, katanya berada di kabupaten-kabupaten kecil terutama di lokasi desa yang terpencil.
"Kalau pengurus Muhammadiyah yang masuk struktural di inti kepengurusan saya yakin akan tetap mentaati aturannya. Cuma yang non struktural satu dua ada yang inginnya tetap salat di masjid. Itu yang lokasinya di desa atau kabupaten yang wilayahnya skala kecil," ujar Tafsir.
"Tapi yang non struktural sudah memastikan lokasinya aman untuk salat Ied di masjid. Mereka juga janji tetap menjaga protokol kesehatan dan bertanggung jawab kalau ada masalah kesehatan pada jemaahnya," sambungnya.
4. Ketua Muhammadiyah Jateng anggap tradisi Lebaran jadi terganggu
Menurutnya adanya pembatasan kerumunan massa saat Idulfitri juga menganggu tradisi berlebaran yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Ia bilang pandemik COVID-19 membuat syiar Islam saat Idulfitri menjadi berkurang. "Tradisi Lebaran yang ada selama ini juga terganggu. Soalnya tidak boleh ada halalbihalal. Semuanya harus virtual," katanya.
Baca Juga: Ketahanan Pangan, Muhammadiyah Targetkan Bagi 1 Juta Paket Sembako