Mayoritas Pelajar SMA Jateng Pernah Alami Bullying, Ada yang Dikucilkan

Setara lakukan survei kepada siswa setiap tahun

Semarang, IDN Times - Sejumlah pelajar setingkat SMA yang ada di Jawa Tengah ternyata pernah mengalami perundingan atau bullying baik di sekolahan atau di lingkungan rumahnya. Fakta tersebut terungkap tatkala Yayasan Setara Semarang melakukan jajak pendapat kepada para siswa di beberapa kabupaten/kota.

Baca Juga: Hadirkan Pelaku Anak Sambil Bawa Senjata, Anggota Polres Temanggung Diperiksa Propam

1. Terdapat 54 persen siswa SMA pernah lihat tindakan perundungan

Mayoritas Pelajar SMA Jateng Pernah Alami Bullying, Ada yang DikucilkanSiswa SMA Titian Teras Abdurrahman Sayoeti Jambi.

Koordinator Program Disiplin dan Fasilitator Pencegahan Bullying Yayasan Setara Semarang, Bintang Al Huda mengatakan, ketika survei dilakukan pihaknya, hampir 99 persen siswa SMA mengakui pernah mengalami perundungan.

Kemudian ada juga mengaku pernah melihat aksi perundungan yang dilakukan teman-teman sepermainannya. Prosentase siswa yang melihat aksi perundungan tersebut mencapai 54 persen. 

"Jadi, untuk jenjang SMA ada 54 persen siswa pernah melihat tindakan bullying, lalu ada juga 99 persen pernah mengalami bullying, 35 persen siswa lainnya ngakunya tidak pernah mengalami atau ada yang ngaku tidak pernah melihat," tutur Bintang kepada IDN Times, Sabtu (8/7/2023). 

2. Perundungan paling sering pada tindakan verbal dan sosial

Mayoritas Pelajar SMA Jateng Pernah Alami Bullying, Ada yang DikucilkanIlustrasi pengeroyokan (IDN Times/Mardya Shakti)

Lebih lanjut, menurut Bintang rata-rata siswa yang terkena perundungan tidak berani melaporkan kepada pihak sekolah karena khawatir tidak mendapat respon yang baik. Tindakan perundungan biasanya dialami siswa SMA secara verbal dan sosial.

Untuk yang perundungan secara sosial ini, kata Bintang siswa ada yang dikucilkan dari lingkungan bermainnya. "Biasanya paling banyak dilakukan secara verbal dan sosial, imbasnya ada siswa yang mengalami pengucilan," tambahnya. 

3. Ada siswa SMK yang dikucilkan sampai akhirnya gak betah sekolah

Mayoritas Pelajar SMA Jateng Pernah Alami Bullying, Ada yang Dikucilkanilustrasi dikucilkan karena berbeda (hubpages.com)

Contoh siswa yang dikucilkan dialami seorang pelajar salah satu SMK di Kota Semarang. Di tahun ini, Yayasan Setara menemukan kasus seorang siswa SMK yang mengalami perundungan sedemikian parahnya sehingga terpaksa keluar dari sekolah. 

"Di Semarang untuk tahun ini ada dua kasus di salah satu SD dan satu SMK. Yang kasus anak SMK ini sebenarnya bertentangan dengan aturan Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 yang disebutkan sekolah tidak boleh mengeluarkan anak didiknya. Tetapi faktanya, ada siswa yang dibully oleh temannya sampai gurunya juga ikutan memperburuk keadaan. Akhirnya si anak tersebut dikucilkan saat di sekolah dan dia gak betah, kemudian memilih keluar dari sekolah. Kalau bicara apakah kasus bullying di Jawa Tengah seberapa parahnya, ya pastinya di Jateng sudah parah," tuturnya.

4. Anak SMP Semarang dilatih jadi agen perubahan

Mayoritas Pelajar SMA Jateng Pernah Alami Bullying, Ada yang Dikucilkanilustrasi agen perubahan (pexels.com/RODNAE Productions)

Tindakan perundungan yang terjadi saat ini perlu mendapat perhatian serius dari Pemprov Jawa Tengah karena termasuk dalam program dosa besar yang sedang ditangani oleh Kemendikbud. 

Bintang menuturkan pihaknya juga telah membekali pelatihan bagi siswa di lima SMP Kota Semarang untuk menjadi agen perubahan pencegahan aksi perundungan. Setiap SMP ada 30-40 siswa yang ikut pelatihan menjadi agen perubahan. 

Agen perubahan tersebut dilatih mengantisipasi perundungan dengan melibatkan program kerja dari para guru. 

"Kita membuat agen perubahan degan menyebarkan perilaku baik ke siswa. Caranya yaitu dengan melakukan penilaian bagi perilaku siswa yang paling berpengaruh di setiap sekolah. Nantinya dikalkulasi dan dilatih siapa saja anak yang berperilaku positif dan bisa menyebarkan perilaku positif. Dan terbukti keberadaan agen perubahan bisa menurunkan angka perundungan sebesar 30 psrsen," tuturnya.

5. Guru perlu lakukan penegakan disiplin positif, bukan lagi menghukum

Mayoritas Pelajar SMA Jateng Pernah Alami Bullying, Ada yang DikucilkanIlustrasi Profesi (Guru) (IDN Times/Mardya Shakti)

Selain itu, Yayasan Setara turut melibatkan para guru untuk merancang aturan penegakan disiplin positif supaya siswa tidak mengalami perundungan di dalam kelas. Penegakan disiplin positif adalah dengan mengajak guru melihat akar persoalan masing-masing siswa. 

Kemudian guru juga diajak mengubah perilaku mengajar di dalam kelas yang mana metodenya bukan lagi menghukim akan tetapi membantu mengatasi persoalan para siswa. 

"Yang perlu digarisbawahi adalah kenakalan seorang anak itu hal wajar, Mas karena di tingkat sekolah manapun pasti ada siswa yang seperti itu. Maka ini pentingnya  mengembangkan program agen perubahan dengan menyebarluaskan perilaku positif untuk menekan angka perundungan," pungkasnya. 

Baca Juga: Siswa SMP di Temanggung Nekat Bakar Sekolah, Ngaku Sakit Hati Dibuli

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya