Muhammadiyah Jateng Desak Pemerintah Umumkan Gelombang Kedua COVID-19

Laju penularan COVID-19 semakin tidak terkendali

Semarang, IDN Times - Tingginya lonjakan penularan wabah virus Corona di berbagai pelosok wilayah mematik reaksi dari ormas Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah.

Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jateng, Tafsir menyatakan dengan kasus penularan COVID-19 yang semakin tak terkendali seperti saat ini, sudah saatnya pemerintah pusat terutama Kemenkes melakukan tindakan cepat untuk mengatasi persoalan tersebut.

"Pemerintah mustinya bergerak lebih aktif lagi ke semua lapisan masyarakat untuk mendisiplinkan perilaku sesuai protokol kesehatan. Dan kita minta supaya pemerintah mengumumkan situasi ini sebagai gelombang kedua wabah virus Corona di Indonesia. Kalau dilihat kondisinya memang tahun ini sebaran virusnya lebih besar ketimbang tahun lalu," ujar Tafsir kepada IDN Timess, Rabu (30/6/2021).

1. Pemerintah harus segera melakukan penanganan kegawatdaruratan

Muhammadiyah Jateng Desak Pemerintah Umumkan Gelombang Kedua COVID-19Ilustrasi tim Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 mengusung jenazah pasien positif COVID-19. (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Pihaknya menyatakan dengan adanya status gelombang kedua COVID-19, paling tidak pemerintah pusat bisa melakukan tindakan kegawatdaruratan guna mengatasi sebaran virus Corona yang kini semakin masif. 

Terlebih lagi, menurut Tafsir adanya penularan COVID-19 lebih ganas ketimbang tahun lalu membuat wabah ini tak bisa lagi disepelekan.

"Kalau kadar kepanikannya ya lebih tinggi pas awal pandemik bulan April 2020. Tapi penularannya lebih cepat di tahun ini. Di lingkungan rumah sakit milik Muhammadiyah saja, banyak nakes yang terpapar, malahan ada juga yang meninggal dunia," terangnya.

Baca Juga: 48 RS Muhammadiyah Jateng Penuh Pasien, Klaim COVID-19 Tembus Rp300 M

2. Ketua Muhammadiyah Jateng menduga ada empat pemicu maraknya penularan COVID-19

Muhammadiyah Jateng Desak Pemerintah Umumkan Gelombang Kedua COVID-19ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Pihaknya memperkirakan penularan COVID-19 yang marak terjadi saat ini kemungkinan disebabkan empat faktor. Yang pertama ada indikasi seseorang sudah tertular COVID-19 namun belum terdeteksi. Kedua kemungkinan seseorang sempat tertular COVID-19 pasca vaksinasi tahap pertama sehingga tidak menyadari bahwa yang bersangkutan membawa risiko penularan saat ikut vaksin tahap kedua.

Penyebab ketiga akibat eruforia yang berlebihan yang membuat masyarakat mengendurkan protokol kesehatan dan keempat karena faktor daya tahan tubuh manusia yang punya kualitas berbeda-beda. 

"Tentunya saat ini masyarakat jadi susah diatur karena tidak terlalu panik menghadapi COVID-19. Ini juga dipengaruhi kondisi perekonomian yang tetap berjalan di masa pandemik," akunya. 

3. Vaksin jadi alat membangun kekebalan imunitas tubuh

Muhammadiyah Jateng Desak Pemerintah Umumkan Gelombang Kedua COVID-19Seorang peserta vaksinasi COVID-19 tengah diperiksa kondisi kesehatannya di Sentra Vaksinasi Bersama BUMN di Lanud Soewondo, Kota Medan, Sumatera Utara, Sabtu (26/6/2021). (ANTARA FOTO/Fransisco Carolio)

Untuk itulah, pihaknya mengimbau kepada semua masyarakat guna meningkatkan ihtiar dengan ikut vaksinasi COVID-19 sehingga tingkat kesakitan ketika terpapar menjadi rendah. 

Pihaknya pun menekankan bahwa pemberian vaksinasi bukan sebagai obat penyembuhan COVID-19 melainkan untuk alat membangun kekebalan imunitas tubuh. 

"Yang patut diingat bahwa vaksinasi tidak bisa berhasil 100 persen. Tapi kita jangan mengendorkan semangat untuk bervaksin. Tetaplah ikut vaksinasi agar kekebalan tubuh kita menjadi meningkat," jelasnya. 

Baca Juga: 7000 RT di Jateng Masuk Zona Merah COVID-19, Satgas Semarang Anteng

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya