Ngarit Suket, Cara Ampuh Tumbuhkan Empati Siswa di Kaki Bukit Menoreh

SD Kanisius Kenalan Magelang punya cara belajar menarik

Hari masih pagi ketika siswa SD Kanisius Kenalan berkumpul di pelataran sekolahnya, Jumat (15/8/2023). Pagi itu suasana agak berbeda ketimbang biasanya. 

Sorak-sorai anak-anak menggema bahkan menembus luar sekolah. IDN Times yang punya mengunjungi sekolahan tersebut melihat para siswa sedang mengadakan acara simulasi pemilu yang dinamai pemilihan presiden Republik Anak Kenalan (RAK). 

RAK merupakan kegiatan yang diinsiasi para siswa bersama sejumlah guru dan Lembaga Pendidikan Ma'arif Banyuwangi yang kebetulan sedang mengadakan pertukaran siswa dengan SD Kanisius Kenalan yang letaknya di Desa Wonolilo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. 

Baca Juga: Disuruh Mondok Tapi Tetap Pakai Narkoba, 3 Anggota Polresta Magelang Dipecat!

1. Ada simulasi pemilu yang unik

Ngarit Suket, Cara Ampuh Tumbuhkan Empati Siswa di Kaki Bukit MenorehTiga pasang siswi yang menjadi kandidat pemilihan presiden yang diadakan oleh pihak SD Kanisius Kenalan Magelang untuk menyemarakkan kegiatan pertukaran siswa di tahun ajaran 2023/2024. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Dalam pemilihan presiden RAK, ada tiga pasang calon. Ada paslon Partai Wijithukul, Partai Lintang Menoreh dan Partai Kembang Latar. Dari tiga pasangan, Bernadina dan Wiji dari Partai Wijithukul terpilih menjadi pemenang. "Kami berdua dapat 48 suara," kata Bernadina yang terpilih sebagai presiden RAK dan diamini Wiji yang jadi wakilnya. 

Bernadina tak menyangka dirinya menang dalam simulasi pemilu RAK. Sebab, dirinya kalah dalam acara serupa yang diadakan tahun kemarin. Mengikuti ajang simulasi pemilu memang menjadi agenda rutin yang diadakan SD Kenalan Kanisius. 

Yang terpilih menjadi presiden dan wakil presiden dikampus untuk menjalankan program kegiatan selama enam bulan. Bagi Bernadina dan Wiji, tentunya hal ini melegakannya. Ada macam-macam kegiatan yang bisa mereka jalankan. Mulai dari mengembangbiakan ternak kambing, tilik belik, saba warna, ngider kutho atau berkeliling kota, bogawarna, rutin wiji, napak tilas sampai temen peken. 

"Khusus siswa yang sudah kelas empat, lima dan enam diberi tugas berangkat sekolah sambil ngarit rumput. Terus kalau sudah sampai ke sekolah, rumputnya dijadikan pakan kambing di kandang," kata Wiji. 

2. Ajari siswa kembangbiakan ternak kambing

Ngarit Suket, Cara Ampuh Tumbuhkan Empati Siswa di Kaki Bukit MenorehPara siswa SD Kanisius Kenalan di Desa Wonolilo Kenalan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Saban seminggu sekali para siswa kelas IV, V dan VI mendapat tugas yang dinamakan jatah mindor. Yaitu mereka wajib membawa arit dan sejenisnya untuk memotong rumput di pinggir jalan. 

"Sekarang kami punya dua kambing. Terus siswa kelas empat, lima, enam ada tugas jamin alias jatah mindor, tugasnya mereka bawa arit seminggu sekali. Ini semata untuk memunculkan perhatian siswa untuk meladang dan memelihara ternak," aku Kepala SD Kanisius Kenalan Magelang, Yosef Onesimus Mariono kepada IDN Times. 

Ngarit rumput memang menjadi salah satu ciri khas sekolahnya untuk menumbuhkan kepedulian antar sesama makhluk hidup sekaligus mengajari siswanya mengembangbiakan ternak yang dipelihara di sekolahan.

"Kami punya kegiatan yang dikemas sebagai ciri khas SD Kenalan. Karena kami mayoritas backgroundnya anak petani, maka kami dekat dengan aktivitas pertanian. Jadinya itu yang diangkat di sekolah kami sebagai media pembelajaran. Untuk pembangunan karakter, belajar wirausaha. Dan dampak ekonomisnya kayak apa nantinya bisa muncul," kata Pak Mar, sapaannya. 

3. Nyaris ditutup gegara kekurangan murid

Ngarit Suket, Cara Ampuh Tumbuhkan Empati Siswa di Kaki Bukit MenorehPara siswi SD Kenalan Kanisius Magelang ketika menyambut acara program pemilihan presiden yang diadakan di halaman sekolahnya. (IDN Times/Fariz Fardianto)

SD Kanisius Kenalan sendiri telah berdiri sejak 95 tahun silam. Sekolahan tersebut bernaung dibawah Yayasan Kanisius dan semula dibangun ajak mepet sawah. Kemudian atas inisiatif yayasan, SD Kenalan Kanisius beberapa dekade terakhir berdiri di pinggir jalan Desa Wonolilo. 


Dengan berada di kaki Bukit Menoreh, banyak kendala yang dihadapi pengelola SD tersebut. Bahkan tahun 2011 silam, SD Kanisius Kenalan nyaris ditutup oleh pihak yayasan. Pangkal masalahnya tak lain karena jumlah siswa SD Kenalan Kanisius tak memenuhi syarat. 

"Dulu tahun 2011 sempat mau ditutup. Soalnya ada ketentuan aturan dari yayasan kalau murid dibawah 75 orang, tidak memenuhi syarat operasional. Tetapi saya berusaha yakinkan pihak yayasan kalau di desa ini tidak ada sekolah umum. Oleh sebab itulah dibutuhkan sekolah untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak desa. Kemudian masyarakat juga gak rela kalau gak sekolah. Lalu diputuskan bahwa SD Kenalan tetap boleh jalan asalkan punya program pembelajaran yang kontekstual. Yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat sekitar. Ya selanjutnya kami pilih metode pembelajaran yang bersinggungan dengan alam, sosial dan masyarakat," urainya. 


Saat tahun ajaran 2023/2024 SD Kanisius Kenalan punya tujuh guru dengan jumlah siswa sekitar 60 orang. 

4. Metode pembelajaran anti-mainstream

Ngarit Suket, Cara Ampuh Tumbuhkan Empati Siswa di Kaki Bukit MenorehBernadita dan Widji yang terpilih sebagai presiden untuk periode enam bulan dalam proses pemilihan presiden dari program yang diadakan SD Kanisius Kenalan Magelang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Sedangkan, Zaki Mubaroh Ketua (LP) Ma'arif PCNU Banyuwangi menilai metode pembelajaran di SD Kanisius Kenalan Magelang tergolong anti-mainstream. Saat melihat langsung di SD Kenalan Kanisius, ia terkesima dengan kegiatan simulasi pemilu yang diadakan para siswa sekolahan tedsebut. 

"Dengan proses demokrasi yang diajarkan sejak dini ada partai Wijithukul, Lembah Kenangan ada yel-yelnya juga. Visi misinya tidak muluk-muluk tapi realistis. Sehingga yang perlu kita syukuri Indonesia tetap lestari dan tetap ada sampai kiamat. Karena anak-anak SD Kenalan ini tetap ada sampai kapanpun," ungkapnya. 

Apa yang dilakukan para siswa SD Kenalan Kanisius membuktikan kalau mereka tidak alergi politik. "Siswa Kenalan tidak alergi politik, untuk menjadikan anak-anak di sini menajdi lebih maju," ujar Zaki. 

5. Ada pertukaran siswa untuk kurikulum Merdeka Belajar

Ngarit Suket, Cara Ampuh Tumbuhkan Empati Siswa di Kaki Bukit MenorehBernadina dan Widji berpose dengan lingkaran tangan membentuk tanda love sebagai simbol tanda empati terhadap sesama siswa dan kepedulian kepada lingkungan sekitar. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Menurut Muhammad Khoiruddin, Bendahara LP Ma'arif Banyuwangi, kerjasama yang dijalin dengan SD Kanisius Kenalan Magelang sudah berlangsung sejak 2021 silam. Namun untuk proses pertukaran siswa dengan SD Kenalan Kanisius Magelang baru bisa diadakan tahun ini. 

"Kerjasamanya sejak 2021. Cuman realisasi pertukaran siswanya baru tahun ini. Ada dia SD yang ikut pertukaran siswa dengan SD Kanisius Kenalan Magelang. Yaitu dari MI NU 2 Grajakan dan MI Al Falah Benculuk Banyuwangi. Programnya itu diadakan oleh UNESCO dan melibatkan Yayasan Kupuku Indonesia. Manfaatnya untuk studi tiru dan praktek kurikulum Merdeka Belajar," tambahnya. 

Sedangkan, Yayasan Hati Suci yang ikut terlibat menyelenggarakan kegiatan di SD Kanisius Kenalan Magelang menyampaikan melalui Kupuku Indonesia, pihaknya memperluas jangkauan secara nasional, dengan menjangkau ribuan sekolah, puluhan ribu orang tua dan ratusan ribu peserta didik. Yayasan Hati Suci yang telah berdiri sejak tahun 1914 telah berkontribusi memutus rantai kemiskinan dalam satu generasi, serta meluncurkan berbagai inisiatif yang memberikan dampak nyata pada pendidikan. 

"Semangat kami adalah mewujudkan kasih, harapan dan masa depan bagi banyak orang dengan dampak yang merata dan signifikan," ujar Joseph Dharmabrata, Ketua Dewan Pembina Yayasan Hati Suci.

6. Kupuku Indonesia teguhkan kolaborasi dengan lintas agama

Ngarit Suket, Cara Ampuh Tumbuhkan Empati Siswa di Kaki Bukit MenorehPengurus yayasan, pengurus sekolah dan perwakilan Yayasan Kupuku memperlihatkan nota kesepahaman yang telah diteken untuk dijalankan di SD Kanisius Kenalan Magelang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Satrio Anindito, Acting CEO Kupuku Indonesia menambahkan bahwa dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip tujuan pembangunan berkelanjutan/SDGs di dalam pembelajaran sejak dini adalah kunci dalam membangun masa depan yang lebih baik. "Melalui kolaborasi yang terbangun di dalam Program Kerjasama Lintas Agama di Bidang Pendidikan ini, kami berupaya untuk membangun iklim dan ekosistem pendidikan yang nyaman, aman dan menyenangkan untuk anak-anak belajar," ungkapnya. 

Dr. Dwi Ilham Rahardjo, M.Pd., Dewan Pakar dan Pendamping Program, Widyaprada BBPMP Jawa Timur, mengungkapkan, di tengah krisis pembelajaran yang dihadapi, konsep Merdeka Belajar menjadi semakin relevan. Termasuk sebagai solusi mengatasi tantangan dalam wujud kegiatan kokurikuler di SD Kanisius Kenalan. 

Rangkaian kegiatan ini menjadi awal dari Program Kerjasama Lintas Agama di Bidang Pendidikan. Ke depan diharapankan dapat meneruskan ke 621 sekolah LP Ma’arif Banyuwangi dan 59 sekolah di Yayasan Karmel Keuskupan Malang.

Baca Juga: Cerita Guru SD Gunung Brintik Menyusuri Kuburan Demi Berburu Murid Baru

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya