Parah! 5 Tahun Dihantam Abrasi, Garis Pantai Semarang Mundur 2,7 Km

Karena marak pengambilan air tanah

Semarang, IDN Times - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Tengah menemukan panjang garis pantai di jalur Pantura berubah drastis dalam rentang waktu 2013-2017 silam. Perubahan garis pantai tersebut dipicu munculnya abrasi yang sudah sangat parah.

 

1. Kondisi di Semarang, Demak dan Brebes sudah sangat parah

Parah! 5 Tahun Dihantam Abrasi, Garis Pantai Semarang Mundur 2,7 Kminstagram.com/bo.achim/

Kepala Bidang Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil DKP Jateng, Lilik Harnadi mengaku perubahan garis pantai paling parah terjadi di tiga wilayah. 

Masing-masing di Kabupaten Brebes garis pantainya mundur sejauh 3 kilometer, di Kota Semarang garis pantainya juga mundur 2,7 kilometer dan garis pantai di Demak mundur hingga 5 kilometer.

"Kondisinya saat ini sudah parah. Garis pantai yang berubah paling mencolok ada di Semarang, Demak dan Brebes," ungkapnya kepada IDN Times, Senin (27/1).

Baca Juga: Tak Melaut, Penuhi Kebutuhan Nelayan Tambaklorok Utang ke Bank Plecit

2. Total abrasi di Pantura sudah mencapai 8.023 hektar

Parah! 5 Tahun Dihantam Abrasi, Garis Pantai Semarang Mundur 2,7 KmIDN Times/Wayan Antara

Ia menjelaskan abrasi yang muncul di Pantura selama lima tahun terakhir telah mencapai 8.023 hektar. Bahkan, Kabupaten Brebes sudah terkena abrasi 2.300 hektar, Demak 2.200 hektar dan Kota Semarang sekitar 1.900 hektar. 

Penyebab lainnya, katanya juga adanya akresi yang timbul akibat pembentukan tanah baru di pesisir lautan. "Pemicu akresi itu kan yang dulunya lautan, kini jadi daratan karena gelombang pantai membawa sedimentasi dari hulu sungai dan tertahan di laut. Ini gara-garanya keseimbangan alamnya sudah terganggu," terangnya.

3. Penyebab berubahnya garis pantai karena pengambilan air tanah yang marak

Parah! 5 Tahun Dihantam Abrasi, Garis Pantai Semarang Mundur 2,7 Kminstagram.com/ronnielaw

Pihaknya mencatat kejadian akresi di Pantura telah mencapai 2.500 hektar. Ia pun mengakui bahwa pembangunan yang asal-asalan di pesisir pantai justru memperparah akresi di Jawa Tengah. Pun demikian dengan pengambilan air tanah yang marak juga membuat abrasi yang berdampak sangat besar bagi masyarakat pesisir.

"Karena proyeknya asal bangun dan menjorok ke pantai jadinya terhambat di satu sisi dan timbul akresi. Selain itu, penurunan muka tanah karena pengambilan air tanah yang berlebihan juga membuat tanahnya ambles. Maka munculah abrasi yang besar. Sebaiknya pemerintah menghentikan pengambilan air tanah dan diubah dengan cara lain," pungkasnya.

Baca Juga: Abrasi Parah Sebabkan Penahan Laju Tsunami di Pantai Bantul Hilang

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya