Percepat Penurunan, Balita Stunting Semarang Diberi Nasi Lele dan Arem-arem

Balita stunting diberi beragam asupan makanan tambahan

Semarang, IDN Times - Sejumlah balita yang mengalami stunting di Kota Semarang diberi asupan makanan tambahan yang beragam oleh petugas puskesmas. Di wilayah Kecamatan Gayamsari, terdapat 24 balita yang mengalami stunting. 

Kepala Puskesmas Gayamsari, Yuni Susanti mengatakan balita yang mengalami stunting cenderung menurun ketimbang kondisi September 2023 kemarin. "Kalau pas September kan masih 31 anak yang stunting. Terus masuk bulan November yang lulus ada tujuh anak, jadinya sekarang tinggal 24 anak yang masih stunting," kata Yuni saat dikontak IDN Times, Kamis (30/11/2023). 

Baca Juga: Menjangkau Balita Tengkes Melalui Kekuatan Posyandu Satelit

1. Puskesmas Gayamsari berikan makanan tambahan berupa nasi sayur dan lele goreng

Percepat Penurunan, Balita Stunting Semarang Diberi Nasi Lele dan Arem-aremilustrasi lele goreng (remas.nu)

Ia menyampaikan dari total balita stunting tersebut, mayoritas tinggal di Kelurahan Tambakrejo dan Kelurahan Kaligawe. Masing-masing ada enam balita stunting di Kaligawe dan lima balita yang terkena stunting di Tambakrejo.

Selama tentang waktu Januari--November 2023, katanya pihaknya tidak mendapatkan alokasi dana secara langsung dari Pemkot untuk menurunkan angka stunting. Melainkan diganti dengan asupan makanan yang langsung dihidangkan kepada setiap balita yang mengalami stunting. 

"Ya kalau di wilayah kita tidak langsung dapat anggarannya. Soalnya dari Pemkot memberinya dalam bentuk makanan yang sudah matang. Jadi pihak pemerintah kota sudah kerjasama dengan UMKM Jateng Hebat, bentuknya sudah dimasakan penambah makanan. Menunya ganti-ganti. Mulai nasi sayur, protein hewani berupa telur, lele goreng, tempe. Untuk camilannya juga bervariasi," ujar Yuni. 

2. Rangkul pihak swasta untuk berikan CSR

Percepat Penurunan, Balita Stunting Semarang Diberi Nasi Lele dan Arem-aremIlustrasi anak stunting (pexels)

Lantaran tidak memperoleh anggaran dari Pemkot, katanya salah satu upaya Puskesmas Gayamsari kini kerap menjaring program CSR dari pihak swasta. 

Ia mencontohkan, pemberian CSR dari salah satu apotek di Gayamsari bentuknya berupa beras dan bahan pokok protein. Sedangkan CSR dari pihak lainnya dibelikan sembako. 

"Kami berharapnya pemerintah pusat mensupport secara optimal supaya tahun depan target kami yang mencanangkan zero stunting di Gayamsari dapat terwujud. Apalagi kan Bu Wali juga menjadi duta anti stunting," terangnya. 

3. Masih ada 20 balita stunting di Mijen

Percepat Penurunan, Balita Stunting Semarang Diberi Nasi Lele dan Arem-aremProses pengukuran lingkar kepala pada seorang balita perempuan yang dilakukan kader posyandu satelit (Poslit) di lingkungan kampung RW III, Lamper Tengah Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Terpisah, Kepala Puskesmas Mijen, dr Agus Susanto mencatat wilayah Mijen masih ada 20 balita stunting. Ia mematok target saat menginjak Desember nanti balita stunting bisa berkurang di bawah 10 anak. 

"Per bulan ini ada 20 anak stunting. Kalau Agustus kemarin kan masih 41 terus turun lagi September. Nah, Desember targetnya bisa turun kurang dari 10 anak," akunya kepada IDN Times. 

4. Balita stunting ada yang kena TBC

Percepat Penurunan, Balita Stunting Semarang Diberi Nasi Lele dan Arem-aremilustrasi penyakit TBC (pexels.com/Monstera)

Jika ditilik kondisi kesehatannya, balita stunting di Kecamatan Mijen disebabkan si balita menderita tuberkulosis (TBC). Kemudian ada juga balita yang mengalami stunting karena pemberian gizinya tidak seimbang dan ada yang kurang diperhatikan saat diasuh oleh neneknya.

"Tapi yang banyak ya karena faktor ada penyertanya penyakit tuberkulosis. Kategori balita stunting itu tinggalnya di Ngadirgo, Jatisari, Wonolopo, Wonoplumbon, Jatibarang, Cangkiran. Rentang usianya dibawah 5 tahun. Antara umur 1--5 tahun," jelasnya. 

Mengenai asupan makanan tambahannya, katanya dihitung dari penghitungan kalori, lemak, karbohidrat dan nutrisi. Jenis menunya sayur sop, nasi bayam, serta ditambah protein hewani seperti telur dan daging. 

"Lalu ada juga snack dengan kandungan protein kayak olahan tradisional. Semacam arem-arem di dalamnya ada dagingnya. Tiap hari ganti. Dan menunya kembali ke awal 10 hari kemudian. Jenis menunya 15-20 makanan," tuturnya. 

5. Alokasi dana untuk balita stunting di Mijen Rp7,2 juta

Percepat Penurunan, Balita Stunting Semarang Diberi Nasi Lele dan Arem-aremIlustrasi Pengecekan kesehatan anak. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Untuk Puskesmas Mijen, anggaran percepatan penurunan stunting per anak dijatah Rp25 ribu per hari dengan asumsi selama tiga bulan. "Jadi dalam sebulan sekitar Rp800 ribu kali tiga. Atau totalnya Rp7,2 juta untuk satu anak. Anggaran dari Pemkot ini sudah lumayan besar," terangnya. 

Ia berharap bahwa program percepatan stunting tidak hanya ditangani puskesmas atau Dinkes saja. Akan tetapi harus ada kolaborasi dengan Disperkim untuk merenovasi rumah tak layak huni dan Dinas Pengairan juga perlu intervensi pada sumber mata air. "Dari pemerintah kota pendanaan harus maksimal. Jangan sampai programnya tidak tepat sasaran. Maka perlu ada penguatan sinergitas antar OPD pemprov dan pemkot," tandasnya. 

Baca Juga: Kacau! Anggaran Rp4,4 M, Makanan Cegah Stunting Kota Depok Cuma Kuah Sup

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya