Sedulur Sikep Alami Pergeseran Budaya: Kini Bangga Merantau dan Bawa HP

Sedulur Sikep ada yang bersekolah

Pati, IDN Times - Perubahan zaman yang pesat telah mendorong banyak orang untuk beradaptasi. Tak cuma orang-orang perkotaan yang makin gila teknologi, perilaku serupa nyatanya juga dirasakan masyarakat adat yang tinggal di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. 

Ya, wilayah Sukolilo yang notabene dihuni banyak warga warga Sedulur Sikep atau kerap disebut orang Samin kini mengalami perubahan yang sangat signifikan. Bila zaman baeulah warga Sedulur Sikep sangat antipati terhadap datangnya budaya dari luar wilayahnya. Kini anggapan tersebut tak berlaku lagi. 

Sedulur Sikep banyak tinggal di Dukuh Bombong, Desa Baturejo Sukolilo

Sedulur Sikep Alami Pergeseran Budaya: Kini Bangga Merantau dan Bawa HPSedulur sikep tidak bisa dilepaskan dari sejarah Dusun Gersi Blora. (Dok blorakab.go.id)

Situasi tersebut terlihat tatkala Endah Manti, seorang petugas penyuluh Kecamatan Sukolilo sering wara-wiri memberikan pelayanan kependudukan dan pendidikan bagi warga Sedulur Sikep yang tinggal di Dukuh Bombong, Desa Baturejo. 

"Di Dukuh Bombong selama ini sangat banyak orang Sedulur Sikep. Mereka sudah membentuk kelompok budaya tersendiri jadinya bisa diidentifikasi. Tapi yang generasi kedua dan ketiga lebih banyak berpencar di dukuh-dukuh sekitarnya. Tinggalnya ya ngeblok-ngeblok gitu," kata Endah ketika berbincang dengan IDN Times, Sabtu (9/4/2022). 

Baca Juga: Hari Pahlawan, Komunitas Ontel dan Sedulur Sikep Kudus Ziarah ke Makam

Samin Surosentiko merupakan tokoh paling vokal di kalangan Sedulur Sikep

Sedulur Sikep Alami Pergeseran Budaya: Kini Bangga Merantau dan Bawa HPIDN Times/Aji

Endah berkata, dirinya saat awal bertugas di Sukolilo sering putus asa saat memberikan penyuluhan kepada warga Sedulur Sikep. Selain sikap mereka yang cenderung keras kepala, Endah waktu itu melihat rata-rata warga Sedulur Sikep menentang keras aturan-aturan yang masih dianggap berbau warisan kolonial.

Menurutnya kekolotan itu memang sering muncul lantaran ada warisan budaya yang turun-temurun dari leluhur Sedulur Sikep. Jika diruntut dari historisnya, Samin Surosentiko adalah tokoh pada zaman kolonial Belanda yang sangat vokal menentang keras kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintahan kolonial. Samin terutama sangat menentang aturan soal pungutan pajak. 

"Makanya, Mas saya empat periode belakangan ini sering mengunjungi Desa Baturejo. Saya emang kepengin mengedukasi masyarakat adat setempat. Tapi pulang-pulang selalu tangan hampa. Akhirnya saya sendiri jadi putus asa. Lalu saya gak pernah mengorek kegiatan mereka lagi," akunya. 

Anak-anak Sedulur Sikep kini senang merantau

Sedulur Sikep Alami Pergeseran Budaya: Kini Bangga Merantau dan Bawa HPAnak Sedulur Sikep ikut upacara. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho

Akan tetapi, Endah kaget dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat masuk ke Desa Baturejo. Anak-anak Sedulur Sikep yang tadinya antipati, katanya lambat-laun justru tertarik menggunakan handphone

"Dulu anak-anak mereka gak berminat sekolah. Cuman belakangan ini pada mau sekolah. Kemudian dengan perkembangan yang terjadi sekarang, setiap tahunnya saya mendata lumayan banyak anak-anak Sedulur Sikep yang memilih merantau ke luar kota. Kebanyakan yang generasi ketiga Sedulur Sikep sukanya kerja ke luar kota. Ya lama-lama di Dukuh Bombong sudah banyak warga Sedulur Sikep yang suka bawa handphone, mainan pakai handphone. Pokoknya sangat drastis ketimbang yang dulu," terangnya. 

Soal populasi warga Sedulur Sikep, dirinya tak bisa menghitung secara detail. Sebab, keberadaan mereka yang berpencar membuat pendataan menjadi sulit dilakukan.

"Berapa banyak generasi ketiga saya juga kurang paham. Dan jumlah pasti Sedulur Sikep di Sukolilo juga tidak ada data yang rinci," tambahnya.

Keturunan Sedulur Sikep pilih berjilbab saat masuk sekolah

Sedulur Sikep Alami Pergeseran Budaya: Kini Bangga Merantau dan Bawa HPIlustrasi siswa. (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

Terpisah, Dwi Ningsih Mpd selaku Koordinator Wilayah Kecamatan Sukolilo, Pati mengungkapkan anak-anak Sedulur Sikep kini mulai mengenyam pendidikan formal dan informal yang diberikan oleh pemerintah desa (pemdes) setempat. 

"Kita kan sering berikan layanan program pendidikan, terus anak-anak keturunan Sedulur Sikep ada yang pilih bersekolah. Kalau yang sekolah formal, mereka masuk ke SDN Baturejo 01 dan SDN Baturejo 02. Kita tidak membedakan dan kegiatan mereka juga sama kayak anak-anak sekolah lainnya," bebernya.

Ningsih mengaku, anak Sedulur Sikep yang bersekolah di SDN Baturejo juga terampil mengikuti pelajaran di dalam kelas. Bahkan ada pula yang berusaha beradaptasi. Contohnya ada salah satu anak perempuan Sedulur Sikep yang memilih memakai jilbab setiap kali berangkat sekolah. 

Jumlah anak Sedulur Sikep yang memutuskan bersekolah sekitar 3--5 orang.

"Sekarang Sedulur Sikep agak terbuka. Mungkin karena terpengaruh perkembangan teknologi ya, jadinya anak-anak generasi ketiganya lebih proaktif menerima perubahan budaya," ungkapnya. 

Ia menambahkan, "mereka sudah tidak kaku kayak bapak atau neneknya yang jadi generasi pertama Sedulur Sikep. Soalnya kalau pas sekolah, ada yang pakai jilbab. Ini benar-benar tanpa paksaan. Mereka berminat mengikuti ajaran di sekolah atas kesadarannya sendiri. Jadi kita juga menekankan kepada para petugas penilik kecamatan untuk memperlakukan mereka tanpa diskriminasi. Sampai akhirnya ada anak Sikep yang bawa HP dan sebagainya."

Sedulur Sikep sudah punya motor, TV dan gawai

Sedulur Sikep Alami Pergeseran Budaya: Kini Bangga Merantau dan Bawa HPIlustrasi menonton televisi. (Pixabay.com/StokSnap)

Hal senada diungkapkan seorang Peneliti Samin dari STAIN Kudus, Ahmad Rosyid. Rosyid bilang, Sedulur Sikep yang masuk dalam komunitas Samin selama ini berdomisili di Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Desa Klopoduwur, Kabupaten Blora dan dukuh-dukuh di Kabupaten Kudus. 

"Kini warga Samin sudah banyak mengalami pergeseran budaya. Dulu, para penganut Samin selalu menutup diri dengan perkembangan kemajuan teknologi. Tapi, saat ini mereka sudah mulai membuka diri. Di Kudus, misalnya. Mereka sekarang ini sudah banyak menggunakan teknologi, seperti punya kendaraan bermotor, televisi, dan gadget atau handphone," akunya dilansir kabarkotapati.com.

Selain sudah membuka diri, warga Sikep yang tinggal di Kabupaten Kudus sudah mau mengikuti sekolah formal.

"Mereka yang terpengaruh dengan globalisasi dan teknologi biasanya dari kalangan anak muda. Sedangkan tokoh-tokoh Seduur Sikep Samin masih tetap bertahan dengan ajaran leluhur. Mereka sangat disegani dan dihormati," urainya.

Sosiolog sarankan pemerintah beri apresiasi bagi Sedulur Sikep

Sedulur Sikep Alami Pergeseran Budaya: Kini Bangga Merantau dan Bawa HPIDN Times/Aji

Sedangkan, seorang Sosiolog dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Fulia Aji Gustaman saat dikontak IDN Times menjelaskan, masyarakat adat seperti Sedulur Sikep merupakan aset kebudayaan milik bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan. Sebab, Sedulur Sikep punya akar sejarah yang kuat termasuk turut serta terlibat perang kemerdekaan melawan pemerintah kolonial Belanda. 

"Untuk itulah, atas semua jasa yang sudah mereka berikan kepada negeri ini semestinya diberi penghargaan yang tinggi. Sikep adalah pejuang kemerdekaan. Tokohnya yang dikenal dengan nama Samin Surosentiko menjadi orang yang paling menentang pungutan pajak dari Belanda. Adat istiadat mereka yang terjaga sampai sekarang harusnya diberi apresiasi yang lebih oleh pemerintah," paparnya yang juga Dosen Antropologi Fakultas Bahasa Unnes tersebut. 

Ia menyarankan kepada pemerintah Indonesia untuk memberikan pendanaan dalam rangka menyejahterakan warga Sedulur Sikep di Pati, Kudus dan Blora.

"Pendanaan yang diberikan kepada para keturunan Sikep bisa meningkatkan taraf hidup mereka sekaligus mengapresiasi atas usaha nguri-nguri budaya adat istiadat yang sudah mengakar selama ratusan tahun," tandasnya. 

Baca Juga: Pendaftar Naik 2 Ribu, Ini 10 Prodi Favorit di Unnes Incaran Calon Mahasiswa

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya