Seimbangkan Emisi Karbon dengan Menanam 1.000 Mangrove di Pantai Morodemak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Demak, IDN Times - Demi berusaha mengurangi emosi karbon di wilayah pesisir utara Demak, PT Amartha Mikro Fintek melibatkan Jejakin untuk menanam 1.000 bibit mangrove di Kampung Morodemak. Kegiatan menanam mangrove juga bertepatan dengan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) saban 10 Agustus.
Baca Juga: Warga Pesisir Demak Gelar Aksi Diam, Tolak Tambang Pasir Laut
1. Tingkatkan resiliensi dan keseimbangan keberlanjutan
Chief Risk and Sustainability Amartha Aria Widyanto menyampaikan pihaknya menerapkan prinsip keberlanjutan untuk memberikan dampak bagi lingkungan dan masyarakat.
"Penanaman 1.000 mangrove merupakan bagian dari langkah awal untuk meningkatkan resiliensi dan keseimbangan yang berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat di kawasan pesisir yang rawan terhadap abrasi, seperti Pantai Morodemak," katanya dalam keterangan yang diterima IDN Times, Jumat (11/8/2023).
2. Amarta juga tanam 4.000 mangrove di Pulau Tanakeke
Dengan penanaman bibit tanaman bakau, katanya diharapkan bisa menyeimbangkan emisi carbon (carbon offsetting) dan menjadikan Amartha sebagai carbon neutral company masa mendatang.
Menurutnya, programmya tidak hanya berhenti pada penanaman mangrove saja, melainkan terus berlanjut pada pemberdayaan masyarakat di daerah rentan hingga perluasan produk-produk "green financing" di masa mendatang.
Tahun 2022 lalu, Amartha juga telah berhasil melakukan program serupa dengan menanam sebanyak 4.000 bibit tanaman bakau di wilayah seluas 4 hektare di pesisir Pulau Tanakeke, Sulawesi Selatan.
Editor’s picks
Keberhasilan tersebut, menjadi inspirasi untuk berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan ekosistem mangrove di berbagai wilayah Indonesia. Sebagai platform penyedia layanan keuangan inklusif untuk segmen ultra mikro di pedesaan, Amartha juga mengajak para pendananya berkontribusi dengan berinvestasi sembari berdonasi tanaman bakau.
"Sudah kami mulai tahun ini. Kami mengundang beberapa pendana Amartha melalui investasi minimal Rp5 juta sudah berkontribusi menanam satu mangrove. Jadi, berinvestasi sambil membantu berdonasi mangrove," pungkasnya.
3. Diharapkan masyarakat sadar akan efek emisi karbon
Founder and CEO Jejakin, Arfan Arlanda menjelaskan pelestarian habitat bakau tidak bisa dilakukan sendirian. Namun mesti melibatkan banyak pihak, termasuk kolaborasi dengan swasta dan masyarakat.
"Harapannya, masyarakat dan lembaga lainnya akan semakin sadar dampak yang ditimbulkan dari emisi karbon, dan tergerak untuk berperan aktif dalam menyeimbangkan karbon," ujar Arfan.
4. Pemerintah juta komitmen transisi energi menuju emisi nol
Indonesia merupakan pemilik 23 persen atau hampir empat juta hektar dari luas total lahan bakau dunia, dan sebagai negara dengan ekosistem bakau terluas di dunia, pemerintah menaruh perhatian serius terhadap ekosistem tanaman bakau.
Pemerintah juga sudah berkomitmen untuk melakukan transisi energi menuju emisi nol karbon ditegaskan dalam Konferensi Perubahan Iklim (COP 26) yang tertuang dalam Intended Nationally Determined Contribution (INDC).
Baca Juga: Urip Dioyak-Oyak Banyu, Kisah Warga Pesisir Demak di Tengah Krisis Lingkungan