Senyum Ceria Ijal, Bocah Tanpa Kewarganegaraan yang Bisa Sekolah di Semarang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Tmes - Tawa riang anak-anak terdengar riuh saat keluar dari SD Negeri Krapyak, Semarang jam 10.00 WIB pagi. Sama seperti sekolahan lainnya, SD Negeri Krapyak juga sedang menggelar kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi para siswa baru.
Terletak di kawasan Hanoman, Kecamatan Semarang Barat, sekolah tersebut sejak lama menjadi tempat favorit bagi orangtua untuk menyekolahkan anaknya. Di antara banyaknya siswa baru yang mengikuti masa pengenalan sekolah, terselip seorang bocah laki-laki yang tampak sumringah. Dia adalah Faisal Rizki Slamet.
Ketika dijemput petugas Rudenim di sekolahnya, bocah tersebut tampak bahagia. Rona mukanya ceria. Tak ada lagi kegalauan dalam batinnya karena akhirnya bisa mengenyam pendidikan layaknya anak-anak sebayanya.
"Pulang dulu ya," kata Faisal yang akrab disapa Ijal tersebut, sembari melambaikan tangan kepada seorang temannya.
1. Ijal tidak punya kewarganegaraan
Sekilas memang tak ada yang berbeda dari sosok Faisal yang akrab disapa Ijal. Namun, sejatinya Ijal menjadi anak yang beruntung karena bisa bersekolah di SD Krapyak dengan segala keterbatasan.
Menurut informasi dari Rudenim Semarang, Ijal merupakan bocah yang berstatus tanpa kewarganegaraan atau biasa disebut Steteless.
Retno Mumpuni, Kepala Rudenim Semarang mengakui harus butuh usaha yang maksimal untuk membantu menyekolahkan Ijal ke SD Krapyak.
"Sebagai seorang yang tidak punya status kewarganegaraan sebenarnya sangat mustahil bagi anak seperti Ijal untuk bersekolah. Tapi kami upayakan semaksimal mungkin supaya dia tetap mendapatkan haknya di bidang pendidikan. Akhirnya atas bantuan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Semarang, Heru Sukendar dan dukungan penuh dari Bu Tia Hendi, Ijal lalu didaftarkan ke SD Krapyak dan hari ini mulai sekolah," kata Retno ketika berbincang dengan IDN Times, Selasa (12/7/2022).
Baca Juga: 3 WNA di Semarang Dideportasi ke Negara Asal usai Bebas dari Penjara
2. Istri Wali Kota Semarang bantu sekolahkan Ijal
Tia Hendi yang dimaksud Retno adalah Krisseptiana yang notabene istri Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.
Retno bersyukur, Tia mau mengulurkan tangannya untuk membantu Ijal medapatkan sekolah formal. Pendidikan menjadi hal dasar bagi setiap anak. Maka, Retno ikut bahagia ketika Ijal diterima di SD Krapyak yang jaraknya hanya 100 meter dari tempat penampungan Rudenim di Jalan Hanoman.
"Emang saya awalnya menyampaikan ke Bu Tia kalau pakaian, obat, buku dan sebagainya kita ada biayanya. Tapi untuk dana pendidikan kita gak ada. Jadinya ini rejekinya Ijal bisa sekolah di SDN Krapyak. Apalagi jarak sekolahnya cuman 100 meter. Gak terlalu jauh dari Rudenim sehingga relatif aman. Kita setiap hari menugaskan seorang pegawai untuk antar jemput dia," terangnya.
3. Ijal anak dari warga Taiwan
Editor’s picks
Retno berkata, Ijal adalah anak dari Che Che, seorang perempuan berstatus warga Taiwan yang kini ditampung sementara di Rudenim Semarang. Praktis, Ijal dan ibunya yang tinggal di penampungan Rudenim kebutuhan hidupnya ditanggung oleh pihak Rudenim.
Keberadaan Ijal dan ibunya di Rudenim pun terbilang unik. Che Che semula seorang warga negara Indonesia (WNI) yang menikah dengan warga Taiwan di Medan. Karena ikut suaminya, maka Che Che pindah kewarganegaraan menjadi warga Taiwan.
Setelah menikah, keduanya menetap di Taiwan. Akan tetapi sang suami kemudian meninggal dunia ketika Che Che beberapa bulan melahirkan.
Masalah muncul saat Che Che memutuskan pulang ke kampung halamannya di Kota Tegal. Che Che masih berstatus warga Taiwan. Sedangkan Ijal yang masih balita tidak memiliki akte kelahiran sama sekali.
4. Ijal dan ibunya sempat ditahan di Imigrasi Pemalang
Retno mengatakan, dengan kasus yang membelit Che Che membuatnya hidup tanpa kejelasan di Tegal. Petugas imigrasi yang mendapat laporan jika masa tinggal Che Che sudah overstay lalu menahannya di kantor Imigrasi Pemalang.
"Sejak 2006 Che Che dan Ijal ditahan di Imigrasi Pemalang. Lalu setelahnya keduanya dilimpahkan ke Rudenim Semarang dan sampai sekarang tinggal di sini," terangnya.
5. Ijal satu-satunya bocah tanpa kewarganegaraan di Indonesia
Retno menyebutkan, kasus tersebut adalah yang unik di Indonesia. Sebab, status tanpa kewarganegaraan yang dialami Ijal baru pertama kali terjadi.
"Apa yang dialami Ijal ini unik sekali. Hanya kami yang satu-satunya memiliki detensi cilik tanpa kewarganegaraan. Karena kasusnya jarang sekali terjadi. Tapi selama di Rudenim, Ijal dan ibunya kita cukupi semua kebutuhannya. Termasuk kebutuhan bahan makanan, biaya sabun, sampo, pakaian, susu sampai ada juga dokter dan psikolog buat mereka," terangnya.
Baca Juga: Banyak Industri Baru, Imigrasi Jateng Perketat Pengawasan Pekerja Asing
6. Ada 12 deteni yang ditampung di Semarang
Total kini ada 12 deteni--orang asing penghuni rumah detensi imigrasi atau ruang detensi imigrasi yang telah mendapatkan keputusan pendetensian dari pejabat imigrasi--yang ditampung oleh Rudenim Semarang. Ia berharap Ijal bisa memiliki masa depan yang cerah dengan mengenyam pendidikan yang layak.
"Minimal kita sudah berusaha berikan pendidikan dasar buat Ijal. Untuk ke depannya kita akan lihat lagi seperti apa statusnya. Mudah-mudahan ibunya bisa balik jadi WNI sehingga Ijal bisa dapat pengakuan status warga negara Indonesia. Karena anak-anak harus bisa mendapat pendidikan sampai jenjang yang tinggi," kata Retno.
Baca Juga: Saat Lebaran, 8 WNA di Penampungan Semarang Bakal Dijaga Ketat Petugas