Tutupan Awan Minim, Jateng Dilanda Suhu Udara Bediding

Kamu merasakan dingin gak seperti biasanya?

Intinya Sih...

  • Udara dingin melanda Jawa Tengah, terutama di malam dan pagi hari.
  • Fenomena bediding terjadi di awal musim kemarau, disebabkan oleh sedikitnya tutupan awan.
  • Wilayah Jawa Tengah akan memasuki puncak musim kemarau pada Agustus-September 2024.

Semarang, IDN Times - Hembusan udara yang terasa dingin dialami hampir seluruh wilayah Jawa Tengah. Tidak cuma malam hari saja, saat pagi, siang dan sore warga juga merasakan udara dingin saat beraktivitas di luar ruangan. 

Seperti yang dirasakan Kusno, seorang warga Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. Ia mengaku belakangan ini udara yang terasa dingin memang agak berbeda dari biasanya. Dinginnya udara di luar ruangan bahkan membuatnya sering gemetar saat naik sepeda motor. 

"Saya dari Jepara ke Semarang yang biasanya siang panas menyengat, sekarang ini agak terasa dingin, Mas. Kalau di jalan atis banget (red: dingin sekali)," kata Kusno kepada IDN Times, Senin (15/7/2024). 

Baca Juga: Kapolda Jateng jadi Bacagub, Potensi Langgar Kode Etik Kepolisian

1. Warga Barutikung harus pakai selimut saat malam hari

Tutupan Awan Minim, Jateng Dilanda Suhu Udara BedidingIlustrasi seseorang ketakutan di dalam selimut (pexels.com/@karolina-grabowska)

Di wilayah Kampung Barutikung Semarang, Utara yang berdekatan dengan pesisir pantai, Cahyo juga merasakan kondisi serupa. 

Kalau biasanya di dalam rumah ia kerap memakai kipas angin berjam-jam saat siang maupun malam, tetapi akhir-akhir ini Cahyo justru memilih memakai selimut. Terutama saat malam hari yang ia rasakan hawanya lebih dingin. 

"Di Barutikung juga gitu kok. Kata orang-orang biasanya siang pagi sore malam agak dingin karena kembang turi dan kembang pelem (mangga) rontok. Jadi itu emang ada pengaruhnya," kata Cahyo. 

2. Udara terasa lebih dingin saat pagi dan malam

Tutupan Awan Minim, Jateng Dilanda Suhu Udara BedidingImbas suhu udara dingin muncul fenomena embun es di puncak Gunung Lawu. IDN Times/ Istimewa.

Maryanti, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kecamatan Serengan Solo juga merasakan udara sangat dingin saat malam dan pagi hari.

"Saya itu kalau ke pasar akhir-akhir ini kerosone ndredek (red: terasa menggigil) banget. Atis banget hawane. Ndak kayak biasane mbuh kui mergone opo (tidak seperti biasanya, tidak tahu karena apa), Mas," ujar Maryanti.

3. Suhu dingin belakangan kerap disebut bediding

Tutupan Awan Minim, Jateng Dilanda Suhu Udara Bedidingcnbcindonesia.com

Sementara itu, berdasarkan penuturan Stasiun BMKG Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, udara dingin yang melanda mayoritas wilayah Jawa Tengah disebut fenomena Bediding. 

Bediding merupakan fenomena alam yang terjadi di awal musim kemarau, di mana suhu udara terasa lebih dingin dibandingkan biasanya. 

Fenomena bediding ditandai dengan suhu udara yang turun drastis pada malam hingga dini hari. Menurut Kepala Stasiun BMKG Ahmad Yani Semarang, Yoga Sambodo, udara bediding jamak terjadi ketika puncak musim kemarau. 

"Saat ini cuaca Indonesia terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari, termasuk di Jawa Tengah. Hal ini karena Indonesia saat ini sedang berada pada musim kemarau dan adanya fenomena bediding. Fenomena ini sebenarnya adalah hal yang alamiah terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni di bulan Juli sampai dengan September," ungkap Yoga dalam keterangan yang didapat IDN Times

4. Tutupan awan di langit sangat sedikit

Tutupan Awan Minim, Jateng Dilanda Suhu Udara BedidingIDN Times/Yogi Pasha

Yoga bilang secara analisa meteorologi, udara yang bediding disebabkan tutupan awan sangat sedikit. Sehingga tidak heran jika pada siang hari matahari akan terasa sangat terik diiringi dengan peningkatan suhu udara. 

Ini, katanya karena tidak ada objek di langit yang menghalau sinar matahari. "Sehingga penyinaran matahari yang notabene merupakan gelombang pendek menjadi maksimum pada siang hari," tuturnya. 

Sama halnya dengan siang hari, radiasi yang dipancarkan balik oleh permukaan bumi pada malam hari juga optimum karena langit bebas dari tutupan awan.

Pancaran radiasi gelombang panjang dari bumi ini diiringi dengan penurunan suhu yang signifikan pada malam hari. Dan mencapai puncaknya pada saat sebelum matahari terbit (waktu dimana suhu minimum umumnya tercapai). 

Oleh karena itu udara di dekat permukaan bumi terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari. "Sebagian besar wilayah telah mulai memasuki musim kemarau sejak Maret," bebernya. 

5. Mayoritas wilayah Jateng masuk kemarau

Tutupan Awan Minim, Jateng Dilanda Suhu Udara BedidingIlustrasi musim kemarau. https://images.app.goo.gl/6k4X6pF8YhAEoJDT9

Selain itu, sedari Maret hingga sekarang, sudah ada 50 ZOM atau 92,6 persen wilayah yang sudah masuk musim kemarau, dan sebanyak 4 ZOM atau 7,4 persen yang belum masuk musim kemarau. 

Diprakirakan untuk wilayah Jawa Tengah secara umum akan memasuki puncak musim kemarau pada Agustus--September 2024.

"Masyarakat sebaiknya beradaptasi dengan perubahan cuaca yang terjadi. Seperti mengenakan pakaian yang disesuaikan dengan kondisi setempat misalnya dengan jaket tebal, kaus tangan dan kaki, dan selimut jika mengalami kondisi cuaca dingin pada malam hingga dini hari," kata Yoga. 

Baca Juga: Lhadalah! Gak Hujan 60 Hari, 2 Kabupaten di Jateng Siaga Kekeringan

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya