Mengenal Jejak Manusia Kalang di Blora, Situs Kubur Lahan Penjarahan

Penghuni asli pegunungan Kendeng yang dicap titisan anjing

Blora, IDN Times - Pegunungan Kendeng menyimpan jejak peradaban kuno manusia kalang, yang diperkirakan sudah ada sejak 2500 tahun lalu. Siapa itu manusia kalang atau wong kalang yang tersebar di pegunungan yang membentang dari Kabupaten Kudus, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Ngawi hingga Kabupaten Lamongan itu?

1. Manusia kalang ada sejak 2500 tahun lalu

Mengenal Jejak Manusia Kalang di Blora, Situs Kubur Lahan PenjarahanKubur batu manusia kalang di Blora. (IDN Times/Febrian Chandra)

Manusia kalang merupakan manusia yang sudah mengenal peradaban dan kebudayaan yang hidup menyebar di 5 kabupaten tersebut. Jejak peninggalan manusia kalang yang ada sampai saat ini adalah situs kubur batu. Salah satunya berada di Desa Bleboh, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora.

Situs tersebut masih terawat dan terjaga sampai saat ini. Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Blora, Kunto Aji mengatakan, menurut Prof Hary Widiyanto dari Balai Arkeologi menyebutkan bahwa kubur kalang yang ada di sepanjang perbatasan Bojonegoro--Blora menunjukkan bahwa kubur batu yang ada berasal dari kisaran abad 14--15 Masehi.

"Menurut penelitian dari Prof Hary, budaya penguburan manusia kalang atau wong kalang merupakan budaya asli yang sudah ada sejak 2500 tahun yang lalu," kata Kepala Dinporabudpar Blora, Kunto Aji kepada IDN Times, Senin (13/6/2022).

2. Kubur batu manusia kalang banyak ada di blora

Mengenal Jejak Manusia Kalang di Blora, Situs Kubur Lahan PenjarahanKubur batu manusia kalang di Blora. (IDN Times/Febrian Chandra)

Kunto menjelaskan, manusia kalang merupakan subsuku di Jawa yang tinggal di kawasan hutan. Mereka hidup menyebar di sepanjang pegunungan Kendeng.

Dinporabudpar Blora melansir, data yang tersedia dari zaman Hindu--Buddha abad ke 8--15, manusia kalang telah hidup mengasingkan diri di hutan rimba tanah Jawa yang saat itu masih luas dan jarang dijelajahi manusia. 

"Jejak manusia kalang dapat dijumpai di Blora. Banyak tinggalan arkeologi berwujud kubur batu beserta bekal kuburnya yang ditemukan di Blora. Temuan kubur batu ini tersebar di wilayah Kabupaten Blora. Salah satunya yang masih terjaga dan terawat oleh komunitas pelestari FPSBB (Forum peduli sejarah budaya Blora) berada di Desa Bleboh, Kecamatan Jiken," ujarnya. 

Kunto mengatakan, kubur manusia kalang ditandai dengan batu besar di atasnya. Di dalamnya biasanya juga terdapat benda berharga saat hidup yang ikut dikubur atau yang disebut sebagai bekal kubur. 

"Kubur-kubur itu memiliki budaya berbeda. Kuburannya membujur dari Timur ke Barat dan tersusun dari batu," ungkapnya. 

3. Jasad manusia kalang ditutupi logam

Mengenal Jejak Manusia Kalang di Blora, Situs Kubur Lahan PenjarahanBekal kubur manusia kalang di Blora. (IDN Times/Febrian Chandra)

Budaya manusia Kalang dalam mengubur mayat mengenal konsep nutupi babahan hawa sanga (menutup sembilan lubang tubuh) dengan benda-benda logam sesuai strata masing-masig. Orang kalang juga menganut sistem strata sosial. Hal itu yang membuat mereka dikatakan sudah beradab dan berkebudayaan.

"Beberapa bukti bekal kubur banyak ditemukan di kubur batu yang ada di Blora. Jika yang meninggal dari strata sosialnya tinggi, di kuburannya dibekali sawur atau butiran emas bahkan logam emas murni beserta perhiasan dari emas. Di strata sosial tengah dibekali benda-benda logam perunggu. Jika di strata sosial bawah biasanya dibekali alat-alat pertanian," jelasnya. 

Berbagai bekal kubur temuan komunitas telah dilaporkan dan saat ini disimpan di rumah artefak Blora, rintisan museum milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora. 

Baca Juga: Meski Tandus, Blora Berpotensi Kembangkan Wisata Sapi Perah dan Durian

4. Benda bekal kubur manusia kalang ada yang dari emas

Mengenal Jejak Manusia Kalang di Blora, Situs Kubur Lahan PenjarahanKudi sejenis alat pertanian manusia kalang di Blora. (IDN Times/Febrian Chandra)

Pengelola rumah artefak, Lukman Wijayanto menyebutkan, benda-benda bekal kubur yang disimpan itu berupa Kudi (parang yang bagian pangkalnya berbentuk seperti perut buncit) dan berbagai alat pertanian dan senjata logam yang bentuknya sudah tidak ada saat ini.

Benda kubur lainnya adalah perhiasan manik-manik batu, Kimo (perhiasan dari tulang dan kerang), cincin, giwang, perunggu, gelang perunggu, alat mencari ikan, berbagai model kapak alat pertukangan, batu peniten (penanda), dan berbagai peralatan gerabah rumah tangga. 

"Manusia kalang sudah maju dalam pertanian dan pertukangan, dengan salah satu bukti ditemukan bekal kubur berupa Kudi dan berbagai bentuk kapak serta alat pertukangan kayu dari logam besi," ucapnya.

Lukman menjelaskan, benda-benda bekal kubur itu juga ada yang terbuat dari emas. Namun, bekal kubur yang terbuat dari emas tidak ada yang tersimpan di rumah artefak. 

"Karena itu terbuat dari emas dan mempunyai nilai, yang memungkinkan masyarakat yang menemukan bekal kubur enggan menyerah kan ke pemerintah," terangnya. 

5. Ancaman penjarahan bekal kubur

Mengenal Jejak Manusia Kalang di Blora, Situs Kubur Lahan PenjarahanManik manik peninggalan manusia kalang yang tersimpan di rumah artefak di Blora. (IDN Times/Febrian Chandra)

Namun sangat disayangkan, beberapa tinggalan bekal kubur manusia kalang yang masih banyak tersebar di Kabupaten Blora kini menjadi buruan para penjarah benda Cagar Budaya. Salah satunya terjadi di kawasan hutan di Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora pada 7 Juli 2022.

Dari catatan IDN Times, saat itu 18 orang ditangkap polisi karena menggali makam kuno manusia kalang yang terdapat di kawasan hutan milik PT Perhutani, tepatnya di kawasan Nglawungan, Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan, Blora.

Polisi ikut membawa 12 alat metal detector yang digunakan para pelaku, beserta benda-benda bekal kubur yang diambil. Seperti peralatan pertanian dan senjata dari logam, perhiasan dari perunggu, serta manik-manik.

Mereka berburu bekal kubur manusia kalang dengan menggunakan metal detector untuk mendapatkan emas dan logam berharga. Beruntung, beberapa aksi penjarah emas itu berhasil digagalkan oleh warga setempat dan polisi.

"Saat itu puluhan orang tersebut berhasil diamankan dan diberi pengertian tentang benda-benda bekal kubur manusia kalang itu dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya," kata Kabid Kebudayaan Dinporabudpar Blora, Budi Riyanto. 

6. Situs kubur batu manusia kalang belum Cagar Budaya

Mengenal Jejak Manusia Kalang di Blora, Situs Kubur Lahan PenjarahanSitus kubur batu di desa Bleboh, Kecamatan Jiken Kabupaten Blora. (IDN Times/Febrian Chandra)

Tidak hanya rawan penjarahan. Rupanya, situs kubur manusia kalang hingga kini juga belum ditetapkan sebagai Cagar Budaya.

Kepala Desa Bleboh, Leles Budiyono mengatakan, pihaknya sudah mengirimkan surat permohonan penetapan situs kubur manusia kalang yang ada di desanya sebagai Cagar Budaya. Tapi, surat tersebut tidak mendapatkan balasan sampai saat ini.

"Saya sudah kirim permohonan untuk penetapan Cagar Budaya. Sebab, di desa banyak kubur batu kalang yang ditemukan. Situs-situs tersebut kini dirawat baik oleh masyarakat pelestari dan pemuda-pemuda di desa kami," katanya.

Hal senada disampaikan Pamong Budaya Muda Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Bagus.

"Dari kami itu hanya mengindentifikasi bahwa itu adalah objek diduga Cagar Budaya. Kemudian kita daftarkan, kemudian kita serahkan kepada Bupati untuk dikaji lebih lanjut," ujarnya.

Bagus menjelaskan, tahapan proses penetapan untuk menjadi situs Cagar Budaya yang pertama adalah proses pendaftaran kemudian verifikasi. Lalu, kajian oleh tim dan selanjutnya ditetapkan oleh kepala daerah setempat. 

Menanggapai hal itu, Kunto Aji mengeklaim, pihaknya saat ini baru mengkaji situs manusia kalang untuk ditetapkan sebagai Cagar Budaya.

"Hasil kajian dari tim TACB (Tim Ahli Cagar Budaya) masih kita usulkan untuk ditetapkan," ucapnya.

7. Anggapan manusia kalang adalah titisan anjing

Mengenal Jejak Manusia Kalang di Blora, Situs Kubur Lahan PenjarahanPeninggalan manusia kalang yang tersimpan di rumah artefak di Blora. (IDN Times/Febrian Chandra)

Manusia kalang yang hidup di eranya adalah manusia biasa yang memiliki budaya tinggi dan mengenal peradaban. Banyak cerita di kalangan warga setempat yang beredar bahwa manusia kalang merupakan manusia yang menyerupai kera dan berekor. Bahkan, ada yang menganggap manusia kalang adalah manusia keturunan atau titisan anjing. 

Lukman menyangkalnya karena cerita itu menyesatkan.

"Sama sekali tidak di dukung oleh data dan bukti yang kongkrit. Sebab bukti-bukti temuan yang ada dan riset para ahli, sudah menjelaskan bahwa manusia kalang adalah manusia biasa yang berbudaya cukup tinggi. " kata Pengelola rumah artefak Blora, Lukman Wijayanto. 

Ia menambahkan, beberapa temuan yang tersimpan di rumah artefak seperti Kudi yang terbuat dari besi menandakan bahwa manusia kalang adalah manusia yang mempunyai budaya dan peradaban yang tinggi saat itu.

Baca Juga: Kisah Mistis di Blora, Legenda Pernikahan Pojokwatu dan Ngoda  

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya