2 Putri Raja Solo Terkunci 3 Hari, Ketemu Alit saat Ritual Malam Jumat

Surakarta, IDN Times - Dua putri Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Gusti Kanjeng Rratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah (Gusti Moeng) yang juga putri Paku Buwono (PB) XII dan GKR Timoer Rumbai, putri PB XIII -raja saat ini- akhirnya bisa keluar setelah terkunci di Dalem Keputren, sejak Kamis (11/2/2021).
Saat berada di dalam keraton, Gusti Moeng mengatakan sempat bertemu dengan kakaknya, GKR Alit, Pengageng Parentah Kaputren Kraton Solo yang saat itu sedang berada di Keputren.
1. Dua anak raja gagal bertemu Ketua BPK RI, Agung Firman Sampurna
Sebelum konflik keraton mencuat, baik Gusti Moeng maupun GKR Timoer tidak diperbolehkan masuk keraton. Terhitung sudah lima tahun mereka tidak mendapatkan akses masuk ke keraton.
Sesaat sebelum kejadian, Gusti Moeng mengaku masuk ke keraton melalui pintu utama di Kori Kamandungan bersamaan saat adanya kunjungan dari Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Agung Firman Sampurna yang menaiki mobil RI 10 pada Kamis (11/2/2021).
Gusti Moeng, spontan ingin menyusul dan menemui Agung Firman karena urusan BPK Semarang soal Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dana hibah kepada Keraton Solo dari pemerintah tahun 2018. Dana tersebut biasanya untuk renovasi maupun penyelenggaraan acara budaya di keraton.
Gusti Moeng menduga para tamu termasuk pejabat BPK tersebut menerima serat kekancingan -surat keputusan tentang pemberian hak atas tanah dari Kasultanan atau Kadipaten kepada masyarakat/institusi yang diberikan dalam jangka waktu tertentu dan dapat diperpanjang/diperbarui.
“Saya hanya akan mengingatkan, sebenarnya tidak boleh, kalaupun ada harus seizin presiden. Apa pun keraton ini masih dianggap ada konflik, pejabat mestinya tidak menerima,” tandasnya.
Namun, sesampainya di dalam keraton, ia bersama GKR Timoer dan tiga abdi dalem lainnya tidak bisa bertemu para pejabat BPK karena tidak bisa mengakses pintu masuk. Tanpa disadari, mereka berjalan ke kantor mendiang ayahnya PB XII yang justru tidak ditutup dan kemudian masuk ke Keputren.
Baca Juga: Dua Putri Raja Terkurung di Keraton Solo, Bertahan Makan Daun Singkong
2. Sempat bertemu kakaknya GKR Alit ketika ritual malam Jumat
Ketika di Keputren, Gusti Moeng bertemu dengan GKR Alit, bersama beberapa kerabat lainnya. Mereka sedang melakukan ritual malam Jumat.
Editor’s picks
Gusti Moeng mengatakan sempat memgajak bicara GKR Alit soal konflik keraton. Namun mereka tidak memberikan respon.
Selang beberapa saat, kakak dan para kerabatnya pergi, pintu Keputren pun terkunci dari luar. Ia menduga ada oknum yang sengaja mengunci dirinya dari luar.
“Saya telepon-teleponan dengan Kanjeng Wiro (KPA Eddy Wirabumi, suaminya) bilang yo wis ra iso metu (red: sudah nggak bisa keluar). Jadi jangan ngomong kalau kita mengurung diri, jadi benar-benar dikunci dari luar," tegas Gusti Moeng.
3. Saat terkunci selalu diawasi orang tidak dikenal
Gusti Moeng mengatakan selama 3 hari 2 malam terkunci di Keputren, ia bersama empat orang lainnya selalu dikawal dan diawasi sejumlah orang yang mengenakan kemeja batik. Ia bersama GKR Timoer bahkan mendokumentasikan beberapa bangunan yang rusak dan tak terawat di dalam keraton.
Ia mengaku mereasa prihatin dan terenyuh saat melihat kondisi keraton terutama di Keputren pasca-ia tinggalkan.
“Sangat terenyuh saya melihat Keputren, tempat tinggal kita dari saya lahir sampai umur 34 tahun saya nikah harus meninggalkan Keputren, seperti jaratan (kuburan). Rasanya miris lihat itu. Bangunan-bangunannya sudah betul-betul memprihatikan,” ujarnya.
4. Tak tahu-menahu oknum yang mengunci pintu
Sementara itu, GKR Timoer mengaku tidak tahu-menahu siapa yang mengunci dan membukakan kembali pintu Dalem Keputren.
“Yang bukain pintu ya beberapa orang yang pakai baju batik itu. Setelah dibuka langsung disuruh keluar,” katanya.
Timoer menambahkan, di Dalem Keputren kondisi kesehatan dirinya dan lainnya dalam keadaan baik. Meskipun kekurangan bahan makan dan istirahat. Sedangkan untuk tidur dan istirahat di Pendopo Keraton Kulon (Barat).
“Kita tidur beralaskan tikar dan gelap-gelapan juga. Saya ingin keraton kembali dibuka supaya kita bisa bekerja. Supaya kita itu tidak mati, bisa regenerasi, supaya bisa menjalankan upacara adat sesuai tatanannya,” pungkasnya.
Baca Juga: 2 Putri Raja Solo Keluar Keraton Surakarta Disambut Isak Tangis