Dulu Dinding Bambu, Asal Muasal Rumah Bertingkat Masuk Keluarga Miskin

Klaten, IDN Times - Stiker bertuliskan 'Keluarga Miskin' yang terpasang di rumah berlantai dua di Dukuh Telukan, Desa Wanglu, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah milik Marino (36) dan Erna Marsriyatun (36) akhirnya dilepas.
Pemilik rumah memutuskan untuk mengundurkan diri dari kepesertaan bantuan sosial, pasca berita tentang rumahnya viral di media sosial.
1. Putuskan untuk mengundurkan diri

Sekretaris Desa (Sekdes) Wanglu, Daroni (51) mengatakan jika pemilik rumah Erna Marsriyatun telah mengundurkan diri dari penerima bantuan pangan non tunai (BNPT) dari pemerintah pada Sabtu (21/12) lalu.
Pengunduran diri tersebut disaksikan langsung oleh petugas dari perangkat desa, Dinas Sosial (Dinsos), Kepolisian, TNI, dan pendamping PKH.
Dengan adanya pernyataan penguduran diri tersebut petugas setempat langsung melepas stiker bertuliskan 'Keluarga Miskin' di rumah Erna.
"Awalnya pengen ditempeli (stiker bertuliskan 'Keluarga Miskin'.red), terus jadi seperti itu di berita kemudian mengundurkan diri," ujar Daroni saat ditemui di Balai Desa Wanglu, Senin (23/12).
Sebelumnya pemasangan stiker keluarga miskin tersebut dipasang di rumah Erna pada Selasa (17/12) lalu, pemilik rumah mengaku tidak keberatan jika rumahnya dipasang stiker bertuliskan 'Keluarga Miskin'.
2. Terdaftar sebagai penerima bantuan sejak 2011

Lebih lanjut Daroni mengatakan jika keluarga Marino dan Erna telah terdaftar sebagai penerima bantuan sosial sejak tahun 2011. Keduanya ikut terdaftar sebagai keluarga miskin oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Daroni mengungkapkan dahulu kondisi rumah Maroni dan Erna tidak sebagus sekarang ini, dan masih berdinding bambu. Pekerjaan Maroni dan Erna sendiri adalah buruh srabutan dan bertani. Menurutnya, keluarga Maroni dan Erna mengalami peningkatan ekonomi sehingga bisa membangun rumah sendiri.
"Bangunan rumah itu belum ada setahun, jadi rumah itu termasuk bangunan baru, dulu gak seperti itu," jelasnya.
Penerima bantuan sosial BPNT di Desa Wanglu sendiri tercatat ada 300 warga, sebagian besar warga penerima bansos berprofesi sebagai buruh dan petani.
3. Bangun rumah dibantu adiknya yang bekerja sebagai TKI

Sementara itu, Koordinator PKH Klaten, Theo Markis mengatakan jika proses pembagunan rumah milik Marino dan Erna dibantu oleh adiknya yang bekerja sebagai TKI di Jepang.
"Adiknya membangun rumah di lokasi berbeda, dan ada sisa material dikasihkan kepada kakaknya Erna itu. Akhirnya digunakan untuk membangun rumah, dan rumah itu memang belum jadi," jelas Theo.
Theo menjelaskan sejak pelaksanaan proses pendataan BPNT di Klaten dimulai sejak Oktober 2018, dan rumah tersebut belum terbangun. Pihaknya juga sudah mendapat konfirmasi pengunduran diri pemilik rumah dua lantai sebagai peserta penerima BPNT dengan ditandai dengan berita acara mundur secara sukarela.