Melihat Pameran 1 Juta Buku dari Patjarmerah di Kota Solo

Solo jadi kota pertama festival literasi keliling Nusantara.

Surakarta, IDN Times - Pasar Buku dan Festival Kecil Literasi Keliling Nusantara, Patjarmerah mengawali pameran perdananya pada 2023 dari Kota Solo.

Kekayaan narasi dan sejarah panjang Surakarta yang menjadi dasar patjarmerah memilih Solo sebagai tempat pertama yang disinggahi. Gerbang Ndalem Djojokoesoeman di Gajahan, Pasar Kliwon, Solo menjadi arena pasar buku dan festival literasi ini.

Beragam jenis buku mulai dari fiksi hingga non fiksi dipamerkan, tak hanya itu pameran buku tersebut juga menyajikan banyak diskon.

Baca Juga: Besaran Tarif Parkir di Kota Solo, Lapor Gibran Kalau Ada yang Naikkan

1. Ada sebanyak 1 juta buku dipamerkan.

Melihat Pameran 1 Juta Buku dari Patjarmerah di Kota SoloPameran keliling Nusantara Patjarmerah di Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Ada sebanyak 1 juta buku dan 100 lebih pembicara pilihan yang mendukung gelaran patjarmerah Solo. Rangkaian festival literasi patjarmerah akan berlangsung pada 1-9 Juli 2023 mulai pukul 09.00 hingga 22.00 WIB.

Pendiri dan penggagas patjarmerah Windy Ariestanty menjelaskan sebelum pandemik pihaknya sempat berencana membuat patjarmerah di Solo.

“Awalnya kami memang akan mengadakan patjarmerah di Solo sekira April 2020. Solo adalah tempat yang sangat kental dengan budaya literasi. Sangat banyak merekam sejarah terkait jejak penulisan masa lampau. Karya-karya klasik lahir dari Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran," jelas Windy, Senin (3/7/2023).

"Solo dengan semua ciri khas dan kedenyutannya menjadi titik tepat untuk mengawali patjarmerah 2023. Dari titik yang menjadi arena pergerakan inilah, patjarmerah akan bergerak,” imbuhnya.

2. Sebagai denyut literasi dan identitas.

Melihat Pameran 1 Juta Buku dari Patjarmerah di Kota SoloPameran keliling Nusantara Patjarmerah di Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Lebih lanjut, Windy mengatakan jika 'Denyut Literasi dan Identitas Tempat Denyut' menjadi tema patjarmerah selama 2023.

“Kata ini menyimbolkan hidup dan upaya untuk terus hidup, termasuk di dunia literasi,” imbuhnya.

Windy menyebut literasi tidak hanya soal kegemaran membaca teks atau buku. Namun pengertian literasi semakin berkembang menyesuaikan zaman.

“Kita harus menggeser konsep membaca. Selama ini definisi membaca adalah teks (buku). Teknologi berkembang medium baca juga berkembang. Makna dari membaca sekarang adalah kemampuan menyimak. Bisa dalam bentuk teks, audio, visual hingga merespon tempat,” ujarnya.

Windy mengungkapkan memilih lokasi di Ndalem Djojokoesoeman Gajahan menjadi arena literasi karena sejarah panjangnya juga. Bangunan cagar budaya yang berdiri pada 1849 merupakan salah satu ndalem pangeran masih utuh di Solo. Bangunan ini dulunya menjadi kediaman raja pada masa Kasunanan Surakarta, khususnya keturunan Paku Buwono X dan Paku Buwono IX.

3. Meningkatkan minat baca.

Melihat Pameran 1 Juta Buku dari Patjarmerah di Kota SoloPameran keliling Nusantara Patjarmerah di Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Sementara itu, Kepala bidang Perpustakaan Arpusda Pemkot Solo, Adityo Setya Warman menyampaikan tingkat literasi di Solo masih cukup rendah.

"Tingkat literasi untuk Solo masih belum sesuai harapan. Dan ini penting karena 20 tahun ke depan kita bisa ketinggalan jauh di kancah globalisasi. Kalau tidak kita kejar dari sekarang untuk literasinya," pungkasnya.

Baca Juga: Patjarmerah Plat L, Festival Literasi Singgah di Surabaya

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya