Pakai Kebaya, 17 Himpunan Ratna Busana Gelar Lomba Tradisional

Jadi ajang sosialisasi kebaya menuju UNESCO.

Surakarta, IDN Times - Himpunan Ratna Busana Solo memperingati HUT ke 77 Republik Indonesia dengan menggelar lomba-lomba konten tradisional.

Bertempat di Ndalem Wuryoningratan Danar Hadi, Jumat (12/8/2022), anggota Himpunan Ratna Busana (HRB) Solo mengikuti berbagai macam lomba seperti lomba mengenakan kain jarik dan stagen, lomba wiru jarik, lomba menggulung stagen, tebak lagu dan lomba kelereng.

Baca Juga: Viral! Paspampres Pukul Sopir Truk di Solo, Gibran Ngaku Malu

1. Ada lomba mewiru batik.

Pakai Kebaya, 17 Himpunan Ratna Busana Gelar Lomba TradisionalHimpunan Ratna Busana Solo ikuti lomba kemerdekaan. (IDN Times/Larasati Rey)

Ketua HRB Solo, Danarsih Santosa mengatakan kegiatan HRB ini bertujuan untuk merayakan kemerdekaan dan bernostalgia dengan lomba-lomba yang terkenal pada masanya dulu. Menurutnya dari lomba-lomba ini, HRB ingin melestarikan budaya dan tidak melupakan apalagi meninggalkan budaya Jawa.

“Karena di Solo dan HRB berkaitan dengan kedaerahan jadi lombanya juga yang tradisional konten seperti mewiru jarik, memakai kain jarik, menggulung stagen,” kata Danarsih.

“Himpunan Ratna Busana akan selalu belajar. Misalnya mempelajari daerah dan budayanya. Kita pernah ke Yogya, Padang, Lombok untuk saling bertukar pengalaman dan menggali kebudayaan Indonesia,” tutur Danarsih.

2. Sosialisakan tentang kebaya.

Pakai Kebaya, 17 Himpunan Ratna Busana Gelar Lomba TradisionalHimpunan Ratna Busana Solo ikuti lomba kemerdekaan. (IDN Times/Larasati Rey)

Dikesempatan yang sama, Wakil Ketua HRB, Febri Hapsari Dipokusumo menambahkan meskipun sudah jarang melakukan aktivitas seperti yang dilombakan, ibu-ibu anggota HRB tetap bisa menyelesaikan tugas dengan baik.

Terutama untuk menjaga kelangsungan budaya ini, HRB mempunyai rencana untuk road show ke sekolah-sekolah untuk sharing pengetahuan pada generasi muda agar tidak kehilangan bagian kebudayaan yang berhubungan dengan kain tradisional dan uba rampe nya.

“Karena kepraktisan sudah menjadi gaya hidup jadi kalau pakai kain jarik ya yang sudah jadi (dijahit). Penggunaan stagen juga sudah lama ditinggalkan diganti dengan kamisol yang lebih praktis. Namun para ibu ini masih bisa menggulung stagen, wiru jarik dan memakai kain jarik yang bukan instan,” jelas Febri.

3. Jadi simbol dukungan kebaya menuju UNESCO.

Pakai Kebaya, 17 Himpunan Ratna Busana Gelar Lomba TradisionalParade Kebaya Nusantara di Keraton Kasunanan Surakarta. (IDN Times/Larasati Rey)

Febri menyebut HRB saat ini mempunyai 80 anggota dan tetap menjalankan komitmen untuk memakai wastra nusantara dalam setiap kegiatan organisasinya. Memakai kebaya tradisi yang akan terus dilakukan hingga saat ini. Hal ini sekaligus sebagai upaya untuk melestarikan serta mendapat pengakuan dari UNESCO.

"Dari kegiatan ini kita harap bisa terus melestarikan dan mengkampanyekan kebaya untuk dipakai sehari-hari," pungkasnya.

Baca Juga: Solo Keroncong Festival Wujud Pengembangan Kearifan Lokal di Solo

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya