Peringati Hari Tari, Keraton Solo Tampilkan 2 Tarian PB X

Merupakan tarian yang memiliki cerita berbeda.

Surakarta, IDN Times - Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat turut memeriahkan peringatan Hari Tari Sedunia yang jatuh pada tanggal 29 April.

Dua buah tarian ditampilkan dalam acara Solo 24 Jam Menari yang digelar Institut Seni Indonesia (ISI) Solo dalam rangka perayaan Hari Tari Dunia 2022, Jumat (29/4/2022) malam.

Baca Juga: 4 Fakta Tari Bedhaya Anglir Mendhung, Tarian Sakral Pura Mangkunegaran

1. Merupakan tarian peninggalan PB X

Peringati Hari Tari, Keraton Solo Tampilkan 2 Tarian PB XKetua LDA Keraton Kasunanan Surakarta, GKR Koes Moertiyah. (IDN Times/Larasati Rey)

Ketua LDA, GKR Wandansari yang lebih dikenal dengan Gusti Moeng mengatakan dalam rangka ikut serta memeriahkan Hari Tari, Keraton Solo menampilkan Tari Bedaya Endol-Endol dan Tari Wira Pratama. Kedua tari tersebut merupakan tari yasan atau peninggalan masa Pakubuwono (PB) X.

"Tarian sendiri merupakan tari penginggalan masa PB X, yang dulunya digunakan untuk tarian penyambutan tamu," ujar Gusti Moeng.

2. Tarian Bedaya Endol-Endol.

Peringati Hari Tari, Keraton Solo Tampilkan 2 Tarian PB XTari Bedaya Endol-Endol dari Keraton Kasuanan Surakarta. (IDN Times/Larasati Rey)

Tarian Bedaya Endol-Endol sendiri ditarikan oleh sembilan penari. Kesembilan penari tersebut mengenakan busana beludru warna merah, jarit, dan bersampur kuning.

"Bedaya Endol-Endol yang menjadi tarian gaya Solo pernah diajarkan dan dipentaskan di Kadipaten Pakualaman Yogyakarta oleh permaisuri di sana. Bedaya tersebut dipentaskan di Bangsal Pura Pakualaman sekitar 14 November 1987 silam," jelasnya.

Gusti Moeng mengatakan jika tarian Bedaya Endol-Endol ditarikan selama kurang lebih 45 menit. Dahulu tarian ini biasa untuk menyambut tamu yang berkunjung ke Keraton Kasunanan Surakarta.

3. Tarian Wira Pratama.

Peringati Hari Tari, Keraton Solo Tampilkan 2 Tarian PB XTari Wira Pratama dari Keraton Kasuanan Surakarta. (IDN Times/Larasati Rey)

Sedangkan untuk tarian kedua, yakni tarian Wira Pratama atau lebih dikenal dengan Wireng Pratama. Merupakan tarian yang juga digagas oleh PB X.

Tarian yang ditarikan oleh empat orang laki-laki tersebut diciptakan untuk menyikapi adanya Perjanjian Gayanti.

"Tarian tersebut merupakan gambaran dari Catur Sagatra. Empat trah Mataram, yaitu Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Pura Pakualaman, dan Pura Mangkunegaran," kata Gusti Moeng.

Adegan yang ditampilkan penari Wira Pratama pada ajang Solo 24 Jam Menari itu merupakan potret tokoh Gathutkaca, Antasena, Abimanyu, dan Irawan. Masing-masing tokoh memiliki karakteristik yang berbeda.

Baca Juga: Tamu Jumenengan Mangkunegoro X Terbatas, Ada Tari Pangeran Sambernyawa

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya