Permintaan Alkohol Turun Drastis, Perajin Pilih Menumpuknya di Gudang

Dibanding awal pandemik permintaan turun drastis

Semarang, IDN Times - Salah satu perajin di sentra industri alkohol, Sabariyo (78) mengaku ada penurunan permintaan alkohol pada sejak awal tahun 2021 lalu. Perajin asal Desa Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo tersebut memilih menyimpan produksi alkohol di gudang.

Baca Juga: 5 Fakta Nama Jalan Arya Saloka di Sukoharjo, Viral Diincar Pemulung

1. Sempat langka dan banyak dicari

Permintaan Alkohol Turun Drastis, Perajin Pilih Menumpuknya di GudangKadar alkohol hasil produkai perajin alkohol di Desa Bekonang. IDNTimes/Larasati Rey

Sabariyo mengaku awal pandemi COVID-19 menjadi moment keuntungannya dimana pada saat itu alkohol banyak dicari oleh masyarakat untuk kebutuhan hand sanitizer.

Berdasarkan harga dipasaran, pada saat itu harga alkohol sendiri bisa menyentuh harga Rp 100.000,- per liter. Harga yang cukup mahal, dimana alkohol biasanya dijual dengan harga Rp 35.000,- per liter.

Sabariyo mengatakan banyaknya permintaan dan minimnya produksi membuat alkohol menjadi barang langka dan banyak dicari oleh masyarakat, untuk itu tak heran jika alkohol dijual dengan mahal.

"Awal-awal pandemi itu bulan Maret, April, Mei itu lancar dan banyak dibutuhkan," ujarnya saat ditemui Jumat (5/3/21).

Saat pandemi ia bisa memprodukai alkohol maksimal 500 liter dalam satu bulan.

2. Tren mulai ada penurunan hingga 50 persen

Permintaan Alkohol Turun Drastis, Perajin Pilih Menumpuknya di GudangPerajin alkohol di Desa Bekonang, Sukoharjo. IDNTimes/Larasati Rey

Lebih lanjut, Sabariyo mengaku jika saat ini kebutuhan alkohol baik untuk kebutuhan medis dan kosmetik mengalami penurunan. Ia tidak mengetahui apa sebab penurunan permintaan alkohol di masyarakt.

Bahkan beberapa perajin alkohol di Desa Bekonang banyak yang tutup lantaran tidak bisa menutup ongkos produksi. "Kalau saat ini itu menurun, tidak tahu apa penyebabnya tapi permintaan menurun bahkan beberapa perajin banyam yang tutup. Penurunan sendiri hampri 50 persenan lebih, cukup besar," jelasnya.

Sabariyo sendiri, mengaku tidak bisa dengan sepihak menutup produksi alkoholnya. Ia memilih untuk tetap memproduksi dengan dibantu dua orang pegawainya. "Kalau saya ikutan tutup, saya memiliki tanggungan pegawai saya mau makan apa, jadi saya tetap produksi agar mereka juga bisa mencukupi kebutuhannya," terangnya.

3. Memilih menumpuk hasil produksi

Permintaan Alkohol Turun Drastis, Perajin Pilih Menumpuknya di GudangProses pembuatan alkohol di Desa Bekonang, Sukoharjo. IDNTimes/Larasati Rey

Lebih lanjut, Sabariyo memilih untuk menumpuk hasil produksi alkohol di dalam gudang. Sembari menunggu permintaan alkohol kembali normal kembali. Harga satu liter alkoholnya dibandrol Rp 35.000,- per liter.

"Saya memilih memunpuk saja, kalau dijual murah kita yang rugi, ditumpuk dulu sembari nunggu harga normal lagi. Ya ada ribuan (liter) ada," jelasnya.

Penjualan alkohol miliknya tak hanya dijual di dalam kota saja, melainkan juga dikirim ke beberapa kota di Indonesia seperi Jakarta, Pangandaran dan lainnya.

Sentra industri alkohol di Sukoharjo sendiri memiki 50 perajin alkohol. Setiap hari mereka memproduksi alkohol dengan kapasitas yang berbeda-dan. Sabariyo sendiri dalam satu bulan bisa menghasilkan alkohol sekitar 200-300 liter.

Baca Juga: Investasi Miras Batal, Perajin Alkohol di Sukoharjo Tetap Produksi

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya