Sejarah Bubur Samin Masjid Darussalam Solo, Antara Mitos dan Tradisi

Dipercaya memiliki khasiat lho

Surakarta, IDN Times - Bubur samin merupakan makanan khas dari Banjar, Kalimantan. Menyantap bubur samin saat buka puasa menjadi keunikan tersendiri bagi masyarakat Kota Solo di bulan Ramadan.

Kenapa tidak? bubur yang disajikan sebagai takjil di Masjid Darussalam ini selalu ramai diburu oleh warga, karena gratis.

Baca Juga: Dua Kali Ramadan Tanpa Tradisi Bubur Samin Masjid Darussalam Solo 

1. Sudah dilakukan sejak tahun 1985

Sejarah Bubur Samin Masjid Darussalam Solo, Antara Mitos dan TradisiPembagian bubur samin di Masjid Darussalam, Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Kegiatan ini sudah berlangsung sejak tahun 1985 dan sempat vakum selama 2 tahun karena adanya pandemik. Baru Minggu, (3/4/2002) kemarin tradisi pembagian bubur samin ini kembali dilakukan .

Masjid Darussalam, Jayengan Solo menjadi satu-satunya masjid pembuat bubur samin di Kota Solo. Masjid tersebut saat ini juga menjadi salah satu destinasi wisata religi Ramadan di Kota Solo.

Masjid Darussalam sebagai tempat peradaban peribadatan, juga berdampingan dengan sebuah destinasi wisata yang merupakan kesatuan dari komplek di Darussalam, yaitu Jayengan Kampoeng Permata, atau disingkat JKP.

JKP merupakan tempat berkumpul dan bertransaksinya kegiatan jual beli permata, seperti berlian, intan, batu mulia, emas, dan permata atau perhiasan Iainnya.

2. Dipercaya menyembuhkan orang sakit.

Sejarah Bubur Samin Masjid Darussalam Solo, Antara Mitos dan TradisiBubur Samin di Masjid Darussalam. (IDN Times/Larasati Rey)

Salah satu Takmir Masjid Darussalam, Subandi mengatakan bubur samin bukan sekadar bubur biasa. Bubur Samin ternyata diyakini memiliki khasiat tertentu yang hingga kini dipercaya oleh masyarakat.

"Ada khasiat khusus, ini cerita tapi nyata. Ada yang sakit minta bubur sini waktu itu puasa lalu sembuh," kata Subadi.

Selain itu Subadi juga menceritakan tentang seorang ibu-ibu hamil yang nyidam bubur samin. Kemudian setelah dibawakan bubur samin, perut ibu tersebut langsung terasa enak dan tidak mual.

"Ibu hamil itukan orang Jakarta naik pesawat sampai di sini minta bubur. Katanya lihat dari televisi, dibawa pulang. Alhamdulillah katanya enak, perutnya enak, ga mual-mual. Ya Allahuallam, itu cuma mitos, tapi kenyataannya ada," jelasnya.

3. Jadi tradisi turun menurun.

Sejarah Bubur Samin Masjid Darussalam Solo, Antara Mitos dan TradisiAntrian bubur samin di Masjid Darussalam, Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Pembagian bubur samin menjadi tradisi turun temurun di Masjid Darussalam, Jayengan, Solo, Jawa Tengah, sejak 37 tahun lalu. Saat bulan Ramadan tiba, ada bagi-bagi bubur Samin untuk warga dan jamaah masjid saat menjelang buka puasa.

Tradisi itu sudah berlangsung dari tahun 1985 lalu tapi dua tahun terakhir dihentikan karena pandemik COVID-19. Tahun ini, tradisi bagi-bagi bubur Samin itu kembali dilakukan. Sejak Minggu (3/4/2022) kemarin panitia Masjid Darussalam mulai membagikan bubur Samin untuk berbuka puasa.

"Sebanyak 1.300 porsi bubur Samin dibagikan kepada masyarakat dan jamaah
Masjid Darussalam. Sebanyak 300 porsi untuk buka bersama di masjid dan 1.000 porsi dibagikan kepada warga masyarakat," jelas Ketua Panitia Wisata Religi Ramadan Masjid Darussalam Jayengan, Noor Cholish, Senin (4/4/2022).

Warga yang menginginkan bubur Samin, bisa datang dengan membawa wadah sendiri. Untuk menghindari terjadinya kerumunan, warga terlebih dahulu mengantrekan wadah.

"Nanti antre dulu, wadahnya diantrekan di meja yag disediakan panitia. Agar gak desak-desakan," katanya.

Untuk membuat bubur Samin Banjar itu, panitia menyediakan sebanyak 40 kilogram beras, ditambah bumbu-bumbu rempah dan sayur serta daging tetelan. Kemudian ada juga yang tak kalah penting yakni minyak samin yang menjadikan bubur beraroma sedap dan berciri khas Banjar. Untuk memasaknya membutuhkan waktu selama sekitar dua jam.

"Masaknya mulai habis Shalat Dhuhur hingga pukul 15.00 WIB. Karena bubur akan mulai dibagikan jam 16.00 WIB," ungkapnya.

4. Tak hanya dibagikan saat bulan Ramadan.

Sejarah Bubur Samin Masjid Darussalam Solo, Antara Mitos dan TradisiPembuatan bubur samin di Masjid Darussalam, Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Ternyata bubur samin tak hanya dibagikan selama bulan Ramadan saja. Padahal juga dilakukan saat bulan Muharram dan bulan Rajab atau Syakban.

"Di bulan Muharram dibagikan setiap peringatan malam 10 Muharram kalau bulan Syakban dibagikan saat peringatan Nisfu Syaban," jelasnya Nur Cholis.

Tradisi turun temurun itu, berawal dari kebiasaan pendatang dari Banjar, Kalimantan Selatan di Kota Solo, Jawa Tengah sekitar tahun 1.900-an. Para pendatang dari Banjar itu sebagian besar merupakan pedagang batu permata Martapura.

Mereka kemudian sering berkumpul di Kampung Jayengan untuk sekadar melepas rindu dengan sesama perantau. Salah satu kebiasaan mereka saat bulan Ramadan adalah membuat bubur Samin untuk berbuka puasa.

"Sebagian besar perantau kemudian menetap di Jayengan dan meneruskan tradisi itu hingga ke anak, cucu mereka," pungkasnya.

Baca Juga: Pemkot Solo Ubah Jam Kerja, Hingga Tiadakan Cuti Bersama

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya