Tolak Bala, Keraton Solo Kirab 4 Kerbau Kyai Slamet di Malam 1 Sura

Tradisi yang dipercaya sebagai penolak bala.

Surakarta, IDN Times - Keraton Kasunanan Surakarta mengkirab 4 kerbau keturunan Kyai Slamet pada saat peringatan malam 1 Sura, Jumat (29/07/2022). Keempat kerbau tersebut sebelumnya menjalani karantina usai terjangkit penyakit kuku mulut (PMK).

Sebelumnya Keraton Kasuananan Surakarta mengkarantina 5 ekor kerbau untuk dikirab, namun seiring dengan perjalanan waktu satu kerbau terpaksa gagal dikirab karena masih menjalani masa pemulihan pasca terjangkit PMK.

Baca Juga: Kebo Bule Apon Mati Kena PMK, Putri Keraton Solo: Ada Pertanda Alam

1. Kirab empat ekor kerbau.

Tolak Bala, Keraton Solo Kirab 4 Kerbau Kyai Slamet di Malam 1 SuraKirab malam 1 Sura Keraton Kasunanan Surakarta. (IDN Times/Larasati Rey)

Empat ekor kerbau Kyai Slamet atau yang biasa disebut Kebo Bule menjadi pembuka kirab pusaka malam 1 Sura Keraton Kasunanan Surakarta, kirab yang berlangsung pada pukul 23.00 WIB tersebut dihadiri oleh ribuan warga.

Kehadiran kebo bule ini sebagai yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Selain dianggap keramat kebo bule ini juga menjadi simbol kesalamatan untuk menyambut tahun baru yang akan datang. Kebo sendiri mengambil posisi sebagai cucuk lampah (pengawal) benda pusaka.

Pada masa awal Kerajaan Mataram, pusaka dan kebo bule yang sama-sama dinamai Kyai Slamet, dan hanya dikeluarkan dalam kondisi darurat, yakni saat wabah hingga bencana alam. Kehadiran pusaka dan kebo bule ini diharapkan memberi kekuatan dan keselamatan bagi masyarakat.

Dengan melakukan kirab tersebut, diyakini masyarakat akan diberikan keselamatan dan kekuatan. Bahkan tak jarang kotoran kerbau bule diperebutkan oleh masyakarat karena diyakini membawa berkah.

"Mahesa (kerbau) ini salah satu pusaka dari Keraton Kasuananan Surakarta Hadiningkrat, jadi kehadiran kerbau keturunan Kyai Slamet ini selalu ditunggu-tunggu, jumlah yang dikirab tidak pasti tidak ada pakemnya yang jelas kerbau dikirab dan menjadi cucuk lampah," ujar Pengangen Sasana Wilopo Keraton Kasunanan Surakarta, KGPH Dipokusumo, Sabtu (29/7/2022).

2. Makna kebo bule dalam tradisi kirab 1 Sura.

Tolak Bala, Keraton Solo Kirab 4 Kerbau Kyai Slamet di Malam 1 SuraKerbau Kyai Slamet dikarantina di Magangan. (Dok/Humas Pemkot Solo)

Gusti Dipo mengatakan jika kerbau Kyai Slamet pada zaman dulu tidak dikandangkan sepertinya, tetapi kerbau dilepas bebas di Keraton Kasunanan Surakarta, bahkan tak jarang kerbau sampai berjalan di luar daerah Kota Solo. Namun, kerbau tersebut selalu kembali ke keraton dengan sendirinya.

"Ada cerita menarik juga jadi pada saat itu dimana srati atau pawang kerbau ini selalu memiliki wangsit atau bermimpi keberadaan kerbau yang saat itu sedang keluar dari Keraton, jadi srati itu selalu dimimpikan keberadaan kerbau, contohnya srati mimpi kerbau ada di Nyawi nah itu kesana dan kerbaunya benar ada disana lalu digiring ke keraton kembali," jelasnya.

Asal-usul kebo bule sendiri berawal dari masa Pakubuwono II sekitar abad ke-18. Kebo bule ini merupakan pemberian dari Bupati Ponorogo, Kyai Hasan Besari Tegalsari, sebagai hadiah kepada kerajaan.

Momennya kala itu adalah Pakubuwono II berhasil merebut kembali Keraton Kartasura dari tangan pemberontak Pecinan, yang berlanjut dengan hijrahnya kerajaan dari Kartasura ke Sala pada 1745. Pemberian kerbau itu dimaksudkan sebagai pengawal tombak Kyai Slamet.

Kerbau dalam tradisi masyarakat Jawa dianggap lambang rakyat kecil, utamanya kaum petani. Selain itu, hewan ini juga simbol penolak bala karena dipercaya memiliki kepekaan dalam mengusir roh jahat atau menghilangkan niatan buruk.

3. Antusiasme warga yang tinggi.

Tolak Bala, Keraton Solo Kirab 4 Kerbau Kyai Slamet di Malam 1 SuraKirab malam 1 Sura Keraton Kasunanan Surakarta. (IDN Times/Larasati Rey)

Dua tahun vakum karena pandemi Covid-19, membuat antusiasme masyarakat untuk menyaksikan tradisi kirab kebo bule tersebut sangat tinggi. Warga-warga bahkan banyak yang melihat disepanjang rute perjalanan kirab kebo bule.

Massa tidak hanya terkonsentrasi di Kori Kamandungan sebagai titik start kirab. Tapi juga Bundaran Gladak hingga halaman Balai Kota Surakarta, Alun-Alun Utara, Gemblegan, Nonongan, dan Jalan Slamet Riyadi. Mereka menyemut di lokasi tersebut. Setia menunggu kebo bule melintas.

Salah seorang warga, Endang (36) mengaku sangat menunggu-nunggu momen kirab kebo bule tersebut. Ia bahkan rela menunggu mulai dari pukul 21.00 WIB hingga kehadiran kerbau.

"Ini kan sudah dua tahun tidak lihat kerbau, kan juga malam 1 Sura juga, karna dari saya kecil selalu diajak orang tua liat kebo bule ini," katanya.

Kirab sendiri dimulai dari ritual abdi dan sentana dalem melakukan wilujengan yang dipimpin Paku Buwono (PB) XIII Hangabehi, sekitar pukul 21.00 hingga tengah malam. Tepat pukul 00.00, rombongan arak-arakan dengan sekitar 2.700 peserta bergerak dari halaman Kori Kamandungan. Tampak hadir Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka dalam acara kirab tersebut.

Baca Juga: Anak Nyai Juminten Gak Mau Menyusu, Kebo Bule Keraton Solo Mati Lagi

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya