4 Curhatan Guru Negeri dan Swasta di Tegal Selama Mengajar Online

Mulai dari butuh kuota sampai kangen mengajar di kelas

Tegal, IDN Times - Belajar dari rumah secara online selama pandemik virus corona (COVID-19) menjadi hal baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tak jarang, banyak guru, siswa, dan orang tua yang sedikit direpotkan dalam mempraktikkannya. Seperti curhatan beberapa guru negeri dan swasta di Kota Tegal berikut ini.

1. Butuh kuota dan kesabaran yang ekstra

4 Curhatan Guru Negeri dan Swasta di Tegal Selama Mengajar OnlineIDN Times/ Muchammad

Seorang guru Sekolah Dasar (SD) Negeri di Kota Tegal, Bintang Mayapada mengaku harus mengeluarkan biaya tambahan selama menjalankan program mengajar dari rumah. Meski biaya tersebut ditanggung oleh pihak sekolah, butuh kesabaran ekstra pula dalam menjalankannya.

Beragam kendala dialami Bintang. Seperti saat dirinya mengalami kesulitan ketika mengunduh video dari siswa yang ukuran file atau berkasnya sangat besar. Sebab, selama mengajar dari rumah, seluruh aktivitasnya menggunakan smartphone, baik mendistribusikan soal maupun materi, hingga pengumpulan tugas siswa.

“Kalau secara pribadi, dengan sistem seperti ini bagi saya tidak ada kendala. Hanya butuh kuota dan kesabaran tambahan saja. Karena semuanya dialihkan menggunakan HP yang membutuhkan akses internet lancar dan kencang. Kalau lemot, ya siap-siap mengeluarkan cadangan sabar,” katanya.

Baca Juga: 100 Kamar di Gedung Olahraga Tegal Disulap Tempat Karantina Pemudik

2. Guru dan siswa mendapat kuota dari pihak sekolah dari dana BOS

4 Curhatan Guru Negeri dan Swasta di Tegal Selama Mengajar OnlineIDN Times/ Muchammad

Senada dikatakan Tuti Maharani Putri, guru di SDN Margadana 03, Kota Tegal. Program belajar dari rumah tidak begitu memiliki kendala yang cukup berarti. Sebab, pihak sekolah di tempatnya mengajar memberi bantuan kuota kepada seluruh guru dan siswanya untuk pemerataan belajar secara online.

Meski demikian, sebagai guru sekolah negeri, dirinya dituntut harus kreatif untuk membuat kuis, puzzle dan lainnya. Karena tidak jarang, siswa yang mengikuti kelas kuis dapat dihitung menggunakan jari.

“Informasi yang diperoleh, bantuan kuota untuk guru dan siswa diambilkan dari BOS. Sejauh ini tidak ada masalah. Tetapi ya itu, kalau membuat kuis atau semacamnya harus lebih kreatif, agra semua siswa bisa mengikuti,” tukasnya.

3. Jam kerja guru selama di rumah bertambah

4 Curhatan Guru Negeri dan Swasta di Tegal Selama Mengajar OnlineIDN Times/ Muchammad

Sementara, salah seorang guru swasta tingkat SD, Titin Yuliana memaparkan, belajar dari rumah secara online mendatangkan pengalaman baru yang tak terduga bagi para tenaga pendidik. Termasuk jam kerja yang ikut tak terduga, karena hampir sepanjang hari menyita waktu untuk kepentingan siswa.

Berbicara mengenai akses internet, Titin menyebut hal itu sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Namun, untuk dimanfaatkan dalam belajar mengajar dari rumah, dianggap kurang pas dan kurang baik menurutnya. Terutama bagi guru maupun siswa yang kediamannya berada di pedalaman dan jauh dari jangkauan sinyal.

“Biaya ekstra dikeluarkan itu sudah pasti. Karena yang biasanya membeli kuota untuk satu bulan, sekarang ini satu bulan sudah beli sampai dua kali lebih. Jam mengajarnya memang disesuaikan, tetapi kadang kita bisa mengecek hasil belajar siswa bisa sampai 24 jam,” bebernya.

4. Guru menginginkan kembali mengajar secara normal

4 Curhatan Guru Negeri dan Swasta di Tegal Selama Mengajar OnlineIDN Times/ Muchammad

Hal senada diaminkan guru swasta lainnya, Siti Khuzaenah Arifiani. Dengan program school from home (SFH), sudah pasti menguras kuota dan tenaga guru maupun siswa. Terlebih, sekolah swasta dituntut memberi pembelajaran yang lebih kreatif. Secara otomatis, para guru akan lebih banyak menggunakan kuota untuk cari bahan ajar.

Awal menjalankan SFH, Arifiani mengaku sedikit jetlag dengan sistem pembelajaran online. Sebab, hampir setiap hari dirinya harus mengirimkan tugas kepada orang tua siswa, yang kemudian harus direspon satu per satu, mengecek hasil belajar siswa dan memberikan feedback kembali kepada orang tua.

“Sepaneng dan lelah juga di awal, ingin sekolah normal aja rasanya. Tapi Alhamdulillah, semakin ke sini guru, siswa dan orang tua semakin bisa mengimbangi. Sudah semakin enjoy. Memang butuh waktu buat proses penyesuaian ini,” tutupnya.

Baca Juga: Lagi PSBB, Remaja di Tegal ini Malah Tawuran dan Disiarkan Live di FB

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya