Setengah Abad Warga Gunakan Perahu Eretan Seberangi Sungai Wulan

Tidak ada jembatan penghubung

Kudus, IDN Times - Perahu eretan menjadi modal utama warga di perbatasan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak dalam aktivitas sehari-hari.

Sebab, hingga saat ini tidak ada jembatan penyeberangan sungai Wulan yang menghubungkan Desa Undaan Kidul Kecamatan Undaan, Kudus dengan warga Desa Undaan Kidul Kecamatan Karanganyar, Demak.

Dari pantauan di lapangan sejumlah warga yang hendak menuju pasar di Undaan Kidul Kecamatan Undaan harus menyeberangi Sungai Wulan dengan menggunakan perahu. Tak hanya warga yang berjalan kaki, melainkan juga warga yang mengendarai sepeda motor.

Untuk mencapai lokasi penyeberangan, warga harus menuju lokasi dengan melewati jalan setapak. Jalan tersebut bisa dilewati satu kendaraan. Setibanya di sungai, kemudian warga bisa menaiki perahu eretan yang sudah ada petugas penarik perahu eretan.

Baca Juga: Bocah 9 Tahun di Kudus Dianiaya Bapak Tiri, Lebam di Wajah dan Tubuh 

1. Lewat jalan darat lebih jauh

Setengah Abad Warga Gunakan Perahu Eretan Seberangi Sungai WulanIDN Times/Aji

Salah satu warga Sri Musa asal Desa Undaan Kidul Kecamatan Karanganyar, Demak sering melintasi sungai Wulan dengan menaiki perahu eretan. Karena saat melintas jalan darat lebih jauh. Bahkan mencapai puluhan kilo meter.

“Sehari bisa dua kali nyeberang. Ini tujuannya menuju ke Undaan Kidul Kudus,” kata dia saat ditemui pada Rabu (4/3).

Senada juga diungkapkan warga lainnya, Partoyo. Dia adalah seorang petani yang berasal dari Kecamatan Karanganyar Demak. Ia setiap hari menyeberangi sungai Wulan dengan perahu eretan.

“Karena lahannya ada di Undaan Kudus. Setiap hari harus nyeberang ke sini,” ujar pria yang sudah berusia sekitar 60 tahun itu.

2. Ongkos Rp1000 - Rp3000 sekali nyeberang

Setengah Abad Warga Gunakan Perahu Eretan Seberangi Sungai WulanIDN Times/Aji

Petugas penarik perahu eretan Muhammad Sujadi (62) tahun sudah tiga tahun lebih menjadi petugas penarik perahu. Kini dia berusia sekitar 62 tahun. Ia hanya sebagai petugas penarik saja. Sedangkan perahu ini sudah ada yang memiliki.

“Saya sudah generasi ketiga ini menjadi petugas penarik perahu eretan. Karena perahu ini sudah ada yang memilikinya. Bukan saya,” tutur dia.

Warga yang menaiki perahu itu tidak perlu merogoh biaya mahal. Sekali menyeberang warga ditarik harga Rp1000 untuk pejalan kaki. Sedangkan untuk kendaraan sepeda motor ditarik dengan harga Rp 3 ribu.

“Kalau pulang pergi yang jalan kaki Rp2 ribu. sedangkan yang kendaraan sepeda motor biasanya Rp 6 ribu,” ujar dia.

Sering kata dia, para pelajar juga menyeberangi sungai Wulan untuk menuju ke sekolahnya yang terletak di Desa Undaan Kidul Kudus. Sebab, tidak sedikit warga dari Kecamatan Karanganyar yang bersekolah di Undaan Kidul Kudus.

3. Perahu eretan sudah ada sejak tahun 1970

Setengah Abad Warga Gunakan Perahu Eretan Seberangi Sungai WulanIDN Times/Aji

Meskipun demikian, ketika sedang banjir, atau debit air sedang tinggi transportasi perahu eretan harus terpaksa diliburkan. Seperti, pekan kemarin saat sungai Wulan debitnya sedang tinggi. Dia mengaku libur hingga 10 hari.

Sementara itu, pemilik perahu Noor Sidi (72) mengatakan perahu eretan ini dibeli bersama kawannya. Ia tidak sendiri. Perahu eretan itu dia beli dengan harga Rp 40 jutaan. Sudah ada tiga perahu terlebih semenjak dia mengoperasikan perahu eretan pada tahun 1970-an.

“Saya memiliki perahu ini sudah 48 tahunan. Sudah ada tiga perahu yang rusak dan kemudian beli lagi,” ujar dia.

Perahu eretan itu, kata dia beroperasi sejak pagi hingga malam. Dalam sehari ratusan warga diseberangkan untuk menyeberangi Sungai Wulan.

“Sehari kalau warga tidak pasti. Cuman rata-rata sehari bisa mendapatkan uang Rp300 ribu,” tandas dia.

Baca Juga: Stok Masker di Kudus Ludes Diborong Warga, Harganya Juga Naik

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya