Warga Mengira Balung Buto, Kisah Berdirinya Museum Purbakala Patiayam

Penemuan fosil sejak tahun 1982

Kudus, IDN Times - Museum Purbakala Patiayam terletak di Desa Terban Kecamatan Jekulo, Kudus. Museum yang berdiri sekitar belasan tahun ini, menjadi wisata edukasi bagi warga yang berkunjung di tempat menyimpan koleksi hewan purbakala di wilayah Muria.

Ribuan koleksi tersimpan di dalam museum Patiayam tersebut. Seperti, fosil hewan gajah, kerbau, hingga hewan laut. Tak hanya itu, bahkan ribuan fosil baru juga terus ditemukan oleh warga sekitar.

Untuk sampai ke museum tersebut tidak sulit. Sebab, keberadaannya di pinggir Jalan Pantura Kudus – Pati turut Desa Terban Kecamatan Jekulo, Kudus. Jaraknya 11 km dari Kota Kudus.

Baca Juga: Lima Fosil Hewan Purba Ditemukan Dekat Museum Patiayam Kudus 

1. Warga awalnya anggap fosil itu “Balung Buto”, karena ukurannya yang besar

Warga Mengira Balung Buto, Kisah Berdirinya Museum Purbakala PatiayamIDN Times/Aji

Namun dibalik itu semua ada kisah cerita tersendiri tentang berdirinya museum Patiayam. Petugas Museum Patiayam Kudus Jamin (46) mengungkapkan bahwa di wilayah Gunung Patiayam ini banyak di temukan fosil. Bahkan penemuan fosil ini sejak tahun 1982.

Namun dulunya, warga tidak mengetahui bahwa itu adalah fosil. Warga menganggap bahwa, tulang yang berukuran besar itu adalah “balung buto” atau tulang raksasa.

“Sebelum tahun 2004 itu, warga ketika menemukan fosil itu dianggap balung buto. Karena ukurannya itu besar. Kayak balung buto,” kata dia Sabtu (7/3).

Menurutnya, tidak sedikit warga menemukan fosil di kawasan pegunungan Patiayam. Terutama di kawasan formasi Slumpit. Namun sebelum ada museum, fosil itu disimpan di rumah-rumah warga.

“Setelah tahun 2004 lalu, ada dari pemerintah peneliti yang kemudian mensosialisasikan kepada masyarakat. Bahwa itu adalah fosil,” terangnya.

2. Sejak tahun 2004, warga mendapatkan sosialisasi tentang fosil

Warga Mengira Balung Buto, Kisah Berdirinya Museum Purbakala PatiayamIDN Times/Aji

Pada, tahun 1982, sudah ada penemuan dan peneliti yang datang di Museum Patiayam Kudus. Penemuan fosil pada tahun itu berupa fosil gajah. Fosil tersebut hingga kini, kata dia disimpan di Museum Ronggowarsito Semarang.

“Dulu juga sudah pernah mendampingi sejumlah peneliti dari berbargai perguruan tinggi,” kata dia.

Hingga pada akhirnya, sejak tahun 2004 itu kemudian dari dinas terkait melakukan upaya untuk melestarikan fosil tersebut. Kata dia, hingga keberadaan museum sekitar tahun 2009 berdiri di tanah milik pemerintah setempat hingga sekarang.

“Kemudian dinas ada respon. Pada tahun 2004 sampai 2009 saya mendampingi. Dulu saya dengan Bapak Rakijan. Tapi sekarang beliau sudah meninggal dunia. Saya sejak tahun 2010 secara penuh mengelola museum Patiayam dibawah dinas,” terang pria dua anak ini. 

3. Museum Patiayam miliki koleksi fosil 16 spesies, hewan purba dan ribuan fosil penemuan baru

Warga Mengira Balung Buto, Kisah Berdirinya Museum Purbakala PatiayamIDN Times/Aji

Sampai dengan sekarang, sudah ada ribuan koleksi fosil purbakala yang tersimpan di Museum yang sederhana itu. Ada 16 spesies fosil hewan purba yang tersimpan. Kemudian ada fosil baru yang mencapai 8.000 fosil.

Museum Patiayam sendiri, hingga sekarang sebagai sarana untuk wisata edukasi. Mulai dari pelajar hingga mahasiswa serta orang umum. Bahkan dari pihak museum tidak menarif untuk masuk. Pengunjung diizinkan untuk membayar seikhlasnya.

“Dua bulan ini peningkatan pengunjung lumayan. Mencapai 3.000 pengunjung dalam sebulan,” jelasnya.

Dengan demikian, ia berharap nantinya semakin banyaknya penemuan fosil. Akan menjadikan warga lebih memahami tentang sejarah. Selain utu dari dinas terkait untuk benar-benar mengembakan potensi situs Patiayam.

“Karena situs purbakala ini sudah bisa bermanfaat bagi anak didik. Terutama untuk belajar nilai-nilai sejarah,” tandas pria asli Desa Terban ini. 

Baca Juga: Motif Unik di Hari Batik Nasional Karya Situs Purbakala Patiayam Kudus

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya