Tersendatnya aktivitas pariwisata di Bali berimbas terhadap penghasilan para pedagang produk kerajinan di pasar tradisional seni Semarapura, Klungkung, Bali. Mereka mengeluhkan sepinya pembeli baik dari wisatawan maupun pembeli lokal.
Padahal pasar tersebut merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang populer menjual produk-produk kerajinan seni di Kabupaten Klungkung, seperti suvenir, kain tradisional endek, juga songket khas Bali.
Salah satu pedagang di blok A, Putu Suniani Antari (32), hanya bisa berpasrah kepada keadaan, dibandingkan harus frustasi memikirkan pendapatannya yang anjlok. Ia mengakui turunnya transaksi, selain akibat pandemik COVID-19 juga dikarenakan rendahnya daya beli masyarakat karena sebagian besar memilih menunda membeli kerajinan yang dianggap sebagai kebutuhan tersier.
Data Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Perdagangan Klungkung, I Wayan Ardiasa, menyebutkan penurunan penjualan yang dialami para pedagang di pasar tersebut sudah terjadi semenjak Februari 2020. Jika para pedagang dalam satu hari mampu mendapat pemasukan Rp1 juta, kini maksimal hanya Rp150 ribu bahkan nihil.
Walaupun dalam keadaan sulit, Pemerintah Kabupaten Klungkung tetap menarik retribusi pasar sebesar Rp5 ribu setiap hari dari para pedagang karena mengklaim belum ada aduan, keluhan, maupun keberatan atas penarikan pungutan tersebut saat pandemik.
Penurunan jumlah pembeli dirasakan pedagang batik dan suvenir yang mengandalkan wisatawan di pasar tradisional Beringharjo dan Klithikan, Yogyakarta. Pendapatan mereka turun 70 persen.
Kisah serupa terjadi di daerah non-pariwisata. Kepasrahan tampak pada raut muka Sarofah, pedagang baju di pasar tradisional Kriyek, Centini, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Meski omzetnya turun sampai 50 persen efek dari sepinya konsumen, ia bersama sang suami masih istikamah berjualan membuka lapak dagangan mulai pukul 06.30-10.30 WIB setiap hari.
"Ya kuncinya kita harus telaten membuka lapak dagangan dan selalu berdoa (kepada Tuhan) agar ada pembeli yang datang. Karena sudah 30 tahun berjualan (konvensional) seperti ini, tidak bisa online," harap perempuan berusia 55 tahun itu kepada IDN Times.
Isnaini (28) merespon hal yang sama seperti Sarofah. Ia berharap pemerintah dapat memberikan bantuan kepada para pedagang pasar tradisional yang kesulitan secara perekonomian. Pedagang tas dan aksesoris mainan di pasar tersebut mengaku pernah mengajukan program bantuan dari pemerintah pusat, namun sampai saat ini tidak kunjung ada kabar mengenai hal tersebut.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Lamongan, Agus Suyanto mengaku sudah 74 ribu pelaku UMKM diusulkan kepada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) untuk mendapatkan bantuan. Ihwal apakah dari daftar tersebut ada nama Isnaini dan para pedagang dari pasar tradisional lainnya, Agus berkilah bahwa wewenang evaluasi dan validasi data siapa saja yang berhak menerima bantuan berada di tangan Kementerian KUKM.