GKR Rumbai mengaku ketika berada di dalam Keputren, ia bersama empat orang lainnya tidur beralaskan tikar dan makan makanan seadanya . Seperti makan sayur daun singkong dan daun pepaya. GKR Rumbai mengaku selama berada di dalam keraton tidak ada bantuan logistik dari pihak PB XIII yang notabene adalah ayah kandungnya. Ia bahkan meminta untuk dikirimi logisgik dari luar, tetapi tidak bisa dikirim masuk.
"Kita semua tidur beralasakan tikar, kedinginan, tidak ada listrik dan air juga di matikan," jelasnya.
Ia berharap konflik keluarga bisa segera selesai dan bisa bersama-sama mengelola keraton dengan baik. GKR Rumbai mengaku sudah 5 tahun meninggalkan keraton, tapi sekarang kondisi keraton sudah sangat memprihatinkan.
Kejadian tersebut bermula saat Gusti Moeng dan GKR Timoer hendak menemui tamu dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Gusti Moeng mendapat informasi ada tamu mobilnya RI 10 yakni Ketua BPK datang ke keraton.
Merasa berkepentingan untuk menyampaikan aspirasi, karena beberapa waktu lalu Gusti Moeng menerima surat dari BPK yang mempertanyakan pertanggungjawaban keuangan 2018, sehingga Gusti Moeng masuk ke dalam keraton.
Setelah Gusti Moeng masuk, ternyata tamu dari BPK itu dipindah ke bagian barat Sasana Putra Keraton. Kemudian pintu tersebut dikunci. Gusti Moeng berniat masuk ke Keraton Barat melalui Keputren, namun malah terkunci di sana dan tidak bisa keluar.