Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Budaya Jawa (pexels.com/Maxime LEVREL)
Ilustrasi Budaya Jawa (pexels.com/Maxime LEVREL)

Intinya sih...

  • Bahasa Jawa di Jateng terbagi menjadi 5 dialek dengan perbedaan mencapai 60 persen.

  • Dialek utama meliputi Solo-Yogya, Pekalongan, Wonosobo, Tegal, dan Banyumas.

  • Perbedaan dialek bahasa Jawa di Solo dan Yogya dengan wilayah lain berkisar antara 51 hingga 80 persen.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi lima dialek dengan persentase perbedaan mencapai 60 persen. Pembagian dialek tersebut menunjukkan kekayaan khazanah bahasa daerah yang masih dilestarikan masyarakat Jawa.

Sebaran Bahasa Jawa

ilustrasi budaya Jawa (pixabay.com/thenpx1)

Bahasa Jawa merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Jawa dan dituturkan oleh masyarakat Jawa yang tinggal di berbagai wilayah. Di Pulau Jawa, bahasa ini digunakan oleh masyarakat di Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten.

Sebaran bahasa Jawa tidak hanya terbatas di Pulau Jawa. Bahasa tersebut juga dituturkan di beberapa wilayah Indonesia lainnya, seperti di Lampung, Aceh, Riau, Kepulauan Riau (Kepri), Bengkulu, Jambi, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Timur, Sumatra Utara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Bahkan, bahasa Jawa juga dituturkan di luar Indonesia sehingga menunjukkan luasnya persebaran budaya Jawa.

Menurut data dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi Jawa Tengah terdiri dari lima dialek utama. Kelima dialek tersebut adalah dialek Solo-Yogya, dialek Pekalongan, dialek Wonosobo, dialek Banyumas, dan dialek Tegal.

Persentase perbedaan kelima dialek tersebut mencapai sekitar 60 persen sehingga terdapat variasi yang signifikan dalam penggunaan bahasa Jawa di berbagai wilayah Jawa Tengah. Seperti apa dialek kelimanya?

Dialek Solo-Yogya

Dialek Solo-Yogya merupakan dialek dengan sebaran paling luas. Dialek ini menyebar di seluruh wilayah DIY dan sebagian besar wilayah Provinsi Jawa Tengah bagian timur.

Wilayah yang menggunakan dialek Solo-Yogya meliputi empat bekas karesidenan, yaitu Karesidenan Surakarta, Karesidenan Semarang, Karesidenan Kedu, dan Karesidenan Pati. Dialek ini sering dianggap sebagai bahasa Jawa standar dan banyak digunakan dalam karya sastra serta media massa berbahasa Jawa.

Dialek Pekalongan

Dialek Pekalongan dituturkan di wilayah pesisir utara Jawa Tengah bagian barat. Wilayah yang menggunakan dialek ini mencakup Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Pemalang.

Dialek ini memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dari dialek Solo-Yogya, terutama dalam hal intonasi dan beberapa kosakata khas daerah pesisir.

Dialek Wonosobo

Dialek Wonosobo merupakan dialek yang dituturkan di wilayah pegunungan Dieng. Secara spesifik, dialek ini digunakan di Kabupaten Wonosobo, meliputi beberapa kelurahan dan desa.

Wilayah yang menggunakan dialek Wonosobo antara lain Kelurahan Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang, Desa Candirejo di Kecamatan Mojotengah, Desa Balekambang di Kecamatan Selomerto, Desa Rejosari di Kecamatan Kalikajar, Desa Jlamprang di Kecamatan Leksono, Desa Rogojati di Kecamatan Sukoharjo, Desa Beran di Kecamatan Kepil, dan Desa Karangsambung di Kecamatan Kalibawang.

Karakteristik geografis wilayah pegunungan turut memengaruhi perkembangan dialek ini, menjadikannya unik dibandingkan dialek lainnya.

Dialek Tegal

Dialek Tegal dituturkan oleh masyarakat di wilayah barat laut Jawa Tengah. Wilayah yang menggunakan dialek ini mencakup Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes.

Dialek Tegal memiliki karakteristik yang sangat khas, terutama dalam hal pengucapan dan intonasi yang berbeda signifikan dari dialek Solo-Yogya. Dialek ini sering mudah dikenali karena ciri khasnya yang menonjol.

Dialek Banyumas

Dialek Banyumas dituturkan oleh masyarakat di wilayah barat daya Jawa Tengah. Wilayah yang menggunakan dialek ini meliputi Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Purbalingga.

Dialek Banyumas dikenal dengan sebutan "ngapak" oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Dialek ini memiliki ciri khas tersendiri yang membuatnya mudah dibedakan dari dialek-dialek lainnya, terutama dalam hal pelafalan huruf vokal.

Perbedaan Dialektometri dengan Wilayah Lain

ilustrasi budaya Jawa (unsplash.com/camerale)

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah melakukan penghitungan dialektometri untuk membandingkan bahasa Jawa yang dituturkan di Solo dan Yogya dengan bahasa Jawa di wilayah lainnya di Indonesia.

Hasil penghitungan menunjukkan bahwa isolek Jawa yang dituturkan di Solo dan Yogya memiliki perbedaan dialek dan subdialek dengan bahasa Jawa di berbagai wilayah Indonesia lainnya.

Bahasa Jawa di Solo dan Yogya memiliki perbedaan dialek dengan bahasa Jawa di beberapa provinsi lain. Perbedaan dialek ditemukan dengan bahasa Jawa di Provinsi Riau (Kabupaten Indragirihulu), Provinsi Aceh, Provinsi Kalimantan Selatan, Lampung, Provinsi Jambi, Provinsi Bali (Kabupaten Buleleng), Provinsi Bengkulu (Kabupaten Rejang Lebong), Provinsi Sumatra Utara, Provinsi NTB, dan Provinsi Sulawesi Utara.

Persentase perbedaan dialek dengan wilayah-wilayah tersebut berkisar antara 51 hingga 80 persen, menunjukkan variasi yang cukup besar dalam penggunaan bahasa Jawa di berbagai wilayah.

Sementara itu, perbedaan subdialek ditemukan dengan bahasa Jawa di Provinsi Sumatra Selatan dan Provinsi Kalimantan Timur. Persentase perbedaan subdialek berkisar antara 31 hingga 50 persen, menunjukkan tingkat perbedaan yang lebih rendah dibandingkan perbedaan dialek.

Pelestarian Bahasa Jawa

Ilustrasi budaya Jawa (instagram.com/bumijawa_)

Keberadaan lima dialek bahasa Jawa di Jawa Tengah menunjukkan kekayaan khazanah bahasa daerah yang perlu dilestarikan. Setiap dialek berkarakteristik unik yang merefleksikan identitas budaya masyarakat di wilayah masing-masing.

Perbedaan geografis, sejarah, dan interaksi sosial turut membentuk perkembangan setiap dialek. Wilayah pegunungan, pesisir, dan dataran membawa pengaruh tersendiri terhadap perkembangan bahasa yang digunakan masyarakat setempat.

Dokumentasi dan penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menjadi penting untuk menjaga kelestarian bahasa Jawa dan dialek-dialeknya. Data dialektometri yang dikumpulkan dapat menjadi rujukan untuk memahami keragaman bahasa Jawa di berbagai wilayah.

Upaya pelestarian bahasa daerah juga menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan, dan media massa menjadi salah satu cara untuk memastikan bahasa ini tetap lestari.

Keberagaman dialek bahasa Jawa di Jawa Tengah menjadi aset budaya yang berharga. Pemahaman terhadap perbedaan dialek dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kekayaan bahasa dan budaya daerah, sekaligus memperkuat identitas lokal di tengah era globalisasi.

Editorial Team