Lima mahasiswa yang menjadi tahanan kota karena terlibat kerusuhan saat aksi May Day bulan Mei lalu mendatangi Balai Kota Semarang untuk meminta maaf pada Wali Kota Semarang, Agustin Wilujeng, Selasa (8/7/2025). (Dok. Pemkot Semarang)
Menurut dia, aksi anarkis mahasiswa tersebut terjadi karena kurangnya pengalaman dalam menyampaikan aspirasi dengan baik dan benar. Adapun, saat mengikuti aksi, mahasiswa juga harus melihat situasi. Jika sudah mengarah pada kericuhan, hendaknya menahan diri bukannya semakin maju terpancing.
“Kita juga tidak ingin kalian tidak turun ke jalan. Memang tugas kalian harus menjadi kritis, menjadi penggerak, menjadi pendobrak sesuatu. Tetapi sebagai kaum terpelajar kalau kita mau melakukan sesuatu, itu harus ada ukurannya,” terangnya.
“Dan ukurannya itu sekalian buat sendiri. Maka, kami tidak mengintervensi kalau kita memang aktivis sejati itu ada sense kok. Oh ini boleh, oh ini harus berhenti, oh ini batas, oh ini enggak benar,” lanjutnya.