Para warga Kota Semarang hadir dalam tradisi perang air Gebyuran Bustaman di Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang, Kota Semarang, Minggu (19/3/2023). (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)
Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin mengatakan, tradisi Gebyuran Bustaman di Kota Semarang ini layak menjadi daya tarik wisata tahunan.
"Kami sudah membicarakan dengan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang untuk memasukkan tradisi ini di kalender wisata,’’ ungkapnya.
Menurut dia, tradisi ini bisa menjadi simbol teladan karena mengandung nilai moral dan pesan bahwa sesama manusia tidak boleh menyimpan dendam saat memasuki bulan Ramadan.
Sementara, Antropolog Semarang, Akhmad Khaerudin menyampaikan, Gebyuran Bustaman merupakan acara yang diinisiasi oleh warga kampung kota yang sekarang menjadi tradisi di Kampung Bustaman.
‘’Harapannya acara ini menjadi pilot project atau prototype pengembangan kampung kota di Indonesia. Sebab, biasanya pengembangan yang dilakukan adalah desa wisata,’’ tutur pria yang akrab disapa Adin itu.
Adapun, Adin sebagai Direktur Kolektif Hysteria yang komunitas seni yang turut menginisiasi kegiatan itu menuturkan, Gebyuran Bustaman merupakan pintu masuk untuk memahami dinamika pengetahuan perkotaan terutama di kampung-kampung kota atau tempat warga bermukim.
‘’Harapannya, ke depan mereka tidak hanya menjadi objek pembangunan tetapi menjadi pelaku aktif pengembangan kampung itu sendiri,’’ tandasnya.