Tarian Bedhaya Anglir Mendung di Pura Mangkunegaran. (IDN Times/Larasati Rey)
Sementara itu, Ketua Pelaksana Tingalan Jumenengan Dalem Kaping 3, Gusti Raden Ajeng (GRAj) Ancillasura Marina Sudjiwo mengatakan Tingalan Jumenengan menjadi bentuk syukur atas telah berjalanannya kepemimpinan Mangkunegara secara baik. Pada kesempatan yang sama, Puro Mangkunegaran juga meluncurkan edisi pertama Mangkunegaran Night Market secara khusus yang digelar pada 7-8 Februari 2025, pukul 15.00 22.00 WIB. Mangkunegaran Night Market menghadirkan berbagai stan kuliner, fesyen, cinderamata, dan aktivitas dari berbagai komunitas di Kota Solo.
"Juga menjadi penanda tahun kepemimpinan KGPAA Mangkunegara X yang baru dengan harapan menjadi makin baik dan lebih memberikan manfaat bagi masyarakat luas," tutur Gusti Sura, sapaan karibnya, dalam keterangannya kepada wartawan.
Di tahun JE 1958 dalam penanggalan Jawa, Mangkunegaran menetapkan sengkalan atau kronogram "Dwipaka Yaksa Wiwaraning Jagad" sebagai penanda tahun. Sengkalan "Dwipaka Yaksa Wiwaraning Jagad memiliki makna mendalam, yaitu "Gajah Agung, Penjaga Gerbang Dunia".
Frasa itu menggambarkan peran gajah sebagai penjaga dan pelindung, yang selaras dengan figur Malekat Lindhu dalam tradisi Mangkunegaran. Sebagai simbol penolak bala dan pengusir rintangan, Malekat Lindhu tidak hanya merepresentasikan upaya Mangkunegaran untuk melindungi dan memelihara harmoni, tetapi juga mencerminkan keberanian dan kebijaksanaan dalam membuka jalan menuju masa depan, sesuai dengan visi Culture Future.
Culture Future merupakan visi yang dibawa oleh Mangkunegara X untuk melakukan pengembangan nilai-nilai budaya berdasarkan catatan sejarah yang disesuaikan dengan kehidupan hari ini melalui penggalian akar budaya, pendekatan revitalisasi, pengelolaan, dan perawatan warisan budaya di Mangkunegaran, dengan tujuan agar dapat dihidupi oleh masyarakat luas dan memberikan manfaat yang signifikan di masa depan.