Semarang, IDN Times - Pemerintah Kota Semarang berusaha untuk mengentaskan kemiskinan di Ibu Kota Jawa Tengah. Adapun, targetnya bisa menekan angka kemiskinan yang saat ini mencapai 3,3 persen turun menjadi 2,9 persen pada tahun 2030.
Angka Kemiskinan Semarang Ditargetkan Turun 2,9 Persen Tahun 2030

Intinya sih...
Pemerintah Kota Semarang berusaha menurunkan angka kemiskinan di Ibu Kota Jawa Tengah.
Targetnya adalah menekan angka kemiskinan dari 3,3 persen menjadi 2,9 persen pada tahun 2030.
Upaya ini dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah tersebut.
1. Peningkatan ekonomi masyarakat
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng mengatakan, pengentasan kemiskinan ini harus diupayakan oleh berbagai pihak. Sebab, Pemkot Semarang tidak bisa menyelesaikannya sendiri.
"Harus ada peran dari berbagai pihak, seperti akademisi, sektor swasta, untuk membantu mengurangi angka kemiskinan ini," ungkapnya, Selasa (28/10/2025).
Menurut Agustina, intervensi yang bisa dilakukan untuk menurunkan angka kemiskinan hingga 2,9 persen pada tahun 2030 adalah melalui peningkatan ekonomi masyarakat.
"Pelaku UMKM ini harus dibantu, caranya bagaimana harus dibeli agar mereka bisa berdaya," bebernya.
2. Rendahnya daya dukung wilayah
Dengan demikian, Pemkot Semarang meminta masukan dari akademisi yang nantinya akan digunakan sebagai langkah kebijakan. Untuk diketahui, saat ini Kecamatan Semarang Utara merupakan salah satu kecamatan dengan angka kemiskinan yang cukup tinggi.
"Akademisi bisa bikin kajian, ini harus ditangkap dan dipakai. Faktor kemiskinan ini, adalah ekonomi yang tidak bisa mengalami pertumbuhan," pungkasnya.
Sementara itu, Pj Sekda Kota Semarang, Budi Prakosa menjelaskan, faktor kemiskinan yang ada di Semarang dikarenakan rendahnya daya dukung wilayah. Sebut saja wilayah Semarang Utara dan Gayamsari yang merupakan kantong kemiskinan, lantaran kerap terjadi genangan.
"Kita lakukan intervensi, ada 13 program seperti kependudukan, aspek sanitasi, tempat tinggal, permodalan, infastruktur lingkungan, ini harus dipenuhi agar mereka bisa berdaya," ujarnya.
3. Potensi ekonomi harus dikembangkan
Potensi ekonomi, lanjut Budi Prakosa yang juga menjabat sebagai Kepala Bappeda ini, harus dikembangkan atau di upgrade agar bisa menjadi daya ungkit perekonomian.
Misalnya di Semarang Utara ada sentra pengasapan ikan, Jomblang Candisari, ada penanganan sampah. Bangetayu Genuk ada potensi jajanan pasar, yang memerlukan support dan kolaborasi agar mendongkrak perekonomian warga.
Dinas Kesehatan, kata dia, juga telah melakukan pemetaan peta risiko wilayah terhadap 14 penyakit, yang ada di kantong wilayah dengan angka kemiskinan tinggi. Pemetaan ini, bahkan sudah mencakup sampai tingkat RW, sehingga mudah dilakukan pencegahan dan intervensi.
"Kolaborasi ada dengan kesehatan, lalu peningkatan SDM, bagaimana potensi lokal bisa di-upgrade dan dikembangkan agar ekonomi meningkat serta kemiskinan bisa dikurangi," tandasnya.