Usai didoakan di Sitihinggil Keraton Kasusananan Surakarta, kepala kerbau tersebut dibawa ke Alas Kerendowahono yang berjarak 15 KM dari Kota Solo. Penanaman kepala kerbau tersebut merupakan inti dari ritual Mahesa Laweung.
Penanaman kepala kerbau dalam ritual Wilujengan Mahesa Lawung syarat akan makna. Dimana, herwan kerbau bagi masyarakat Jawa disimbolkan sebagai lambang kebodohan. Dengan memendam kepala kerbau beserta jerohan kerbau tersebut, memiliki makna bahkan orang Jawa harus bisa memendam kebodohannya.
"Maka di Jawa ada unen-unen (peribahasa) bodho longa-longo koyo kebo. Yang bodoh tentunya kan kepala. Kalau jerohannya melambangkan nafsu. Makanya kepala dan jerohan yang kita kubur," jelasnya.
Sebelum menanam kepada kerbau, para Sentana Dalem dan Abdi Dalem mengelar doa bersama di tengah Alas Krendowahono, doa tersebut untuk meminta keselamatan. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi penguburan kepala kerbau.